Analisa Wilayah 1. Kegiatan Pertanian

58 Gambar 23 Kontribusi beban pencemaran BOD dan prosentase kontribusi beban pencemaran BOD dari pertanian di Kabupaten Lebak Gambar 23 Hubungan antara beban pencemaran BOD dari pertanian dengan luas penggunaan lahan Pada Gambar 24 tampak bahwa Kecamatan Maja penggunaan lahan pertaniannya di DAS Cidurian sebesar 56 dari total penggunaan lahan pertanian. Hal ini sebanding dengan kontribusi beban pencemaran BOD dari pertanian di Kecamatan Maja sebesar 58 . Luas lahan pertanian di Kecamatan Maja yang berada di DAS Cidurian berdasarkan analisa GIS geographic information system sebesar 9.876,2 Ha, terdiri dari sawah luas 3.630,4 Ha, palawija luas 2.549,94 Ha, perkebunan lain seluas 3.695,98 Ha Lampiran 1. Penggunaan lahan untuk sawah, palawija dan perkebunan lain mengakibatkan tingginya emisi BOD yang dihasilkan dari pembusukan sisa panen padi, palawija dan perkebunan lain. Emisi BOD dari sawah paling besar kontribusinya terhadap beban pencemaran dibandingkan dengan emisi dari palawija dan perkebunan lain Anonim, 2010. Kontribusi beban pencemaran TSS pada DAS Cidurian seperti pada Tabel 28 yang paling besar di Kecamatan Maja. Seperti halnya BOD, aktifitas 59 pertanian juga berkontribusi terhadap beban pencemaran TSS. TSS dari pertanian dihasilkan pada proses buangan air irigasi yg disalurkan kembali ke saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Limbah ini akan mempengaruhi tingkat kekeruhan BOD5, COD ,pH . tetapi juga kadar unsur N, P, dan pestisida, insektisida Effendi, 2003. Kontribusi beban pencemaran TSS dari kegiatan pertanian dan prosentase kontribusi beban pencemaran setiap kecamatan di Kab. Lebak seperti pada Gambar 25. Kontribusi beban pencemaran TSS dari kegiatan pertanian dipengaruhi oleh luas penggunaan lahan serta jenis penggunaan lahan, seperti tampak pada Gambar 26. Gambar 25 Kontribusi beban pencemaran TSS dan prosentase kontribusi beban pencemaran TSS dari pertanian di Kabupaten Lebak Gambar 26 Hubungan antara luas lahan pertanian dengan beban pencemaran TSS dari pertanian di Kabupaten Lebak

