bakteri patogen membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga penentuan grup bakteri coliform dianggap sudah cukup baik dalam menilai tingkat higienitas
perairan.
Escherichia coli
adalah salah satu bakteri coliform total tidak berbahaya yang ditemukan dalam tinja manusia. Keberadaan
E. coli
secara berlimpah menggambarkan bahwa perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang
mungkin juga disertai dengan cemaran bakteri patogen. 3. Limbah yang merupakan senyawa organik
Bahan organik baik yang alami maupun sintesis masuk ke badan air, sebagai hasil dari aktifitas manusia. Penyusun utama bahan organik biasanya
berupa polisakarida karbohidrat, polipeptida protein, lemak
fats
, asam nukleat
nucleid acid
. Setiap bahan organik memiliki karakteristik fisika, kimia, dan toksisitas yang berbeda. Limbah organik juga mengandung bahan-bahan
organik sintesis yang toksik. Beberapa contoh bahan organik yang bersifat toksik terhadap organisme akuatik adalah minyak, fenol, pestisida, surfaktan, dan
polychlorinated biphenyl
PCBs. Berbeda dengan limbah organik alami yang relatif mudah diurai secara biologis, senyawa organik sintetik pada umumnya
tidak dapat diurai secara biologis
non biodegradable
. Senyawa organik sintesis juga bersifat persisten atau bertahan dalam waktu yang lama di dalam badan air
serta bersifat kumulatif. Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini
dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang baik dimana hal ini dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Limbah pertanian dari penggunaan pestisida jenis klorotalonil maupun pestisida golongan klor-organik lainnya, susah larut dalam
air. Senyawanya dapat berikatan dengan senyawa organik lain yang bersifat asam Manuaba ,2007.
4. Limbah yang
merupakan senyawa anorganik dan mineral
Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Davis dan Cornwell 1991 dalam Hefni 2003
mengemukakan, bahan anorganik yang dianggap toksik adalah arsen As, barium Ba, kadmium Cd, kromium Cr, timbal Pb, air raksa Hg, selenium
Se dan perak Ag. Senyawa anorganik dapat berasal dari limbah domestik, dan industri. Limpasan perkotaan merupakan sumber utama timbal Pb dan
seng Zn Davis dan Cornwell, 1991 dalam Hefni, 2003. Bahan buangan
anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Dalam perairan, buangan anorganik
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah, karena mengandung ion
kalsium Ca dan ion yang bersifat toksik. 5. Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir. Pada dasarnya, sedimen tidak bersifat toksik. Sedimen berupa
bahan-bahan tersuspensi di dalam air. Keberadaan sedimen dalam badan air air mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan perairan, yang selanjutnya
menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan. Peningkatan kekeruhan akan menghambat daya lihat visibilitas dan
terganggunya kehidupan organisme akuatik. 6. Minyak
Minyak tersebar di perairan dalam bentuk terlarut, lapisan film yang tipis yang terdapat di permukaan, emulsi dan fraksi yang terserap. Di perairan,
interaksi dari bentuk minyak ini sangat kompleks, dipengaruhi oleh nilai specific gravity, titik didih, tekanan permukaan, viskositas, kelarutan dan penyerapan.
Kadar minyak mineral dan produk-produk petroleum yang diperkenankan terdapat dalam air minum berkisar antara 0,01 – 0,1 mgliter. Kadar yang
melebihi 0,3 mgliter bersifat toksik terhadap beberapa jenis ikan air tawar UNESCOWHOUNEP, 1992.
