Penentuan Beban Pencemaran Beban Pencemaran

Tabel 2. Klasifikasi emisi BOD di Indonesia No Daerah Klasifikasi Rentang Beban gr BODoranghari Rata-rata Beban gr BODoranghari Rasio ekivalen kota 1. Kota Tinggi 37,5 – 42,5 40 1 2. Pinggiran kota Sedang 27,5 – 37,5 32,5 0,8125 3. Pedalaman Rendah 22,5 – 27,5 25 0,625 Sumber : Balai Lingkungan Keairan Pusat Litbang Sumber Daya air Beban pencemar dapat diestimasi dengan beberapa rumus berikut : 1 Beban pencemar = faktor emisi x kepadatan populasi x rasio ekivalen kota Iskandar, 2007 2 Beban pencemar = jumlah penduduk x x faktor emisi tabel 1 Anonim, 2010 3 Beban pencemar = Luas daerah pemukiman x kepadatan penduduk x faktor emisi PerMenLH no 01 tahun 2010 Keterangan: : koefisien transfer beban, 0,3 – 0,8, yang merupakan pendekatan dari estimasi air limbah yang masuk ke sungai berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai. Asumsi yang digunakan adalah semakin dekat dengan sungai semakin besar peluang membuang limbah langsung ke sungai. Sebaliknya semakin jauh dari sungai masyarakat semakin rendah peluang membuang limbah secara langsung ke sungai Kurniawan, 2003 Jarak 0 - 100 m ; nilai = 1 Jarak 100 m - 500 m ; nilai = 0,85 Jarak 500 m – 1 km ; nilai = 0,5 Jarak 1 km ; nilai = 0,3 Sumber pencemar kegiatan pertanian berasal dari sisa pemakaian pupuk dan jerami yan merupakan sisa hasil panen. Pupuk yang dipakai per Ha sawah terdiri dari komposisi 200 kg Nitrogen, 100 kg Phospor, 100 kg kalium, selain itu untuk pencegahan hama dipakai juga pestisida 2 lHa sawah. Pupuk yang digunakan hanya 80 yang efektif diserap, sedangkan sisanya 20 terbawa aliran terutama pada saat musim hujan. Jerami padi merupakan produksi sampingan pada saat musim panen. Setiap ha sawah menghasilkan 3 ton jerami padi, dan setiap tonnya menghasilkan 30 kg BOD. Emisinya diperkirakan sebanyak 20 dari jerami tersebut terbawa ke dalam aliran sungai Anonim, 2010. Emisi dari kegiatan pertanian untuk setiap parameter dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Emisi dari kegiatan pertanian Sumber : Balai Lingkungan Keairan Pusat Litbang Sumber Daya air