4.2.2.1.2. Kabupaten Serang

Kabupaten Serang memiliki 8 kecamatan yang berada di wilayah DAS Cidurian. Luas lahan pertanian Kabupaten Serang yang berada di sekitar DAS Cidurian berdasarkan analisa GIS geographic information system 15.484,67 Ha. Kabupaten Serang sebagian besar wilayahnya terletak di sub DAS Cidurian 60 hilir yang meliputi Kecamatan Cikande, Kibin, Carenang, Bandung, Binuang, Tanara dan hanya dua kecamatan yang terletak di sub DAS Cibereum yaitu Kecamatan Kopo dan Jawilan seperti tampak pada Lampiran 8. Seluruh lahan pertanian ditanami sawah. Hal ini mengakibatkan tingginya kontribusi beban pencemaran dari emisi pembusukan jerami padi sisa panen. Emisi beban pencemaran BOD dan TSS dari sawah di setiap kecamatan yang berkontribusi terhadap beban pencemaran di DAS Cidurian dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel. 29 Beban pencemaran dari kegiatan pertanian di Kabupaten Serang NO Kecamatan Luas Lahan Beban Pencemaran grhari Pertanian BOD TSS 1 JAWILAN 1.492,99 147.254 326,03 2 KOPO 4.307,96 424.895 945,21 3 BANDUNG 11,60 1.144 2,74 4 BINUANG 2.375,03 234.250 520,55 5 CARENANG 899,59 88.727 197,18 6 CIKANDE 5.605,02 552.824 1.228,49 7 KIBIN 153,67 15.156 33,67 8 TANARA 638,81 63.006 140.00 TOTAL 15.484,67 1.527.256 3.394 Gambar 27 Kontribusi beban pencemaran BOD dan prosentase kontribusi beban pencemaran BOD dari Pertanian Kontribusi beban pencemaran BOD dari pertanian yang paling besar di Kab. Serang berada di Kecamatan Cikande sebesar 36 dari total kontribusi beban pencemaran. Penggunaan lahan pertanian di wilayah Cikande sebesar 36 dari total penggunaan lahan pertanian, dan lebih besar dibandingkan yang lain seperti tampak pada Gambar 28. Hal ini membuktikan bahwa semakin luas 61 lahan untuk pertanian, semakin besar emisi BOD nya. Kecamatan Cikande seluruh penggunaan lahannya untuk sawah Anonim, 2010. Gambar 28 Hubungan antara luas lahan pertanian dengan kontribusi beban pencemaran BOD dari pertanian di Kabupaten Serang Gambar 29 Grafik kontribusi beban pencemaran TSS dan prosentase kontribusi beban pencemaran TSS dari pertanian di Kabupaten Serang Prosentase kontribusi beban pencemaran TSS dari pertanian di wilayah Cikande sebesar 36 . Sama seperti kontribusi beban pencemaran BOD. Hal ini disebabkan karena seluruh penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Cikande digunakan untuk sawah, sehingga emisi BOD dan TSS sebanding. 62 Gambar 30 Hubungan antara luas lahan pertanian dengan beban pencemaran TSS dari pertanian di Kabupaten Serang

