Jenis Vegetasi Pola Sebaran Pohon

Tabel 14 menjelaskan bahwa kerapatan pohon yang paling tinggi berada pada jenis Dipterocarpaceae pada kelas diameter ≥ 50 cm sebanyak 4,7 pohonha, sedangkan kerapatan pohon yang paling rendah berada pada jenis non Dipterocarpaceae pada kelas diameter 30 – 39 cm sebanyak 0,8 pohonha. Jika dilihat berdasarkan klasifikasi kelas diameternya, maka kerapatan tegakan pohon yang paling besar berada pada kelas diameter ≥ 50 cm untuk jenis Dipterocarpaceae dan pada kelas diameter 40 – 49 cm untuk jenis non Dipterocarpaceae masing-masing dengan jumlah 4,7 pohonha dan 1,2 pohonha. Luas bidang dasar yang paling tinggi berada pada jenis Dipterocarpaceae sebesar 2,8 m²ha. Luas bidang dasar dipengaruhi oleh besarnya ukuran diameter pohon yang terdapat pada plot penelitian sehingga semakin besar ukuran diameter pohon maka akan semakin besar pula luas bidang dasarnya.

5.1.2 Jenis Vegetasi

Dalam penelitian ini, data dikelompokkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan sistem silvikultur TPTI, yaitu: kelompok pohon lindung, kelompok pohon inti diameter 20 – 49,9 cm, dan kelompok pohon layak tebang diameter ≥ 50 cm. Jumlah jalur yang terdapat di dalam petak tebang yg di teliti sebanyak 48 jalur dengan ketentuan jarak antar jalur 20 m. Dari Laporan Hasil Cruising LHC di petak tebang seluas 100 ha tersebut ditemukan sebanyak 38 jenis pohon dan jumlah pohon sebanyak 1710 pohon, jenis yang ditemukan termasuk dalam kelompok Dipterocarpaceae sebanyak 14 jenis dengan jumlah pohon 1299 dan non Dipterocarpaceae sebanyak 24 jenis dengan jumlah pohon 411. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, vegetasi yang menyusun tegakan di lokasi petak tebang yang diteliti, meliputi: 33 jenis pohon inti dengan jumlah 1056 pohon, 4 jenis pohon lindung dengan jumlah 142 pohon, 22 jenis pohon layak tebang dengan jumlah pohon 512 dari keseluruhan yang ditemukan di lokasi penelitian. Perbedaan jumlah jenis pada tingkat pertumbuhannya disebabkan adanya kegiatan penebangan yang terjadi pada rotasi tebang sebelumnya pada tingkat pohon sehingga terjadi keterbukaan areal lahan dan menyebabkan jenis-jenis pohon baru bermunculan yang mempunyai nilai ekonomi rendah pada areal bekas tebangan. Jenis vegetasi yang banyak dijumpai di lapangan, meliputi: Banggeris, Bangkirai, Jabon, Keruing, Medang, Meranti Batu, Meranti Kuning, Meranti Merah, Meranti Putih, Tengkawang, Terap, dan Ulin. Dari jenis tersebut yang termasuk dalam kelompok jenis Dipterocarpaceae, yaitu: Bangkirai, Keruing, Medang, Meranti Batu, Meranti Kuning, Meranti Merah, Meranti Putih, dan Tengkawang. Sedangkan lainnya termasuk kelompok jenis non Dipterocarpaceae. Pada penelitian ini kelompok jenis non Dipterocarpaceae lebih banyak dijumpai dibandingkan kelompok jenis Dipterocarpaceae, yaitu: sebanyak 24 jenis non Dipterocarpaceae dan 14 jenis Dipterocarpaceae. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan atau penebangan pada kelompok Dipterocarpaceae sehingga jenis-jenis non Dipterocarpaceae yang sebagian besar bersifat intoleran tidak membutuhkan naungan dapat tumbuh dengan baik pada hutan bekas tebangan dibandingkan dengan kelompok Dipterocarpaceae yang bersifat toleran membutuhkan naungan. Namun, kelompok non Dipterocarpaceae terutama jenis pionir seperti mahang merupakan vegetasi yang berumur pendek dan akan segera tergantikan oleh jenis lain seperti kelompok Dipterocarpaceae. 