Analisa Kualitas Air Sungai Cidurian

31 tinggi berada di daerah Kresek, dan terjadi pada bulan Juli 2011. Daerah Kresek merupakan daerah hilir DAS Cidurian. Nilai TSS yang tinggi dikarenakan hasil akumulatif dari hulu sampai hilir yang melebihi baku mutu. Konsentrasi TSS dari hulu sampai ke hilir semakin tinggi. Kecenderungan dari hulu ke hilir untuk parameter TSS dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 5 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir 2010 - 2011 parameter TSS Pada Gambar 5 terlihat bahwa konsentrasi TSS dari lokasi pengamatan Kopo Maja dan Bendung Ranca Sumur bagian hulu mengalami kenaikan ke arah lokasi hulu asem dan hilir Cikande Parigi bagian tengah , dan mengalami kenaikan lagi ke arah hilir Kresek. Hal ini terjadi pada bulan pengamatan April 2010, Juli 2010, September 2010 , Oktober April 2011, Mei 2011, Juli 2011, September 2011. Pada Bulan Mei 2010 konsentrasi TSS tidak mengalami kecenderungan meningkat dari hulu sampai hilir. Konsentrasi TSS di Hulu Kopo Maja pada Bulan Mei 2010 sebesar 152 mgl melebihi baku mutu. Hal ini diduga ada pengaruh dari faktor alam seperti pelapukan batuan, sedimentasi yang terjadi di bagian hulu .Efendi, 2003. Konsentrasi TSS mengalami kenaikan yang signifikan di daerah hilir Kresek terutama pada Bulan Juli 2011, dan rata rata menurun di daerah hilir Kronjo. Hal ini disebabkan karena lokasi Kresek merupakan lokasi hilir yang menerima akumulasi konsentrasi langsung dari bagian hulu, tengah sampai hilir. Lokasi kronjo merupakan lokasi hilir yang terletak di percabangan anak sungai. Diduga menurunnya konsentrasi TSS di Baku mutu 32 lokasi Kronjo karena faktor pengenceran. Konsentrasi TSS juga dipengaruhi oleh debit. Semakin tinggi debit sungai, konsentrasi polutan semakin kecil karena mengalami pengenceran demikian pula sebaliknya. Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Banten pada Bulan Mei 2010 debit sungai mencapai maksimum sebesar 13,474 m³detik dan debit minimum pada Bulan September 2010 sebesar 1,166 m³detik. Hal ini berpengaruh terhadap besarnya konsentrasi TSS pada Bulan Mei sebesar 75 mgl lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi TSS pada saat debit mencapai minimum sebesar 410 mgl pada Bulan September 2010. Parameter COD Chemical Oxygen Demand COD merupakan parameter kimia untuk mengetahui tingkat pencemaran air. Hasil pengamatan COD pada 6 lokasi pengamatan seperti tampak padaTabel 8. Tabel 8. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian parameter COD Lokasi Pengamatan Konsentrasi COD mgl Bulan April 2010 sampai Bulan September 2011 Apr ‐ 10 Mei ‐ 10 Jul ‐ 10 Sep ‐ 10 Okt ‐ 10 Apr ‐ 11 Mei ‐ 11 Jul ‐ 11 Sep ‐ 11 Hulu Kopo maja 12,00 30,00 26,00 21,00 11,00 15,00 16,00 38, 00 24,00 Hulu Bd Ranca Sumur 13,0 24,0 34,0 23,0 46,0 19,0 15,0 39,0 25,0 Hulu Asem 29,0 29,0 23,0 22,0 19,0 28,0 26,0 47,0 33,0 Hilir Cikande Parigi 37,00 30,00 17,00 28,00 17,00 32,00 26,00 62, 00 58,00 Hilir Kresek 19,0 19,0 17,0 30,0 29,0 26,0 27,0 97, 00 69,0 Hilir Kronjo 13,00 35,00 28,00 27,00 30,00 20,00 22,00 40, 00 29,00 Baku Mutu 25 25 25 25 25 25 25 25 25 Gambar 6 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian periode pengamatan 2010 dan 2011 paramer COD Pada Gambar 6 tampak bahwa konsentrasi COD menunjukkan kecenderungan melebihi baku mutu untuk kelas II yaitu 25 mgl, walaupun ada beberapa tempat yang nilai COD nya masih di bawah baku mutu untuk kelas II. Baku mutu Baku mutu 33 Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Cidurian telah tercemar oleh bahan organik yang sulit terurai. Seperti yang disebutkan oleh Effendi, 2003, COD merupakan parameter untuk mengetahui konsentrasi bahan organik di perairan yang sulit terurai. Konsentrasi COD berasal dari limbah industri, domestik dan pertanian, disamping karena faktor alam. Konsentrasi COD rata-rata pada Bulan Juli dan September 2011 lebih tinggi dibandingkan dengan pada bulan pengamatan lain. Hal ini erat kaitannya dengan debit sungai pada saat Bulan Juli dan September yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan bulan lain Anonim, 2010. Gambar 7 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir 2010- 2011 paramer COD Apabila melihat kecenderungan dari hulu sampai hilir, tampak bahwa pada bulan April 2010, September 2010, Juli 2011, September 2011, nilai COD dari hulu sampai hilir semakin meningkat. Pada bulan Mei 2010, Oktober 2010, April 2011, Mei 2011, cenderung konstan. Nilai COD tertinggi terjadi pada Bulan Juli 2011 di daerah Kresek. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah Kresek sebagai daerah hilir merupakan tempat akumulasi beban pencemaran COD. Konsentrasi COD dihasilkan oleh limbah industri jenis tekstil, pewarnaan, di lokasi Cikande Parigi yang banyak mengandung bahan organik yang sulit terurai. Di Indonesia nilai COD yang diperkenankan di perairan di bawah 25 mgl sesuai dengan kelas II Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001. Angka ini lebih longgar dibandingkan nilai COD menurut standar internasional. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgL, sedangkan Baku mutu 34 pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mgL dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mgL UNESCO,WHOUNEP, 1992. Parameter BOD Biochemical Oxygen Demand Parameter BOD merupakan indikator keberadaan bahan organik diperairan. BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara biologis. Semakin tinggi nilai BOD mengindikasikan semakin banyak kandungan bahan organik diperairan anonim, 2010. Nilai BOD yang didapat pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian parameter BOD Lokasi Pengamatan Konsentrasi BOD mgl Bulan April 2010 sampai dengan September 2011 Apr ‐ 10 Mei ‐ 10 Jul ‐ 10 Sep ‐ 10 Okt ‐ 10 Apr ‐ 11 Mei ‐ 11 Jul ‐ 11 Sep ‐ 11 Hulu Kopo maja 4,00 9,00 2,00 3,00 2, 00 2, 00 2,00 5,00 3,00 Hulu Bd Ranca Sumur 5,00 7,00 2,00 3,00 5, 00 2, 00 2,00 5,00 3,00 Hulu Asem 9,00 8,00 4,00 3,00 3, 00 4, 00 3,00 6,00 4,00 Hilir Cikande Parigi 13,00 8,00 3,00 4,00 3, 00 5, 00 5,00 7,00 7,00 Hilir Kresek 7,00 7,00 11,00 5,00 4, 00 3, 00 3,00 17,00 10,00 Hilir Kronjo 5,00 9,00 3,00 4,00 4, 00 3, 00 3,00 5,00 4,00 Baku Mutu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Pada Tabel 9 terlihat bahwa nilai BOD selama bulan pengamatan April 2010 sampai September 2011 pada sebagian besar lokasi pengamatan melebihi baku mutu untuk kelas II. Hal ini mengindikasikan tingginya polutan bahan organik di Sungai Cidurian. Semakin tinggi polutan bahan organik di perairan semakin banyak membutuhkan oksigen untuk melakukan oksidasi secara biologis. Hal ini mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut di perairan, dan apabila mencapai titik jenuh akan menjadi kondisi tanpa oksigen an aerob . Air sungai menjadi berbau dan berwarna hitam. Perairan alami memiliki nilai BOD berkisar antara 0,5 – 7 mgl Jeffries dan Millis dalam Asuhadi, 2006. Perairan dengan nilai BOD melebihi 10 mgl dianggap telah tercemar. Kadar maksimum BOD 5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mgL UNESCOWHOUNEP, 1992 . 35 Gambar 8 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian periode pengamatan 2010 dan 2011 paramer BOD Pada gambar 8 terlihat bahwa nilai BOD paling tinggi terjadi pada Bulan Juni 2011, di daerah Kresek. Lokasi dari hulu sampai hilir, nilai BODnya memiliki kecenderungan melebihi baku mutu untuk kelas II sebesar 3 mgl. Pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Bulan April 2011 di daerah hulu Kopo Maja dan di bagian tengah Bendung Ranca Sumur nilai BOD nya memiliki kecenderungan di bawah baku mutu. Gambar 9 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir 2010 dan 2011 paramer BOD Berdasarkan Grafik di atas, dapat dilihat nilai BOD dari hulu sampai hilir pada bulan April 2010, Juli 2010, September 2010, September 2011, memiliki kecenderungan yang semakin meningkat di bagian hilir Kresek dan Kronjo. Bulan Mei 2010, Oktober 2010, April 2011, Mei 2011 nilai BOD dari hulu sampai hilir cenderung konstan, dan melebihi baku mutu untuk kelas II. Pada Bulan April 2011, wilayah Hulu Kopo Maja dan Bendung Ranca Sumur nilai BOD masih di bawah baku mutu untuk kelas II. Nilai COD dan BOD hasil pengamatan Bulan April 2010 sampai September 2011 memiliki kecenderungan melebihi baku mutu. Nilai COD Baku mutu Baku mutu Baku mutu Baku mutu 36 menyatakan kandungan bahan organik sebagai polutan dalam air limbah. Berbeda dengan BOD, COD mengindikasikan bahan organik yang sulit terurai. Perbandingan nilai BOD dan COD