4.2.2.1.3. Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang menurut data dari Kabupaten Tangerang Dalam Angka tahun 2011 memiliki 29 kecamatan. Kecamatan yang terletak di DAS Cidurian ada 9. Luas lahan pertanian di Kabupaten Tangerang yang terletak di DAS Cidurian berdasarkan analisa GIS geographic information system sebesar 28.608,57. Seluruh wilayah Kabupaten Tangerang berada di sub DAS Cidurian hilir. Penggunaan lahan pertanian di masing masing kecamatan berkontribusi terhadap beban pencemaran di DAS Cidurian, seperti pada Tabel 30. Tabel 30 Beban pencemaran dari kegiatan pertanian di Kabupaten Tangerang NO Kecamatan Luas Lahan Beban Pencemaran grhari Pertanian Ha BOD TSS 1 BALARAJA 209,46 20.659 45,92 2 CISOKA 62,42 108.423 1.645,07 3 GUNUNG KALER 1.905,42 187.932 417,62 4 JAYANTI 2.511,04 250.085 550,36 5 KRESEK 1.714,89 169.140 375,86 6 MEKAR BARU 2.468,82 243.500 541,12 7 SUKAMULYA 19.717,63 1.944.753 4.321,67 8 KUBANG 18,89 1.863 4,14 9 SOLEAR 649,25 64.036 142,3 TOTAL 28.608,57 2.990.391 8.044,05 Kontribusi beban pencemaran BOD di Kab. Tangerang yang paling besar di Kecamatan Sukamulya sebesar 1.944.753 grhari. Dibandingkan dengan 63 kecamatan lain, perbedaannya cukup tajam. Hal ini disebabkan penggunaan lahan untuk pertanian di Kecamatan Sukamulya paling besar dibandingkan dengan kecamatan lain. Sebesar 69 dari seluruh penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Tangerang, berada di Kecamatan Sukamulya. Pada Gambar 30 penggunaan lahan pertanian berturut turut dari yang terbesar Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Mekarbaru, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Kresek, Kecamatan Solear, Kecamatan Balaraja, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Kubang. Namun beban pencemaran BOD dari kegiatan pertanian berturut turut dari yang paling besar Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Kresek, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear, Kecamatan Balaraja, Kecamatan Mekarbaru dan Kubang. Kecamatan Mekarbaru luas penggunaan lahan lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Cisoka, namun beban pencemaran BOD lebih besar Kecamatan Cisoka. Hal ini disebabkan penggunaan lahan untuk sawah di Kecamatan Cisoka prosentasenya lebih besar dibandingkan di Kecamatan Mekarbaru Lampiran 1. Gambar 31 Kontribusi beban pencemaran BOD dan perbandingan luas lahan pertanian di Kabupaten Tangerang Seperti halnya kontribusi beban pencemaran BOD, kontribusi beban pencemaran TSS dari kegiatan pertanian di Kecamatan Sukamulya paling besar dibandingkan kecamatan lain. Kontribusi beban pencemaran TSS dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Penggunaan lahan untuk sawah sebesar 69 sebanding dengan kontribusi beban pencemaran TSS sebesar 55 seperti tampak pada Gambar 32. Beban pencemaran TSS berturut turut dari yang terbesar di Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Mekarbaru, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Kresek, 64 Kecamatan Solear dan Kecamatan Kubang. Apabila dikaitkan dengan prosentase penggunaan lahan untuk pertanian ada beberapa kecamatan yang beban pencemaran TSS tidak sebanding dengan penggunaan lahan. Kecamatan Cisoka penggunaan lahan pertanian 1 dari total penggunaan lahan pertanian seperti pada Gambar 31. Namun beban pencemaran TSS di Kecamatan Cisoka menempati urutan kedua setelah Kecamatan Sukamulya. Hal ini disebabkan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Cisoka ditanami padi, palawija dan perkebunan lain. Emisi TSS dari humus yang terkikis tanaman palawija sebesar 2,4 kg dan perkebunan lain 1,6 kg untuk setiap hektar setiap musim tanam dalam satu tahun. Emisi TSS dari pembusukan jerami padi relatif lebih kecil sebesar 0,04 kg per hektar per musim tanam dalam satu tahun. Irianto dan Iskandar, 2007. Kecamatan selain Cisoka penggunaan lahan hanya untuk tanaman padi, sehingga emisi TSS juga lebih kecil dibandingkan Kecamatan Cisoka. Gambar 32 Kontribusi beban pencemaran TSS dan prosentase kontribusi beban pencemaran TSS dari pertanian di Kabupaten Tangerang

