3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MINYAK SAWIT
Tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis JACQ merupakan tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani yaitu Elaion
yang berarti minyak, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai
Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22-33
o
C Basiron 2005. Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan. Buah
yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar TBS atau Fresh Fruit Bunch FFB. Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat ketika berumur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah
berumur 15-25 tahun. Setiap pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000-
3000 brondolan dengan berat satu brondolan berkisar 10-20 g Pahan 2010. Secara botani, buah kelapa sawit terdiri dari pericarp, mesocarp, kernel inti sawit, dan
endocarp tempurung. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buahnya, kelapa sawit terbagi menjadi empat varietas yaitu pisifera, dura, tenera, dan macrocarya. Pisifera memiliki
tebal tempurung kurang dari 2 mm, tenera memiliki ketebalan tempurung 2-3 mm, dura memiliki tebal tempurung 3-5 mm, dan macrocarya memiliki tebal tempurung lebih dari 5 mm Pahan
2010. Saat ini varietas dura merupakan varietas yang paling banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit. Penampang melintang dari berbagai varietas kelapa sawit dapat dilihat
pada Gambar 1.
a b Gambar 1. Penampang melintang buah kelapa sawit varietas dura, tenera, dan pisifera a dan
penampang melintang varietas macrocarya b Pahan 2010. Pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO dimulai dari penanganan bahan baku
pada saat pemanenan hingga sampai ke pabrik. Menurut Pahan 2010 secara garis besar urutan- urutan proses pengolahan CPO dimulai dari penerimaan bahan baku, pengukusan, pemipilan,
pengadukan, penempaan, dan pemurnian CPO. Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit PKS, TBS yang berasal dari kebun pertama
kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang weight bridge dan ditampung sementara di penampungan buah loading ramp. Penimbangan dilakukan dua
4 kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik yaitu saat masuk dan saat keluar. TBS
yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dan dimasukkan ke dalam lori. Lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun pengukusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Dalam proses pengukusan, TBS dipanaskan dengan uap pada suhu sekitar 135 °C dan tekanan 2.0-2.8
kgcm
2
selama 80-90 menit. Proses pengukusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses pengukusan sangat menentukan kualitas hasil
pengolahan kelapa sawit. Tujuan dari proses pengukusan TBS adalah menghentikan perkembangan asam lemak bebas ALB, memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam
pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit Basiron 2005. TBS yang telah dikukus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil
dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting
TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang sudah terpipil dari pemipilan diangkut ke bagian pengadukan atau pencacahan digester. Proses digester
sebaiknya dilakukan pada suhu 95-100
o
C selama 20 menit dengan menggunakan jaket uap atau injeksi uap langsung Basiron 2005. Tujuan utama proses ini yaitu untuk mempersiapkan
daging buah untuk penempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya Pahan 2010.
Brondolan yang selesai dicacah keluar melalui bagian bawah digester sudah menjadi bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat penempa yang berada persis di bagian
bawah digester. Selama proses penempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang ditempa tidak
terlalu rapat. Massa bubur buah yang terlalu rapat akan menghasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
Minyak kasar dari hasil penempaan dialirkan menuju saringan getar vibrating screen untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampungan
minyak kasar crude oil tank. Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai suhu 95-100
o
C. Menaikkan suhu minyak kasar berfungsi untuk memperbesar perbedaan berat jenis BJ antara minyak, air, dan sludge sehingga membantu dalam proses
pengendapan. Selanjutnya, minyak dari proses crude oil tank dikirim ke tangki pengendap clarifier tank. Minyak kasar akan terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses
pengendapan di clarifier tank. Minyak dari continous settling tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SAWIT KASAR