29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Kualitas Air Sungai Cidurian
Analisa kualitas air Sungai Cidurian dilakukan dengan membagi wilayah sungai berdasarkan sub Daerah Aliran Sungai Cidurian. Ada tiga sub DAS
Cidurian yaitu sub DAS Cidurian Hulu, sub DAS Cibereum, dan Sub DAS Cidurian hilir. sub DAS Bagian hulu meliputi wilayah Bendung Seuwu Kabupaten
Bogor, Kopo Maja Kabupaten Lebak, Bendung Ranca Sumur Kabupaten Lebak, sub DAS Cidurian hilir meliputi Cikande Hulu Asem Kabupaten
Serang, Cikande Hilir Parigi Kabupaten Serang, Kresek, Kronjo dan Tanara yang berada di Kabupaten Tangerang. Sub DAS Cibereum wilayahnya meliputi
Kabupaten Serang. Data diambil dari data sekunder yang meliputi data analisa kualitas air
hasil pemantauan mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Banten, serta Badan Lingkungan Hidup Kab. Serang. Data primer diambil dari pemantauan langsung di lapangan, untuk selanjutnya analisa data dilakukan
dengan membuat perbandingan kualitas air Sungai Cidurian berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi dengan baku mutu airnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 apabila sungai belum ditetapkan kriteria mutu airnya, maka diambil baku mutu kelas II. Sungai
Cidurian belum ditetapkan kelas airnya. Kriteria mutu air yang digunakan sebagai acuan adalah baku mutu kelas II.
Hasil pengamatan langsung dilapangan yang diamati pada Bulan Oktober sampai dengan Desember untuk parameter TSS, BOD, COD,
E.coli
serta total
coli
dapat ditunjukkan pada Tabel 7. Hasil analisa kualitas air yang diamati dari data sekunder menunjukkan bahwa, ada kecenderungan parameter yang
melebihi baku mutu adalah TSS, COD, BOD ,
E. coli
serta Total
coli
.
Tingkat pencemaran air sungai cenderung meningkat ke arah hilir akibat semakin
besarnya input bahan pencemar dan akumulasi dari hulu.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.
30
Parameter TSS Total Suspended Solid
Hasil pengamatan kualitas air Sungai Cidurian untuk parameter TSS pada Bulan April 2010 sampai Bulan September 2011 seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian parameter TSS
Lokasi Pengamatan Konsentrasi
TSS mgl Bulan April 2010 sampai Bulan September 2011
Apr ‐
10 Mei
‐ 10
Jul ‐
10 Sep
‐ 10
Okt ‐
10 Apr
‐ 11
Mei ‐
11 Jul
‐ 11
Sep ‐
11 Hulu Kopo maja
32 152 62 287 102 55 66 225 65
Hulu Bd Ranca Sumur
22 75 71 410 47 79 38
204 72
Hulu Asem
136 132 300 400 395 269 276 439 184
Hilir Cikande Parigi
107 120 276 586 208 481 486 642 422
Hilir Kresek
117 155 322 634 246 145 170 1053
124
Hilir Kronjo
138 238 161 600 197 71 130 129 7
Baku Mutu
50 50 50 50 50 50 50 50 50
Gambar 4 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian periode pengamatan 2010- 2011 paramer TSS
Berdasarkan hasil pengamatan konsentrasi TSS mulai Bulan April 2010 sampai dengan Bulan September 2011, konsentrasi TSS melebihi baku mutu ,
seperti tampak pada Gambar 4. Hal ini mengindikasikan bahwa Sungai Cidurian telah tercemar oleh partikulat yang dapat meningkatkan kekeruhan. Konsentrasi
TSS yang tinggi disebabkan karena air sungai banyak mengandung endapan lumpur serta pasir halus serta jasad-jasad renik yang terbawa dari kikisan tanah
yang terbawa ke badan air Effendi, 2003. Beban pencemar TSS diakibatkan oleh faktor alam serta faktor antropogenik atau aktifitas manusia. Nilai TSS paling
31
tinggi berada di daerah Kresek, dan terjadi pada bulan Juli 2011. Daerah Kresek merupakan daerah hilir DAS Cidurian. Nilai TSS yang tinggi dikarenakan hasil
akumulatif dari hulu sampai hilir yang melebihi baku mutu. Konsentrasi TSS dari hulu sampai ke hilir semakin tinggi. Kecenderungan dari hulu ke hilir untuk
parameter TSS dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5 Grafik analisa kualitas air Sungai Cidurian dari hulu sampai hilir 2010 - 2011 parameter TSS
Pada Gambar 5 terlihat bahwa konsentrasi TSS dari lokasi pengamatan Kopo Maja dan Bendung Ranca Sumur bagian hulu mengalami kenaikan ke
arah lokasi hulu asem dan hilir Cikande Parigi bagian tengah , dan mengalami kenaikan lagi ke arah hilir Kresek. Hal ini terjadi pada bulan pengamatan April
2010, Juli 2010, September 2010 , Oktober April 2011, Mei 2011, Juli 2011, September 2011. Pada Bulan Mei 2010 konsentrasi TSS tidak mengalami
kecenderungan meningkat dari hulu sampai hilir. Konsentrasi TSS di Hulu Kopo Maja pada Bulan Mei 2010 sebesar 152 mgl melebihi baku mutu. Hal ini diduga
ada pengaruh dari faktor alam seperti pelapukan batuan, sedimentasi yang terjadi di bagian hulu .Efendi, 2003. Konsentrasi TSS mengalami kenaikan yang
signifikan di daerah hilir Kresek terutama pada Bulan Juli 2011, dan rata rata menurun di daerah hilir Kronjo. Hal ini disebabkan karena lokasi Kresek
merupakan lokasi hilir yang menerima akumulasi konsentrasi langsung dari bagian hulu, tengah sampai hilir. Lokasi kronjo merupakan lokasi hilir yang
terletak di percabangan anak sungai. Diduga menurunnya konsentrasi TSS di
Baku mutu