memberikan informasi sejauh mana air limbah tersebut dapat diolah secara biologis. Semakin tinggi nilai perbandingan BODCOD semakin tinggi pula tingkat biodegradabilitas polutan limbah cair tersebut. Nilai perbandingan BODCOD pada bulan April 2010 sampai September 2011 sebesar 0,17. Menurut Capps 1995 BODCOD 0,4, mudah terdegradasi, BODCOD 0,4 sulit terdegradasi, dan BODCOD 0,2 mengandung bahan toksik. Nilai perbandingan BODCOD sebesar 0,17 menunjukkan bahwa air sungai mendapatkan beban pencemaran dari limbah yang mengandung bahan organik yang sulit terdegradasi dan bersifat toksik. Parameter DO Dissolved Oxygen DO dissolved oxygen merupakan indikator utama kualitas air. Kadar oksigen terlarut sangat erat kaitannya dengan beban pencemaran bahan organik pada perairan Rahman, 1996. Semakin tinggi kandungan bahan organik diperairan semakin banyak oksigen yang digunakan untuk proses dekomposisi bahan organik. Pada penelitian ini didapat nilai DO yang bervariasi pada setiap tempat dan waktu. Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada pencampuran mixing dan pergerakan turbulence massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air Effendi, 2003. Konsentrasi oksigen terlarut erat kaitannya dengan konsentrasi TSS, BOD dan COD. Semakin tinggi konsentrasi TSS perairan semakin keruh dan akan mengganggu proses fotosintesa. Akibatnya kandungan oksigen terlarut juga berkurang. Konsentrasi TSS paling tinggi terjadi di daerah Kresek pada Bulan Juli 2011. Konsentrasi oksigen terlarut paling rendah selama bulan pengamatan terjadi pada Bulan Juli 2011 di daerah Kresek.. Konsentrasi oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian parameter DO Lokasi Pengamatan Konsentrasi DO mgl Bulan April 2010 sampai dengan September 2011 Apr ‐ 10 Mei ‐ 10 Jul ‐ 10 Sep ‐ 10 Okt ‐ 10 Apr ‐ 11 Mei ‐ 11 Jul ‐ 11 Sep ‐ 11 Hulu Kopo maja 6,40 4,20 5,50 4,00 4, 50 5,00 5,50 4,80 6,00 Hulu Bd Ranca Sumur 5,10 4,60 5,20 4,00 3, 80 5,00 5,50 4,80 6,00 Hulu Asem 4,20 4,20 3,80 5,00 4, 20 4,00 4,00 4,40 5,20 37 Hilir Cikande Parigi 1,80 4,20 3,80 3,90 4, 20 3,60 4,00 3,80 3,00 Hilir Kresek 4,40 4,00 3,80 3,10 4, 00 4,00 4,00 2,20 3,60 Hilir Kronjo 5,40 4,00 4,00 4,60 4, 00 4,40 4,80 4,40 5,20 Baku Mutu 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Gambar 10 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian dari hulu ke hilir periode \ pengamatan 2010 dan 2011 paramer DO Parameter DO menggambarkan kandungan oksigen terlarut di perairan. Nilai DO minimum untuk kelas II sebesar 4 mgl. Semakin tinggi nilai DO dari batas minimum maka kualitas perairan semakin bagus. Pada Gambar 9 terlihat nilai DO yang di bawah 4 mgl terjadi di daerah hilir Kresek dan Hilir Cikande Parigi. Hal ini mengindikasikan ada hubungan antara nilai BOD dan DO. Nilai BOD paling tinggi dijumpai di daerah Hilir Kresek, dan DO paling kritis juga di daerah Kresek. Semakin tinggi kandungan bahan organik di perairan semakin banyak membutuhkan oksigen untuk mengurai bahan organik menjadi an organik. Akibatnya kadar oksigen terlarut diperairan menjadi berkurang. Kondisi ini jika dibiarkan akan menyebabkan kondisi perairan tanpa oksigen atau an aerob, yang menimbulkan bau busuk di perairan. Konsentrasi DO pada bulan April, Juni, Agustus, Oktober, Desember 2010 sampai dengan Februari, April, Juni, dan Agustus 2011 di lokasi hulu sampai tengah memiliki kecenderungan melebihi 4 mgl. Hal ini mengindikasikan kadar oksigen terlarut di sungai masih bagus untuk kehidupan biota perairan. Kondisi ini bertentangan dengan konsentrasi BOD dan COD sebagai parameter bahan organik yang melebihi baku mutu pada setiap bulan pengamatan. Seharusnya konsentrasi bahan organik yang tinggi, akan memperkecil nilai oksigen terlarut di perairan. Hal ini diduga pengaruh faktor alam. Kandungan oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu dan proses fotosintesis, salinitas, serta tekanan air. Semakin tinggi suhu Baku mutu Baku mutu 38 perairan, kadar oksigen terlarut semakin rendah. Suhu rata-rata di Sungai Cidurian 30°C masih dalam kisaran suhu normal untuk kualitas air kelas II Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 Anonim, 2010. Salinitas di perairan relatif rendah yang menyebabkan kandungan oksigen terlarutnya tinggi. Parameter