4.2.2.1.4. Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor sebagian besar merupakan wilayah hulu DAS Cidurian, yang meliputi 5 kecamatan. Berdasarkan analisa GIS geographic information system total luas lahan pertanian di sub DAS Cidurian hulu yang termasuk wilayah Kabupaten Bogor sebesar 8.363,45 Ha Tabel 31. Luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor yang berada di sub DAS Cidurian hulu relatif lebih sedikit dibandingkan Kabupaten lain yang wilayahnya terletak di DAS Cidurian. Luas lahan pertanian berturut turut dari yang terbesar antara lain Kabupaten Tangerang 28.608,57 Ha, Kabupaten Lebak 17.673,36 Ha, Kabupaten Serang 65 15.484,67 Ha. Penggunaan lahan untuk pertanian di setiap kecamatan berkontribusi terhadap beban pencemaran BOD dan TSS, seperti pada Tabel 31. Tabel 31 Beban pencemaran dari kegiatan pertanian di Kabupaten Bogor NO Kecamatan Luas Lahan Beban Pencemaran grhari Pertanian BOD TSS 1 CIGUDEG 578.24 57.032 126,74 2 JASINGA 2.493,96 245.980 546,62 3 NANGGUNG 326,15 16.896 3.422,81 4 SUKAJAYA 4.008,23 3.402.402 17.550,46 5 TENJO 956,87 409.979 8.554,56 TOTAL 8.363,45 4.132.289 30.201,19 Gambar 33 Penggunaan lahan DAS Cidurian serta prosentase kontribusi beban pencemar BOD dari pertanian di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor wilayahnya sebagian besar berada dibagian sub DAS Cidurian Hulu dan hanya sedikit yang berada di sub DAS Cibereum. Kecamatan yang berada di DAS Cidurian meliputi Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Nanggung, Sukajaya serta Tenjo. Penggunaan lahan di DAS Cidurian yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor seperti tampak pada Gambar 32. Sebagian besar lahan pertanian digunakan untuk sawah. Penggunaan lahan untuk sawah berturut turut mulai dari yang terbesar sampai terkecil, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Nanggung. Hal ini menyebabkan kontribusi beban pencemar BOD dan TSS di Kecamatan Sukajaya lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain. 66 Pada Gambar 32 terlihat bahwa kontribusi beban pencemaran BOD dari pertanian di Kabupaten Bogor berturut turut dari yang paling besar sampai paling kecil adalah di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Jasinga, , Kecamatan Tenjo, Kecamatan Cigudeg dan Kecamatan Nanggung. Penggunaan lahan untuk pertanian di Kecamatan Sukajaya lebih banyak dan bervariasi dibandingkan dengan kecamatan lain. Kontribusi beban pencemar BOD di Kecamatan Sukajaya paling dominan dan sebesar 86 dari total kontribusi beban pencemaran BOD dari kegiatan pertanian. Gambar 34 Kontribusi beban pencemar TSS serta prosentase kontribusi beban pencemar TSS dari pertanian di Kabupaten Bogor Kontribusi beban pencemaran TSS dari pertanian di DAS Cidurian yang melintasi wilayah Kabupaten Bogor berturut turut dari yang paling besar sampai yang terkecil Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Nanggung, serta Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cigudeg. Apabila dikaitkan dengan penggunaan lahan, Kecamatan Jasinga memiliki penggunaan lahan untuk sawah yang paling besar, dibandingkan Kecamatan Tenjo. Namun kontribusi beban pencemaran TSS hanya sebesar 546.62 grhari, lebih kecil dibandingkan Kecamatan Tenjo sebesar 8,554.56 grhari. Hal ini disebabkan karena seluruh lahan pertanian di Kecamatan Jasinga digunakan untuk sawah. Kecamatan Tenjo, lahan pertanian digunakan untuk sawah, perkebunan lain dan palawija. Emisi TSS dari sawah sangat kecil dibandingkan dari perkebunan lain Anonim, 2010. Kontribusi beban pencemaran TSS tidak bergantung pada penggunaan 67 lahan namun kepada jenis penggunaan lahan, karena emisi TSS dari setiap jenis tanaman berbeda-beda. 4.2.2.2. Kegiatan Domestik 4.2.2.2.1. Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak memiliki jumlah penduduk yang berada di wilayah DAS Cidurian sebesar 314.104 jiwa tersebar di sub DAS Cidurian hulu dan sub DAS Cibereum. Aktifitas penduduk sehari hari seperti mandi, mencuci, memasak, menghasilkan limbah domestik yang berkontribusi terhadap beban pencemaran sungai. Kontribusi beban pencemaran BOD dari domestik di Kabupaten Lebak berturut turut dari yang paling besar sampai yang terkecil adalah Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Maja dan Cipanas, Kecamatan Sajira, Kecamatan Curugbitung dan Cibeber. Kecamatan Rangkasbitung memberikan kontribusi beban pencemaran terbesar dibanding yang lain, seperti tampak pada Gambar 30. Rekapitulasi hasil kontribusi beban pencemaran dari kegiatan domestik untuk setiap wilayah di Kabupaten Labak seperti pada Tabel 32. Tabel 32. Beban pencemaran dari domestik di Kabupaten Lebak NO Kecamatan Jumlah Beban Pencemaran dari Domestik grhari Penduduk BOD COD TSS E.coli 1 CIPANAS 45.432 1.572.552 2.162.259 1.493.924 1E+19 2 CURUGBITUNG 30.119 960.996 1.321.270 912.946 7E+18 3 MAJA 21.409 1.573.632 2.163.744 1.494.951 1E+19 4 RANGKASBITUNG 116.921 3.466.276 4.766.130 3.292.962 2E+19 5 SAJIRA 46.170 1.507.564 2.072.901 1.432.186 1E+19 6 CIBEBER 54.053 953.768 1.311.431 906.079 8E+18 TOTAL 314.104 10.034.788 13.797.735 9.533.049 7E+19 Gambar 35 Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemar BOD dari domestik di Kab. Lebak 68 Pada Gambar 34 tampak bahwa kontribusi beban pencemaran BOD paling dominan adalah Kecamatan Rangkasbitung. Hal ini disebabkan jumlah penduduk di Kecamatan Rangkasbitung paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain. Secara umum kontribusi beban pencemaran BOD dari domestik berbanding lurus dengan jumlah penduduk, seperti tampak pada Gambar 33. Namun tidak dapat dikatakan bahwa kontribusi beban pencemaran BOD dari domestik selalu bergantung kepada jumlah penduduk. Faktor lain yang mempengaruhi adalah sebaran penduduk di sepanjang DAS Cidurian. Penduduk yang tinggal dekat dengan DAS memiliki kecenderungan membuang limbah domestiknya secara langsung ke sungai. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu meskipun penduduknya padat, namun apabila bermukim di tempat yang jauh dari sungai, akan memberikan kontribusi beban pencemaran yang kecil. Gambar 36 Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemar COD dari domestik di Kabupaten Lebak Kontribusi beban pencemaran COD dari domestik yang paling besar di Kecamatan Rangkasbitung. Seperti halnya beban pencemaran BOD, bertutut- turut dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Sajira, Kecamatan Maja, Kecamatan Curugbitung, serta Kecamatan Cibeber. Kontribusi beban pencemaran COD lebih besar dibandingkan beban pencemaran BOD. Hal ini disebabkan emisi COD dari kegiatan domestik lebih besar dibandingkan dengan BOD 69 . Gambar 37 Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemar TSS dari domestik di Kabupaten Lebak Kontribusi beban pencemaran TSS dari domestik di Kabupaten Lebak, seperti halnya BOD dan COD yang paling besar di Kecamatan Rangkasbitung. Kecamatan Rangkasbitung dengan jumlah penduduk sebesar 116.921 berkontribusi terhadap beban pencemar TSS sebesar 3.292.962 gr hari. Beban pencemaran TSS dari kegiatan domestik sebanding dengan beban pencemaran BOD dan COD. Kontribusi beban pencemaran

