2.5 Pengendalian Pencemaran Air Sungai
Manajemen pengelolaan kualitas air dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu :
1. Pendekatan dari sumber titik
point source
melalui teknologi pengolahan limbah Pemerintah melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, menetapkan Baku
Mutu Bagi Limbah untuk berbagai kegiatan, mulai dari industri, rumah sakit, perhotelan. Baku Mutu yang dimaksud dalam KepMenLH No 55 Tahun 1995,
tentang baku mutu limbah industri. 2. Pendekatan dari pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
menurut PP 82 tahun 2001, antara lain penetapan status mutu air sesuai dengan Pasal 14 1 PP 82 Tahun 2001. Status mutu air ditetapkan untuk menyatakan: a.
kondisi cemar, apabila mutu air tidak memenuhi baku mutu air; b. kondisi baik, apabila mutu air memenuhi baku mutu air. dan pedoman penentuan status mutu
air ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Sejalan dengan hal diatas Pasal 15 1 PP 82 Tahun 2001. Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi
cemar, maka Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah KabupatenKota sesuai dengan kewenangan masing-masing melakukan upaya penanggulangan
pencemaran dan pemulihan kualitas air dengan menetapkan mutu air sasaran. 2 Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi baik, maka pemerintah dan
pemerintah propinsi, pemerintah kabupatenkota sesuai dengan kewenangan masing-masing mempertahankan dan meningkatkan kualitas air, pemantauan
kualitas air sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa
untuk menjamin kualitas air yang dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan kualitas air.
3. Pendekatan daya tampung beban pencemaran dengan memadukan antara potensi beban pencemaran dari berbagai sumber dengan kualitas air.
Dasar hukum penetapan daya tampung beban pencemaran, diatur dalam Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dalam pasal 1,8,12,16,17 dan 19. Secara tegas disebutkan dalam undang-undang tersebut, pentingnya pertimbangan daya tampung dan
daya dukung lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan Pemerintah no 82 Tahun 2001 pasal 20 dan 23 juga mengatur penetapan daya
tampung, dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 110 Tahun 2003 tentang pedoman penetapan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dilakukan mulai Bulan Juli sampai dengan Bulan Desember 2011 Lokasi penelitian adalah Sungai Cidurian Provinsi Banten yang meliputi 3 sub
daerah aliran sungai DAS yaitu sub DAS Cidurian Hulu, sub DAS Cidurian Hilir serta sub DAS Cibereum.
3.2 Jenis dan sumber data
zData yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data pengukuran kualitas fisik, kima dan biologis
yang diperoleh langsung di lapangan. Data sekunder diambil dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian
terdahulu, laporan ataupun kajian dari berbagai instansi yang berkaitan dengan Sungai Cidurian. Instansi tempat pengambilan data meliputi :
1. Badan Lingkungan Hidup Daerah BLHD Provinsi Banten
2. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air BPSDA Provinsi Banten
3. Balai Besar Wilayah Sungai BBWS Ciujung, Cidurian, Cidanau
4. Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Banten
5. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang.
3.3 Metode Sampling
A. Pengambilan sampel kualitas air
Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sifat fisik, kimia dan biologi Sungai Cidurian. Penentuan lokasi dilakukan secara
purposive
. Lokasi sampling Gambar 2 ditetapkan berdasarkan titik sampling yang mewakili kondisi kualitas air di DAS Cidurian. Lokasi sampling diambil
berdasarkan wilayah sungai yang representative, di titik 6 titik pantau yang lokasinya tersebar di setiap sub DAS. Lokasi dimaksud adalah Sub DAS Cidurian
Hulu, Sub DAS Cibereum dan Sub DAS Cidurian Hilir. Adapun pembagian lokasi sampling pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.