E. Coli Escherichia coli

E. coli

merupakan salah satu bakteri coliform total yang tidak berbahaya yang ditemukan dalam tinja manusia Effendi, 2003. Keberadaan

E. coli

di perairan secara berlimpah menggambarkan bahwa perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang kemungkinan disertai dengan cemaran bakteri patogen. Nilai

E. coli

Sungai Cidurian sangat dipengaruhi oleh aktifitas penduduk di sepanjang Sungai Cidurian. Hasil analisa kualitas air dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air 2010 – 2011 menunjukkan bahwa dari hulu sampai hilir kecenderungan nilai

E. coli

melebihi baku mutu. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 11. Tabel 11 Hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian parameter

E.coli

mgl Lokasi Apr ‐ 10 Mei ‐ 10 Jul ‐10 Sep ‐ 10 Okt ‐ 10 Apr ‐ 11 Mei ‐ 11 Jul ‐11 Sep ‐ 11 Baku Mutu Hulu Kopo maja 1900 7000 14000 7000 11000 30000 7000 2900 22000 1000 Hulu Bd Ranca Sumur 1400 9000 1700 8000 3000 8000 9000 7000 13000 1000 Hulu Asem 1300 17000 2600 7000 3300 11000 22000 9000 9000 1000 Hilir Cikande Parigi 1100 11000 1300 7000 2000 22000 7000 8000 7000 1000 Hilir Kresek 3000 17000 1700 8000 3400 9000 4800 9000 8000 1000 Hilir Kronjo 9000 4400 2200 7000 2000 17000 2900 11000 2900 1000 Nilai

E. coli

rata rata di setiap lokasi pengamatan melebihi baku mutu untuk kelas II Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 sebesar 1000 mgl seperti tampak pada Gambar 10. Nilai