5.2 Biomassa Vegetasi Pendugaan cadangan biomassa di atas permukaan tanah pada penelitian ini memakai persamaan alometrik yang disusun oleh Brown 1997, dengan menggunakan pendekatan diameter pohon. Hasil perhitungan potensi cadangan biomassa vegetasi diatas permukaan tanah berdasarkan kelompok pohon inti, pohon lindung, dan pohon layak tebang berkisar antara 5,00 – 32,16 tonha, seperti yang tercantum pada Tabel 15. Tabel 15 Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat pohon petak Q37 blok tebangan RKT 2011 PT. Ratah Timber No Kategori Volume m 3 ha Lbds m 2 ha Biomassa tonha Persentase biomassa 1 Pohon inti 13,43 1,07 11,22 23 2 Pohon lindung 5,46 0,35 5,00 10 3 Pohon layak tebang 33,92 2,11 32,16 67 Jumlah 52,82 3,52 48,38 100 Dari Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa kelompok pohon layak tebang memiliki potensi cadangan biomassa vegetasi paling tinggi dibandingkan kelompok pohon inti dan kelompok pohon lindung, sebesar 32,16 tonha. Kondisi ini dikarenakan perbedaan jumlah individu dan ukuran diameter, dimana diameter pada pohon layak tebang lebih besar dibandingkan dengan diameter pohon inti maupun pohon lindung. Berikut disajikan diagram lingkaran persentase sebaran biomassa di daerah penelitian pada Gambar 10. Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat pohon yang dikelompokkan berdasarkan jenis komersil Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Potensi cadangan biomassa Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae petak Q37 blok tebangan RKT 2011 PT. Ratah Timber No Kelompok jenis Volume m³ha Lbds m²ha Biomassa tonha 1 Dipterocarpaceae 42,58 2,81 39,13 2 Non Dipterocarpaceae 10,24 0,72 9,26 Jumlah 52,82 3,52 48,38 Dari Tabel 16 di atas cadangan biomassa vegetasi tingkat pohon jenis komersil dari kelompok Dipterocarpaceae memberikan kontribusi yang paling tinggi terhadap biomassa total di daerah penelitian, sebesar 39,13 tonha 80,88. Tingginya biomassa pada jenis Dipterocarpaceae ini dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi per unit area dan besarnya ukuran diameter pohon Junaedi 2007. Jenis Dipterocarpaceae memiliki biomassa paling tinggi dibandingkan dengan jenis non Dipterocarpaceae. Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan kerapatan vegetasi per hektar, jenis Dipterocarpaceae memiliki kerapatan 13 pohonha sedangkan jenis non Dipterocarpaceae hanya 4 pohonha. Potensi cadangan biomassa pada Petak Ukur Permanen pada pengukuran tahun 2007 dan 2010 areal bekas tebangan RKT 2003 PT. Ratah Timber yang 23 10 67 Pohon Inti Pohon Lindung Pohon Layak Tebang Gambar 10 Persentase sebaran biomassa di petak Q37 blok tebangan RKT 2011 PT. Ratah Timber. dijadikan sebagai pembanding dalam pendugaan biomassa dan karbon diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 17 dan Tabel 18. Tabel 17 Simpanan biomassa PUP areal bekas tebangan blok RKT 2003 PT. Ratah Timber No PUP areal bekas tebangan blok RKT 2003 pengukuran tahun 2007 Et+4 Kategori Lbds m²ha Volume m³ha Biomassa tonha Persentase biomassa 1 Tiang 1,88 11,31 12,84 3,3 2 Pohon Ø ≥ 20 cm 27,19 291,33 375,70 96,7 Jumlah 29,07 302,64 388,54 100 Tabel 18 Simpanan biomassa PUP areal bekas tebangan blok RKT 2003 PT. Ratah Timber No PUP areal bekas tebangan blok RKT 2003 pengukuran tahun 2010 Et+7 Kategori Lbds m²ha Volume m³ha Biomassa tonha Persentase biomassa 1 Tiang 1,36 9,19 9,36 2,6 2 Pohon Ø ≥ 20 cm 25,83 292,65 354,86 97,4 Jumlah 27,19 301,84 364,23 100 Tabel 17 dan 18 menjelaskan bahwa cadangan biomassa vegetasi yang di kelompokkan berdasarkan tingkat tiang dan pohon diameter ≥ 20 cm pada Et+4 dan Et+7 dengan luasan 3 ha, kategori tingkat pohon memberikan kontribusi yang paling besar terhadap simpanan biomassa total. Jumlah individu tingkat tiang pada Et+4 berjumlah 83 individuha dan pohon berjumlah 172 individuha, sedangkan pada Et+7 jumlah individu tingkat tiang sebanyak 59 per hektar dan pohon sebanyak 161 pohonha. Jika dibandingkan hasil dugaan simpanan biomassa pada Et+4 dengan Et+7 untuk kategori tiang tidak ditemukan perbedaan yang signifikan, sedangkan untuk kategori pohon terdapat penurunan simpanan biomassa dari 375,70 tonha pada tahun 2007 menjadi 354,86 tonha pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan kerapatan jumlah individu per hektar yang disebabkan banyaknya jumlah pohon yang mati pada pengukuran di tahun 2010. Variasi besarnya biomassa juga dipengaruhi oleh faktor