2.2.2 Penentuan Beban Pencemaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 1 tahun 2010 tentang tata laksana pengendalian pencemaran air, metode untuk
menentukan beban pencemaran dikelompokkan
berdasarkan sumber
pencemar tertentu
point source
dan sumber tak tentu
non point source
. Penentuan beban pencemar dari sumber tertentu
point source
berdasarkan data primer dari lapangan maupun data sekunder hasil pemantauan instansi yang berwenang. Data kuantitas dan kualitas pencemar air dari sumber
tertentu dievaluasi dan dikaji dengan menggunakan metode estimasi sebagai berikut :
I,j = Ci x V x OpHrs1.000.000
Keterangan :
I,i = Besar bebanemisi pencemar atau parameter i, kgtahun C,i = Konsentrasi jneis pencemar i dalam buangan air limbah, mgl
data pemantauan lapangan V = Laju alir buangan air limbah literjam
OpHrs =Jumlah jam operasi per tahun, jamtahun 1 000. 000 = faktor konversi, mgkg
Sumber : Permen LH no 01 tahun 2010 Beban pencemar dari sumber tak tentu
non point source
diperkirakan dengan terlebih dahulu menentukan faktor emisi yang bersifat spesifik untuk
masing-masing kategori kegiatan. Metode estimasi untuk setiap kelompok kegiatan yang menghasilkan air limbah kategori sumber tak tentu
non Point source
sebagai berikut : Kegiatan dan penggunaan barang konsumsi menghasilkan emisi berupa :
a. Emisi polutan dari proses sanitasi dan pencucian b. Emisi yang berkaitan dengan kepadatan penduduk
Hasil penelitian Irianto dan Iskandar, 2007 emisi air limbah domestik seperti Tabel 1
Tabel 1. Emisi air limbah domestik No
Parameter Faktor Emisi grhari
1. TSS 38
2. BOD 40
3. COD 55
4. Minyak dan Lemak
1,22 5. Detergen
0,189 6. NH4-N
1,8 7. NO2-N
0,002 8. NO3-N
0,01 9. Organik-N
0,11 10. Total-N
1,95 11. PO4-P
0,17 12. Total-P
0,21 13. S
1,3 14. Phenol
0,001 15.
Coli Tinja 3 E +14
Sumber : Irianto dan Iskandar, 2007 dalam Puslitbang SDA Anonim 2010 mengatakan bahwa emisi BOD untuk limbah domestik seperti
pada Tabel 2 :
Tabel 2. Klasifikasi emisi BOD di Indonesia No Daerah
Klasifikasi Rentang Beban
gr BODoranghari Rata-rata Beban
gr BODoranghari Rasio
ekivalen kota
1. Kota
Tinggi 37,5 – 42,5
40 1
2. Pinggiran kota
Sedang 27,5 – 37,5
32,5 0,8125
3. Pedalaman Rendah
22,5 – 27,5 25
0,625 Sumber : Balai Lingkungan Keairan Pusat Litbang Sumber Daya air
Beban pencemar dapat diestimasi dengan beberapa rumus berikut : 1 Beban pencemar = faktor emisi x kepadatan populasi x rasio ekivalen kota
Iskandar, 2007 2 Beban pencemar = jumlah penduduk x x faktor emisi tabel 1
Anonim, 2010 3 Beban pencemar = Luas daerah pemukiman x kepadatan penduduk x
faktor emisi PerMenLH no 01 tahun 2010
Keterangan: : koefisien transfer beban, 0,3 – 0,8, yang merupakan pendekatan dari estimasi
air limbah yang masuk ke sungai berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai. Asumsi yang digunakan adalah semakin dekat dengan sungai semakin besar
peluang membuang limbah langsung ke sungai. Sebaliknya semakin jauh dari sungai masyarakat semakin rendah peluang membuang limbah secara langsung
ke sungai Kurniawan, 2003 Jarak 0 - 100 m ; nilai = 1
Jarak 100 m - 500 m ; nilai = 0,85 Jarak 500 m – 1 km ; nilai = 0,5
Jarak 1 km ; nilai = 0,3 Sumber pencemar kegiatan pertanian berasal dari sisa pemakaian pupuk
dan jerami yan merupakan sisa hasil panen. Pupuk yang dipakai per Ha sawah terdiri dari komposisi 200 kg Nitrogen, 100 kg Phospor, 100 kg kalium, selain itu
untuk pencegahan hama dipakai juga pestisida 2 lHa sawah. Pupuk yang