E. coli

merupakan indikator yang utama limbah domestik. Keberadaan E. Coli dalam jumlah yang melebihi baku mutu mengindikasikan bahwa Sungai Cidurian tercemar oleh kotoran manusia Tingginya nilai E. Coli di Sungai Cidurian diduga disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran sungai. Rata-rata penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran sungai memanfaatkan sungai sebagai tempat MCK. Faktor ekonomi menyebabkan penduduk tidak memiliki fasilitas MCK. Selain itu pemahaman penduduk terhadap sanitasi lingkungan sangat kurang. 39 I ndex D a ta 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 40000 30000 20000 10000 Var iable Hulu Bd Ranca Sumur Hulu Asem Hilir Cik ande Par igi Hilir Kr esek Hilir Kr onj o Bak u Mutu Hulu Kopo maj a Grafik E.Coli Gambar 11 Grafik analisa kualitas air E.coli pada Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir 2010-2011 Parameter Logam Berat Parameter logam berat yang meliputi Hg raksa, Pb timah hitam, Cd cadmium, Cr chromium dianalisa pada sedimen yang terletak di sub DAS Cibereum dan sub DAS Sungai Cidurian hilir, sebelum ada kegiatan industri, tepat di depan Industri yang membuang limbah di Sungai Cidurian, serta setelah industri. Analisa parameter logam berat dilakukan di sedimen dengan pertimbangan bahwa di perairan logam berat tidak terdeteksi. Hasil analisa seperti pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil pemantauan logam berat Sungai Cidurian Tabel 12 dapat dilihat parameter yang melebihi baku mutu adalah Pb timah hitam. Konsentrasi timah hitam Pb pada empat lokasi sampling No Parameter Konsentrasi Logam Berat mgl dari Beberapa Lokasi Pengamatan Bendung Ranca Sumur Pt. Frans Putratex Cikande Perbatasan Kresek Baku Mutu 1 Raksa Hg 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 2 Timah Hitam Pb 3,75 9,05 4,55 1,9 0,2 3 Kadmium Cd 0,10 0,10 0,10 0,10 0,1 4 Kromium Cr 0,10 0,10 0,10 0,10 0,1 40 semuanya berada di atas baku mutu untuk logam berat Pb. Pada perairan yang diperuntukkan bagi air minum, kadar maksimum timbal adalah 0,05 mgl Effendi, 2003. Konsentrasi Pb yang melebihi baku mutu, menyebabkan air sungai bersifat toksik dan tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum. Keberadaan Pb di perairan sebagai logam berat akan mempengaruhi sistem respirasi organisma perairan, sehingga pada saat kadar DO rendah konsentrasi logam berat tinggi, kelimpahan organisma perairan menurun. Konsentrasi logam berat Pb di perairan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor alami dan antropogenik. Diduga tingginya konsentrasi Pb diakibatkan dari pembuangan limbah industri jenis pewarnaan tekstil yang berada di Sub DAS Cidurian hilir. Penentuan Status Mutu Air Status mutu air menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, merupakan gambaran kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air pada waktu tertentu dengan membandingkan baku mutu air atau kelas air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air digunakan metode storet dan metode Indeks Pencemaran sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 tahun 2003. Perhitungan untuk menentukan status mutu air dilakukan di daerah hulu, hilir dan tengah, guna mengetahui perubahan kualitas air dari hulu, tengah dan hilir. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode storet seperti ditunjukkan pada Tabel 13, 14 dan 15. Tabel 13 Hasil perhitungan status mutu air metode storet bagian hulu No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengukuran Skor Max Min Rata ‐rata FISIKA 1 TSS mgl 50 204 114,67 22 ‐2 2 TDS mgl 1000 84 59 32 3 Temperatur Celcius 27 ‐32,5 31,9 27,8 29,75 KIMIA 4 pH 6 ‐9 7,7 5,95 6,88 ‐2 5 Nitrat NO3‐N 10 4,9 0,3 1,3 6 BOD 5 3 9 2 3,67 ‐8 7 COD 25 46 11 23,94 ‐2 8 DO 4 6,4 3,8 4,99 ‐8 MIKROBIOLOGI 16 Fecal Coliforom 1000 35000 400 9912,5 ‐12 17 Total Coliform 5000 160000 4400 47757,5 ‐12 Jumlah Skor ‐46 41 Tabel 14 Hasil perhitungan status mutu air metode storet bagian tengah No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengukuran Max Min Rata ‐rata FISIKA 1 TSS mgl 50 642 107 325,5 ‐5 2 TDS mgl 1000 306 33 81 3 Temperatur Celcius 27 ‐32,5 32,2 28,7 30,4 KIMIA 4 pH 6 ‐9 9,3 4,73 6,99 ‐4 5 Nitrat NO3‐N 10 7 0,2 1,48 6 BOD 5 3 13 3 5,5 ‐8 7 COD 25 62 17 31,3 ‐8 8 DO 4 5,2 1,8 3,96 ‐2 MIKROBIOLOGI 9 Fecal Coliforom 1000 30000 1100 8722,5 ‐15 10 Total Coliform 5000 160000 6000 49945 ‐15 Jumlah Skor ‐57 Tabel 15 Hasil perhitungan status mutu air metode storet bagian hIlir No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengukuran Skor Max Min Rata ‐rata FISIKA 1 TSS mgl 50 1053 7 257,61 ‐4 2 TDS mgl 1000 803 39 188 3 Temperatur Celcius 27 ‐32,5 33,3 28,4 30,73 KIMIA 4 pH 6 ‐9 9,3 5,76 6,99 ‐2 5 Nitrat NO3‐N 10 17,2 1 2,54 ‐2 6 BOD 5 3 17 3 5,94 ‐8 7 COD 25 97 13 32,1 ‐8 8 DO 4 5,4 2,2 4,11 ‐8 c. Mikrobiologi 9 Fecal Coliforom 1000 30000 1100 8722,5 ‐15 10 Total Coliform 5000 160000 7000 44797,5 ‐15 Jumlah Skor ‐62 42 Tabel 16. Rekapitulasi hasil perhitungan status mutu air metode storet No Lokasi Skor Kategori 1 Hulu S. Cidurian ‐46 Cemar Berat 2 Tengah S. Cidurian ‐57 Cemar Berat 3 Hilir S. Cidurian ‐62 Cemar Berat Berdasarkan Tabel 16 tampak bahwa kondisi kualitas air Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir mengalami pencemaran yang berat. Hal ini sesuai dengan hasil analisa kualitas air untuk parameter TSS, COD, BOD serta E. coli dari hulu sampai hilir mengalami kecenderungan melebihi baku mutu kelas II menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001. Penentuan status mutu air juga dilakukan dengan menggunakan nilai Indeks Pencemar. Hasil yang diperoleh antara metode storet dan metode indeks pencemar berbeda. Pada metode storet kualitas Sungai Cidurian berada dalam kondisi cemar berat. Pada metode indeks pencemar kualitas Sungai Cidurian berada dalam kondisi cemar ringan karena memiliki nilai indeks pencemar dibawah 6. Perbedaan hasil disebabkan karena perbedaan cara penentuan sampel. Pada metode storet menggunakan data time series karena menggunakan kadar maksimum, minimum serta rata – rata untuk menentukan skor. Metode indeks pencemar tidak menggunakan data time series , hanya rata rata keseluruhan nilai parameter selama periode pengamatan. Metode storet hasilnya lebih teliti namun memerlukan waktu lama. Metode indeks pencemar dapat langsung menghubungkan tingkat pencemaran dengan dapat atau tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu. Hasil Perhitungan dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran seperti ditunjukkan pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil perhitungan status mutu air metode indeks pencemaran No Waktu Nilai IP Kopo Maja Bd Ranc Sumur Cikande Asem Cikande Parigi Kresek Kronjo 1 April 2010 1,77 1,59 2,62 3,24 2,64 4,28 2 Mei 2010 3,95 4,24 5,29 4,67 5,28 3,42 3 Juli 2010 4,86 1,66 3,65 3,43 3,78 2,67 4 September 2010 3,9 2,03 4,09 4,73 4,89 4,76 5 Oktober 2010 4,53 1,82 4,06 3,05 3,39 3,03 6 April 2011 6,04 4,05 4,62 5,75 4,25 3,81 7 Mei 2011 3,12 4,15 5,65 5,62 3,28 2,48 8 Juli 2011 3,26 3,95 4,41 5 5,88 4,61 9 September 2011 5,56 4,02 4,31 4,38 4,31 3,82 43 Tabel 17 dan Gambar 11 menunjukkan nilai Indeks Pencemaran berada di bawah 6. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 115 tahun 2003 nilai indeks pencemar dibawah enam menunjukkan status mutu air Sungai Cidurian termasuk kategori cemar ringan. Berdasarkan perhitungan dengan metode storet dan Indeks Pencemar, Sungai Cidurian termasuk kategori tercemar ringan sampai berat. Gambar 12 Grafik status mutu air berdasarkan nilai indeks pencemaran 44

