Latar Belakang Pemetaan Penyebaran Pohon dan Stok Karbon dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan sebagai salah satu sumberdaya alam merupakan kekayaan negara yang harus dikelola secara bijaksana guna kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hutan merupakan suatu ekosistem alam yang kompleks dan terdiri atas berbagai komponen ekosistem yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Hutan dapat memberikan manfaat tangible berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu, dan manfaat intangible seperti sebagai penghasil oksigen, pengatur siklus air, penyimpan karbon dan pengatur iklim mikro Arief 2001. Oleh karena itu pengelolaan hutan harus dilaksanakan secara baik melalui perencanaan yang cermat, rasional, dan terarah. Pengelolaan hutan yang baik membutuhkan data dan informasi yang memadai handal, akurat, dibutuhkan, standar, tidak berbias, dan dapat diakses. Untuk keperluan data dan informasi tersebut maka diperlukan suatu kegiatan inventarisasi hutan. Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi biofisik sumberdaya hutan baik berupa flora, fauna, keadaan fisik lapangan, dan kondisi sosial ekonomi dari areal atau kawasan hutan yang diinventarisasi. Inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan beberapa metode pengukuran, yaitu: pengukuran secara terestris ground survey, pengukuran menggunakan teknologi penginderaan jauh remote sensing, dan pengukuran dengan menggabungkan metode terestris dan penginderaan jauh yang merupakan metode yang sesuai untuk pengukuran potensi hutan Eventi 2010. Tegakan merupakan salah satu komponen penting ekosistem hutan selalu mengalami dinamika dari waktu ke waktu dalam hal jumlah individu, dimensi ukuran dari setiap individu, maupun komposisi jenisnya. Areal hutan alam bekas tebangan logged-over area di Indonesia pada tahun 2010 seluas 39,18 juta ha atau sebesar 42,61 Putra 2010. Areal bekas tebangan adalah kondisi hutan setelah periode pengusahaan hutan yang pertama selesai. Kegiatan pengusahaan hutan ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik tegakan hutan. Kegiatan penebangan yang tidak sesuai dengan pertambahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu dapat merubah kondisi karakteristik tegakan hutan serta berpengaruh terhadap potensi hutan untuk siklus tebang berikutnya. Dalam rangka mengetahui potensi hutan atau standing stock, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut No 34Menhut-II2007 yang diperbaharui dengan P.33Menhut-II2009 perlu dilakukan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala IHMB yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala IHMB merupakan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan untuk menyusun rencana kerja usaha pemanfaatan hasil hutan sepuluh tahunan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam IUPHHK-HA dan Hutan Tanaman IUPHHK-HT wajib melakukan IHMB. Kegiatan IHMB ini dilaksanakan oleh IUPHHK yang sedang berjalan selambat-lambatnya 1 satu tahun sejak di berlakukannya peraturan tersebut dan bagi IUPHHK yang akan berakhir jangka waktu ijinnya dan akan mengajukan perpanjangan ijin selambat-lambatnya 2 dua tahun sebelum ijinnya berakhir. Hasil yang diperoleh dari kegiatan IHMB ini berupa data pohon-pohon komersil yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan AAC annual allowable cut. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara tabular maupun secara spasial. Pada pengolahan data secara tabular diperoleh hasil potensi dan sediaan tegakan sedangkan pada pengolahan spasial diperoleh distribusi sebaran potensi dan sediaan tegakan tersebut. Proses pengolahan spasial dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG. Isu lingkungan mengenai perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca CO 2 , CH 4 , N 2 O, HFCs ke lapisan atmosfir merupakan salah satu isu penting yang mendapat sorotan dunia saat ini. Laju kenaikan konsentrasi gas rumah kaca dapat mengakibatkan pemanasan global di muka bumi. Pemanasan global dapat diartikan sebagai kenaikan temperatur muka bumi secara perlahan yang berakibat pada perubahan iklim global di muka bumi yang berdampak negatif terhadap keberlangsungan kehidupan manusia. Sebagaimana vegetasi hijau lainnya, tumbuhan di hutan menyerap karbon dari lingkungannya melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis setelah dikurangi respirasi dan yang di makan oleh herbivora akan terakumulasi berupa biomassa tumbuhan. Besarnya biomassa tumbuhan akan mempengaruhi kandungan karbon tumbuhan tersebut. Karbon yang terdapat dalam tumbuhan jika masuk ke lingkungan, baik lingkungan tanah, perairan, maupun udara terutama melalui kebakaran hutan dapat menjadi bahan pencemar dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lingkungan sekitarnya Onrizal 2004. SIG secara umum dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan integrasi data dan permodelan data, sehingga dapat diperoleh informasi spasial yang lebih komprehensif. Informasi spasial tersebut nantinya dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Sistem Informasi Geografis SIG adalah sekumpulan yang terorganisir dari perangkat keras computer computer hardware , perangkat lunak software, data geografi geographic data, dan personil personnel yang dirancang secara efisien merekam capture, menyimpan store, memperbaharui update, memanipulasi manipulate, menganalisis analize, dan menyajikan display semua bentuk informasi yang bereferensi geografis Jaya 2002. Data yang diperoleh dari hasil IHMB dapat di gunakan untuk mengetahui potensi hutan, menganalisis karakteristik tegakan. Selanjutnya informasi tentang potensi hutan dapat digunakan untuk menduga potensi sebaran cadangan karbon. Gambaran tentang dugaan potensi cadangan karbon tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perdagangan karbon agar kelestarian hutan atas dasar pertimbangan ekologis maupun ekonomis dapat dicapai.

1.2 Tujuan Penelitian