2.3 Kapasitas Asimlasi

Kapasitas asimilasi didefinisikan sebagai kemampuan badan air dalam menerima beban pencemar, tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya Quano, 1993. Kapasitas asimilasi atau kapasitas homeostatis merupakan kemampuan badan air dalam menetralisir atau membersihkan sendiri self purification terhadap beban pencemar sampai kondisi tidak tercemar. Sungai dikatakan berada dalam kondisi tercemar, apabila mengalami perubahan karakteristik fisik, kimia dan biologi. Perubahan karakteristik disebabkan adanya tekanan ekologis yang berkaitan dengan fungsi sungai sebagai badan air penerima limbah. Pada awalnya limbah yang masuk ke sungai dapat secara alami dinetralisir sampai pada kondisi tidak tercemar. Namun apabila konsentrasi limbah yang masuk lebih besar daripada kemampuan sungai dalam menetralisir lmbah, maka akan terjadi pencemaran. Bahan pencemar polutan dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, No Jenis Pertanian Parameter Limbah Pertanian BOD N P TSS Pestisida Kghamusim tanam ;hamusim tanam 1. Sawah jerami padi yang membusuk 18 20 10 0,04 0,16 2. Palawija humus yang terkikis 9 10 5 2,4 0,08 3. Perkebunan lain humus yang terkikis 4,5 3 1,5 1,6 0,024 limpasan run off pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-lain Effendi, 2003. Konsentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan mengalami tiga macam fenomena yaitu pengenceran dilution , penyebaran dispersion dan reaksi penguraian decay of reaction . Pengenceran terjadi pada arah vertical ketika air limbah sampai di permukaan perairan, sedangkan penguraian merupakan pengenceran pada permukaan perairan ketika limbah tercampur karena arus Quano, 1993. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi dikemukakan oleh Quano 1993, sebagai berikut : - Metode hubungan antara kualitas air dan beban pencemaran Kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara memplotkan nilai-nilai kualitas air suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban pencemaran dalam suatu grafik. Selanjutnya direferensikan dengan nilai baku mutu air kelas II Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001. - Metode arus bermuatan partikel Kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara membandingkan konsentrasi limbah dengan konsentrasi air sungai yang menerima limbah, dengan memperhitungkan kecepatan aliran, perbedaan konsentrasi dan debit sungai. - Metode penurunan oksigen dari streeter dan phelps Kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara mengamati pengurangan nilai oksigen terlarut. Faktor yang diperhitungkan dalam metode ini antara lain waktu perjalanan limbah di sungai. Kapasitas asimilasi juga merupakan kemampuan sungai dalam menerima bahan organik bersifat mudah terurai secara biologis biodegradable yang banyak membutuhkan oksigen untuk proses dekomposisi, sehingga menurunkan kadar oksigen dalam badan air. Sungai mampu melakukan asimilasi penambahan oksigen dari atmosfer melalui proses reaerasi sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan mencukupi untuk kehidupan organisme Hasham, 2004. Ada dua konsep yang berhubungan dengan kapasitas asimilasi menurut Gang et al.2004 yaitu beban kritis critical load dan kemampuan membersihkan diri self purification . Beban kritis merupakan beban yang mampu diterima oleh badan air untuk membersihkan diri secara alami. Penentuan kapasitas asimilasi sangat sulit karena ada beberapa sifat dari organisme yang berbeda. Misalnya organisme yang bersifat mudah terurai secara biologis dan yang sulit terurai secara biologis. Penentuan kapasitas asimilasi sangat penting sebagai bahan masukan pengambilan kebijakan pengendalian pencemaran air Lee et al. 2008. 2. 4 SUNGAI CIDURIAN 2.4.1 Kondisi geografis Daerah Penelitian Provinsi Banten merupakan lokasi keberadaan Sungai Cidurian. Agar diperoleh gambaran tentang daerah penelitian, berikut ini diuraikan tentang kondisi umum wilayah yang dilalui Sungai Cidurian. Secara geografis letak Sungai Cidurian antara 106°00’30” BT dan 6°40’ LS. Luas Sungai Cidurian ± 815 km dengan panjang sungai 81,5 km, mempunyai dua anak sungai, yaitu Sungai Cimandaya dan Sungai Cibeureum Anonim, 2010. Wilayah aliran Sungai Cidurian ini dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara , wilayah aliran Sungai Ciujung di bagian Barat, wilayah aliran Sungai Cisadane-Ciliwung di bagian timur, wilayah aliran sungai Cibaliung-Cibareno di bagian selatan. Sungai Cidurian mengalir dari sumber mata air yang berada di komplek G. Gede ke Laut Jawa dengan melewati empat kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Sungai Cidurian ini mempunyai tiga anak sungai utama, yaitu Sungai Cidurian Hulu, Sungai Cibeureum dan Sungai Cipangaur terletak pada daerah Cilaang dan pertemuan sungai Cidurian dan Sungai Cibeureum pada daerah Cikande. Topografi Sungai Cidurian yang merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0,00012 – 0,00025 satuan terletak pada daerah muara sungai sampai dengan daerah pertemuan dengan Cibeureum dan Sungai Cidurian dan untuk topografi yang landai ke arah terjal daerah pegunungan terletak pada daerah pertemuan Sungai Cidurian dengan Sungai Cipangaur sampai ke arah hulu dengan kemiringan 0,0004 – 0,0007 Anonim, 2009. Lahan yang ada di kiri kanan Daerah Aliran Sungai Cidurian secara umum merupakan daerah perbukitan, perkebunan, hutan, sawah, pemukiman, industri dan sebagainya. Jenis lahan yang ada sangat dipengaruhi oleh keberadaan tempat tersebut terhadap topografi sungai yang ada.