4.2 Analisa Beban Pencemaran Sungai Cidurian

Analisa beban pencemaran Sungai Cidurian dilakukan berdasarkan analisa ekosistem, analisa wilayah serta analisa sektor kegiatan. Analisa ekosistem meninjau beban pencemar dari tiap sub DAS Cidurian yang meliputi Sub DAS Cidurian Hulu, Sub DAS Cibereum, serta Sub DAS Cidurian Hilir. Analisa wilayah dilakukan terhadap wilayah administrasi yang terbentang di DAS Cidurian. Wilayah tersebut meliputi Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang serta Kabupaten Bogor. Analisa sektor kegiatan meninjau jenis aktifitas manusia yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap beban pencemaran. Beban pencemaran sangat dipengaruhi oleh aktifitas di sekitar DAS Cidurian dari hulu sampai hilir. Beban pencemaran ditentukan berdasarkan beban pencemaran dari sumber tertentu point source seperti dari industri dan dari sumber tak tentu non point source seperti dari domestik dan pertanian.

4.2.1 Analisa Ekosistem

Ekosistem di DAS Cidurian dipengaruhi oleh kondisi pada tiap sub DAS nya. Beban pencemar yang masuk Sungai Cidurian merupakan akumulasi beban pencemaran dari sub DAS Cidurian Hulu, Sub DAS Cibereum, serta Sub DAS Cidurian Hilir. Inventarisasi beban pencemar dari tiap sub DAS meliputi beban pencemar dari sumber tertentu point source serta sumber tak tentu non point source