E. coli

dari kegiatan domestik di Kabupaten Lebak sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk seperti pada Gambar 36. Emisi

E. coli

dari kegiatan domestik sebesar 3 E +14 gr per orang per hari Irianto dan Iskandar, 2007. Emisi

E. coli

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan emisi dari BOD, COD dan TSS, sehingga kontribusi beban pencemarannya juga lebih tinggi. Gambar 38 Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemar

E. coli

dari domestik di Kabupaten Lebak 70

4.2.2.2.2. Kabupaten Serang

Kabupaten Serang memiliki 8 kecamatan yang berada di wilayah DAS Cidurian dengan jumlah penduduk 395.412 jiwa. Seluruh wilayah Kabupaten Serang yang melintasi DAS Cidurian berada di wilayah sub DAS Cidurian hilir. Berdasarkan analisa GIS geographic information system diperoleh pemilahan jumlah penduduk di tiap kecamatan yang membuang limbahnya di sub DAS Cidurian hilir, dengan jarak tertentu terhadap sungai. Jarak pemukiman penduduk terhadap sungai mempengaruhi perilaku membuang limbah domestik secara langsung ke sungai. Seperti yang telah disebutkan semakin jauh jarak penduduk terhadap sungai semakin kecil kemungkinan membuang limbahnya secara langsung ke sungai. Kontribusi beban pencemar terhadap DAS Cidurian seperti pada Tabel 33. Tabel 33 Beban pencemaran dari kegiatan domestik di Kabupaten Serang NO Wilayah Jumlah Beban Pencemaran grhari Penduduk BOD COD TSS E.coli 1 BANDUNG 30.604 699.032 961.169 664.080 5.E+18 2 BINUANG 27.335 688.364 946.501 653.946 5.E+18 3 CARENANG 41.203 1.305.268 1.794.744 1.240.005 1.E+19 4 CIKANDE 91.577 2.187.028 3.007.164 2.077.677 2.E+19 5 JAWILAN 52.576 1.239.004 1.703.631 1.177.054 9.E+18 6 KIBIN 67.209 806.508 1.108.949 766.183 6.E+18 7 KOPO 48.021 1.301.000 1.788.875 1.235.950 1.E+19 8 TANARA 36.887 1.237.568 1.701.656 1.175.690 9.E+18 TOTAL 395.412 9.463.772 13.012.689 8.990.585 7.E+19 Kontribusi beban pencemar BOD, COD, TSS dan

E. coli

dari domestik di Kabupaten Serang yang paling tinggi di Kecamatan Cikande. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang padat, dan berdasarkan analisa dengan GIS geographic information system sebagian besar penduduk di Kecamatan Cikande bermukim di dekat Sungai Cidurian. Asumsi bahwa sebagian besar penduduk yang tinggal di sepanjang sungai membuang limbahnya secara langsung, mengakibatkan beban pencemaran sungai semakin bertambah. Kontribusi beban pencemaran BOD, COD , TSS dan

E. coli

di Kab. Serang berturut turut dari yang paling besar sampai kecil adalah Kecamatan Cikande, Kecamatan Carenang, Kecamatan Kopo, Kecamatan Jawilan, Kecamatan Tanara, Kecamatan Kibin, Kecamatan Bandung dan Kecamatan Binuang. 71 Gambar 39. Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemaran BOD,COD , TSS dari domestik di Kabupaten Serang Gambar 40 Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemaran

E. coli

dari domestik di Kabupaten Serang 72

4.2.2.2.3. Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang memiliki 29 kecamatan dengan jumlah penduduk 2.450.852 jiwa menurut Anonim, 2011. Jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang yang tinggal di DAS Cidurian berdasarkan hasil GIS geographic information system 529.920. Aktifitas penduduk berdampak terhadap kontribusi beban pencemaran dari domestik. Semakin banyak jumlah penduduk semakin besar kontribusi beban pencemaran dari kegiatan domestik. Hal ini berkaitan dengan emisi parameter BOD, COD, TSS,

E. coli

yang dihasilkan setiap orang dalam satu hari Irianto dan Iskandar, 2007. Apabila setiap orang mengeluarkan emisi BOD sebesar 40 gram setiap hari, maka kontribusi beban pencemaran BOD sebesar 21.196.800 gramhari atau sebesar 636 tonbulan. Hubungan antara kontribusi beban pencemaran dengan jumlah penduduk seperti pada Tabel 34 dan Gambar 40. Tabel 34 Beban pencemaran dari kegiatan domestik di Kabupaten Tangerang NO Kecamatan Jumlah Beban Pencemaran grhari Penduduk BOD COD TSS E. coli 1 BALARAJA 111.288 1.335.456 1.836.252 1.268.683 1.E+19 2 CISOKA 78.568 1.927.084 2.649.741 1.830.730 1.E+19 3 GUNUNG KALER 48.036 1.434.792 1.972.839 1.363.052 1.E+19 4 JAYANTI 63.333 1.681.028 2.311.414 1.596.977 1.E+19 5 KRESEK 60.509 1.675.308 2.303.549 1.591.543 1.E+19 6 MEKARBARU 35.013 1.048.480 1.441.660 996.056 8.E+18 7 SOLEAR 73.752 2.422.300 3.330.663 2.301.185 2.E+19 8 SUKAMULYA 59.421 713.052 980.447 677.399 5.E+18 TOTAL 529.920 12,237,500 16,826,565 11.625.625 8.E+19 Kontribusi beban pencemaran BOD, COD, TSS,