iklim, yaitu: curah hujan dan suhu Kusmana et al. 1992. Soerianegara 1965 telah mengkaji kaitan antara curah hujan dengan biomassa beberapa tegakan hutan di Indonesia yang hasilnya antara lain adalah biomassa batang berkurang dari 292,6 tonha menjadi 170,158 tonha mengikuti curah hujan tahunan yang turun dari 3874 mm menjadi 1625 mm di hutan dataran rendah, Kalimantan Timur. Jika dibandingkan hasil dugaan biomassa kategori pohon di petak ukur permanen areal bekas tebangan blok RKT 2003 pada pengukuran Et+4 dan Et+7 dengan hasil dugaan biomassa di petak penelitian petak Q37 blok tebangan RKT 2011 yang juga merupakan areal bekas tebangan siklus tebang rotasi ke dua IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dugaan simpanan biomassa di areal penelitian lebih rendah dibandingkan dengan simpanan biomassa yang terdapat di petak ukur permanen. Hal ini disebabkan perbedaan ukuran diameter dan kerapatanjumlah individu pohon per hektar yang terdapat di masing-masing lokasi. Kerapatan atau jumlah individu per unit area di areal penelitian sebesar 17 pohonha, sedangkan kerapatanjumlah individu pohon per hektar yang terdapat di PUP pada Et+4 dan Et+7 berturut-turut sebesar 172 pohonha dan 161 pohonha. Sebagai perbandingan, berikut data perubahan cadangan biomassa vegetasi di atas permukaan tanah pada hutan primer HP dan areal bekas tebangan di IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah yang di sajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20 Junaedi 2007. Tabel 19 Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat pohon di lokasi hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ Lokasi Biomassa tonha Jenis komersial Jenis non komersial Total Dipetrocarpaceae Non Dipterocarpaceae Total HP 204,22 43,66 247,9 129,1 377 54,17 11,59 65,76 34,24 ABT0 15,57 3,86 19,43 63,51 82,94 18,77 4,65 23,43 76,57 ABT2 20,19 13,89 34,08 77,89 111,97 17,81 12,26 30,07 69,93 ABT3 14,59 1,13 15,72 155,71 171,43 8,51 0,66 9,17 90,83 ABT4 42,15 27,71 69,85 112,69 182,54 23,09 15,18 38,27 61,74 Keterangan: HP = Hutan primer ABT = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT = Areal bekas tebangan 0 tahun ABT = Areal bekas tebangan 4 tahun ABT = Areal bekas tebangan 2 tahun Angka dalam kurung menunjukkan persentase Tabel 20 Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat tiang di lokasi hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ Lokasi Biomassa tonha Jenis komersial Jenis non komersial Total Dipetrocarpaceae Non Dipterocarpaceae Total HP 10,99 8,40 19,39 32,18 51,57 21,31 16,29 37,60 62,40 ABT0 2,62 4,81 7,62 15,34 22,96 12,26 20,95 33,19 66,81 ABT2 6,44 2,84 9,28 17,94 27,22 23,65 10,39 34,05 65,95 ABT3 1,62 1,57 3,19 22,82 26,01 6,23 6,04 12,27 87,73 ABT4 3,34 0,86 4,20 13,68 17,88 18,68 4,81 23,49 76,51 Keterangan: HP = Hutan primer ABT = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT = Areal bekas tebangan 0 tahun ABT = Areal bekas tebangan 4 tahun ABT = Areal bekas tebangan 2 tahun Angka dalam kurung menunjukkan persentase Dari Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa kontribusi biomassa tingkat pohon terhadap biomassa total di hutan primer sekitar 82,20, begitu juga di areal bekas tebangan TPTJ rata-rata vegetasi tingkat pohon menyumbang biomassa sekitar 71,89 – 84,73 dari total biomassa di setiap areal bekas tebangan. Sedangkan pada Tabel 20 cadangan biomassa tingkat tiang menunjukkan bahwa rata-rata potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat tiang di areal bekas tebangan TPTJ 17,88 – 27,22 tonha lebih rendah dibandingkan hutan primer 51,57 tonha. Onrizal 2004 menyatakan bahwa potensi simpanan biomassa pohon di atas permukaan tanah sebesar 874,9 tonha. Besarnya biomassa vegetasi diatas permukaan tanah jumlahnya bervariasi dari 210 – 650 tonha sesuai dengan tipe hutannya Proctor et al. 1983, diacu dalam Mackinnon et al. 2000. 5.3 Simpanan Karbon 5.3.1 Simpanan Karbon Pohon