4.2.1.1 Beban pencemar dari sumber tertentu

point source Sumber tertentu berasal dari limbah industri yang berada di sepanjang DAS Cidurian. Beberapa industri penyebab pencemaran di Sungai Cidurian dapat di lihat pada Tabel 18. Pada Tabel 18 dapat diketahui ada sepuluh industri yang ada di sepanjang DAS Cidurian, yang meliputi 8 industri dibagian Sub DAS Cidurian Hilir dan 2 industri dibagian Sub DAS Cibereum. Karakteristik limbah industri berbeda-beda tergantung jenis industri. Potensi beban pencemaran sangat dipengaruhi oleh debit limbah yang dikeluarkan debit outlet instalasi pengolah air limbah, serta konsentrasi parameter. Nilai beban pencemaran BOD dari kegiatan industri di Sub DAS Cidurian Hilir sebesar 56,061 grhari, dan di Sub DAS Cibereum sebesar 23.793 grhari sehingga totalnya sebesar 79.854 grhari atau 2,4 tonbulan. Nilai beban pencemaran BOD di Sungai Cidurian mengindikasikan kontribusi air limbah dari 45 industri terhadap beban pencemaran. Apabila dilihat dari konsentrasi BOD hasil pengamatan Bulan April 2010 sampai September 2011, nilai BOD memiiliki kecenderungan melebihi baku mutu. Pengamatan di lokasi tepat outlet industri yaitu, Cikande Parigi, menunjukkan bahwa konsentrasi BOD sangat tinggi melebihi baku mutu kelas II PP 82 tahun 2001. Hal ini disebabkan oleh kontribusi beban BOD dari aktifitas industri sebesar 79.854 grhari di Sungai Cidurian. Nilai BOD menyatakan kandungan bahan organik yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme secara biologis dalam kondisi aerobik. Apabila oksigen yang tersedia di perairan kurang maka akan terjadi penguraian bahan organik secara anaerobik. Pada kondisi anaerobik degradasi bahan-bahan organik dapat menghasilkan bahan-bahan toksik dan menimbulkan bau busuk. Nilai beban pencemaran COD dari kegiatan industri di sub DAS Cidurian Hilir 135,99 grhari dan di sub DAS Cibereum sebesar 6.471 grhari, sehingga totalnya sebesar 142.461 grhari atau 4,3 tonbulan. Nilai beban pencemaran COD lebih besar dibandingkan dengan BOD. Hal ini yang mengakibatkan konsentrasi COD di perairan lebih tinggi dibanding konsentrasi BOD, seperti yang terlihat pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Perhitungan beban pencemaran BOD dari kegiatan industri SUB DAS Jenis Beban Pencemaran Nama Perusahaan Debit Konsentrasi BOD ljam mgl grhari CIDURIAN HILIR PT. Singlong Brother industri tekstil 8333.3 13 2,600 PT Panca Plaza PT Eka Nindia karsa penangkaran buaya 83.33 20.6 41 PT. Frans Putratex industri tekstil 8333.3 64 12,800 PT. Shinta Woosung Tektil industri tekstil 16666.7 81 32,400 PT. Tunas Sumber Idea Kreasi industri resin 8333.3 18 3,600 PT. Sari Daya Plasindo 833.33 231 4,620 PT. Colorindo Pewarnaan 4166.67 - TOTAL BEBAN PENCEMARAN DI SUB DAS CIDURIAN HILIR 56,061 CIBEREUM PT Mariza Sari Murni Biscuit 500 16.1 193 PT. Kulit Murni Asia Tengara Penyamakan kulit 8333.33 118 23,600 TOTAL BEBAN PENCEMARAN DI SUB DAS CIBEREUM 23,793 JUMLAH TOTAL 79,854 46 Beban pencemaran dari kegiatan industri hanya terjadi di sub DAS Cibereum dan Cidurian Hilir. sub DAS Cidurian Hulu tidak ada kegiatan industri. Gambar 12 terlihat bahwa sub DAS Cibereum mengalami beban pencemaran tertinggi untuk parameter BOD, kemudian COD dan TSS. Sub DAS Cidurian Hilir mengalami beban pencemaran tertinggi untuk parameter COD, kemudian TSS dan yang paling rendah BOD. Hal ini dikarenakan jenis kegiatan industri berbeda untuk sub DAS Cibereum dan Cidurian Hilir. Industri di sub DAS Cidurian Hilir, kebanyakan merupakan jenis industri pewarnaan, tekstil, serta industri kimia , yang menyebabkan beban pencemaran COD pada Sungai Cidurian tinggi. Industri di sub DAS Cibereum merupakan industri makanan dan penyamakan kulit, dimana air limbahnya banyak mengandung bahan organik yang mudah terurai. Oleh karena itu menyebabkan beban pencemaran BOD tinggi. Tabel 19. Perhitungan beban pencemaran COD kegiatan industri SUB DAS Jenis Beban Pencemaran Nama Perusahaan Debit Konsentrasi COD ljam mgl tontahun CIDURIAN HILIR PT. Singlong Brother industri tekstil 8333.3 38 7,600 PT Panca Plaza - PT Eka Nindia karsa penangkaran buaya 83,33 10,1 20 PT. Frans Putratex industri tekstil 8333,3 178 35,600 PT. Shinta Woosung Tektil industri tekstil 16666,7 227 90,800 PT. Tunas Sumber Idea Kreasi industri resin 8333,3 9 1,800 PT. Sari Daya Plasindo 833,33 8.5 170 PT. Colorindo Pewarnaan 4166,67 - TOTAL BEBAN PENCEMARAN DI SUB DAS CIDURIAN HILIR 135.990 CIBEREUM PT. Kulit Murni Asia Tengara Penyamakan kulit 8333,33 30,7 6,140 PT Mariza Sari Murni Biscuit 500 27,6 331 TOTAL BEBAN PENCEMARAN DI SUB DAS CIBEREUM 6,471 JUMLAH TOTAL 142.461 Beban pencemaran TSS pada sub DAS Cibereum sesuai dengan Tabel 20 sebesar 1,038 grhari, pada sub DAS Cidurian hilir sebesar 74,228 grhari, sehingga total beban pencemaran TSS sebesar 75,266 grhari atau 2.26