E. coli

di Kabupaten Tangerang seperti tampak pada Tabel 34 dan Gambar 40, berturut turut dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Kecamatan Solear, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Kresek, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan Balaraja, kecamatan Mekarbaru, dan Kecamatan Sukamulya. Kecamatan Solear yang berpenduduk 73.752 jiwa mempunyai kontribusi beban pencemaran lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Balaraja yang mempunyai jumlah penduduk 111.288 jiwa . Hal ini dikarenakan berdasarkan analisa dengan GIS geographic information system Kecamatan Balaraja, sebagian besar penduduknya bermukim jauh dari sungai, sehingga diasumsikan 73 semua penduduk tidak membuang limbahnya secara langsung ke sungai. Pendekatan yang digunakan adalah nilai koefisien transfer beban . Semakin jauh pemukiman penduduk dari sungai, semakin kecil nilai koefisien transfer beban , sehingga kontribusi beban pencemaran yang ditimbulkan juga semakin kecil KLHRI, 2011. Prosentase kontribusi beban pencemaran yang paling dominan dapat dilihat pada Gambar 41. Kontribusi beban pencemaran yang paling dominan di wilayah Kabupaten Tangerang diprioritaskan untuk program pengendalian pencemaran air, khususnya dari sumber tak tentu non point source . Gambar 41. Kontribusi dan prosentase kontribusi beban pencemaran BOD, COD dan TSS dari domestik di Kabupaten Tangerang 74 Gambar 42 Kontribusi beban pencemaran dan prosentase kontribusi beban pencemaran

E.coli

dari domestik di Kabupaten Tangerang Gambar 43 Prosentase kontribusi beban pencemaran dari domestik di Kabupaten Tangerang

4.2.2.2.4. Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar tersebar di sub DAS Cidurian hulu, dan sisanya berada di wilayah sub DAS Cibereum. Kecamatan yang berada di wilayah sub DAS Cidurian hulu antara lain Kecamatan Tenjo, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Sukajaya. Kecamatan Jasinga sebagian terletak di sub DAS Cidurian hulu, sisanya di sub DAS Cidurian hilir lampiran 8.. Aktifitas penduduk di kedua sub DAS berkontribusi terhadap beban pencemaran DAS Cidurian. Aktifitas penduduk di bagian hulu DAS Cidurian akan berdampak terhadap beban pencemaran di bagian hilir. Oleh karena itu pengendalian beban pencemaran dari aktifitas domestik di bagian hulu yang berada di wilayah Kabupaten Bogor perlu mendapatkan perhatian. Wilayah yang berpotensi paling besar sebagai kontribusi beban pencemaran domestik perlu mendapatkan skala prioritas penanganan. Beban pencemaran dari aktifitas domestik dapat dilihat pada Tabel 35. 75 Tabel 35 Beban pencemaran dari kegiatan domestik di Kabupaten Bogor NO Kecamatan Jumlah Beban Pencemaran grhari Penduduk BOD COD TSS E. Coli 1 CIGUDEG 116.974 4.111.796 5.653.720 3.906.206 3.E+19 2 JASINGA 93.033 3.016.004 4.147.006 2.865.204 2.E+19 3 NANGGUNG 85.483 3.088.564 4.246.776 2.934.136 2.E+19 4 SUKAJAYA 55.673 1.926.768 2.649.306 1.830.430 1.E+19 5 TENJO 66.170 2.046.048 2.813.316 1.943.746 2.E+19 TOTAL 417.333 14.189.180 19.510.124 13.479.722 1.E+20 Gambar 44. Prosentase jumlah penduduk di DAS Cidurian wilayah Kabupaten Bogor Di Kabupaten Bogor, kontribusi beban pencemaran dari kegiatan domestik dengan parameter BOD, COD, TSS dan E.coli berturut turut dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Sukajaya seperti tampak pada Gambar 44. Apabila dilihat dari jumlah penduduknya, Kecamatan Cigudeg memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya sehingga kontribusi beban pencemaran dari kegiatan domestik juga yang terbesar. Faktor lain yang mendukung tingginya kontribusi beban pencemaran di Kecamatan Cigudeg adalah pola penyebaran pemukiman penduduk yang merata di sepanjang DAS Cidurian, yang sebagian besar dekat dengan sungai. Wilayah Cigudeg perlu mendapatkan prioritas pelaksanaan program pengendalian pencemaran khususnya yang berasal dari aktifitas domestik. Upaya pengendalian dapat dilakukan melalui pendekatan ekonomi, sosial dan budaya. Pendekatan ekonomi meliputi penyediaan sarana fasilitas umum untuk MCK, pembuatan Instalasi pengolahan limbah domestik secara komunal. Pendekatan sosial dan budaya meliputi pembinaan kesadaran masyarakat pentingnya sungai sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup. 76 Gambar 45. Kontribusi beban pencemaran dari domestik di Kabupaten Bogor 4.2.3. Analisa Sektoral 4.2.3.1. Kabupaten Lebak Analisa sektoral dilakukan guna mengetahui sektor dari sumber pencemaran tak tentu non point source yang paling dominan berkontribusi terhadap beban pencemaran Sungai Cidurian. Informasi perbandingan beban pencemar dari sumber pertanian dan domestik yang lebih dominan di Kabupaten Lebak dapat digunakan sebagai bahan masukan pengambilan kebijakan pengendalian pencemaran. Hasil perbandingan kontribusi beban pencemar dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Perbandingan beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Lebak NO Wilayah Beban Pencemaran grhari Kab. Lebak BOD TSS Domestik Pertanian Domestik Pertanian 1 CIPANAS 1.572.552 1.493.924 2 CURUGBITUNG 960.996 263.979 912.946 51.504 3 MAJA 1.573.632 620.518 1.494.950 82.934 4 RANGKASBITUNG 3.466.276 182.392 3.292.962 21.252 5 SAJIRA 1.507.564 1.432.186 6 CIBEBER 953.768 906.080 77 Gambar 46 Grafik perbandingan kontribusi beban pencemaran BOD dan TSS dari domestik dan pertanian di Kabupaten Lebak Pada Gambar 46 tampak bahwa di Kabupaten lebak, sektor domestik lebih besar kontribusinya terhadap beban pencemaran dibandingkan dengan sektor pertanian. Berdasarkan analisa GIS geographic information system jumlah penduduk Kabupaten Lebak yang berada di DAS Cidurian 314.104 jiwa. Jumlah penduduk apabila dikelompokkan menurut jarak dengan sungai seperti tampak pada Gambar 47. Pada Gambar 47 dapat diperoleh gambaran pemukiman penduduk yang dominan berada pada jarak 100-500 m dari sungai. Hal ini berpengaruh terhadap kontribusi beban pencemaran domestik apabila diasumsikan 80 penduduk membuang limbah domestiknya secara langsung ke sungai. Pemukiman penduduk berjarak lebih dari 1 km diasumsikan telah memiliki sistem pengolahan limbah domestik, sehingga kontribusi beban pencemaran domestik ke sungai berkisar 30 Kurniawan, 2010. Gambar 47. Prosentase pola penyebaran penduduk di DAS Cidurian wilayah Kabupaten Lebak 78

4.2.3.2. Kabupaten Serang

Penduduk di Kabupaten Serang yang tinggal di wilayah DAS Cidurian sebesar 395.412 jiwa berdasarkan analisa geographic information system. Aktifitas penduduk khususnya bidang domestik dan pertanian berkontribusi terhadap beban pencemaran. Guna pengelolaan yang efisien diperlukan data mengenai aktifitas yang lebih dominan antara domestik dan pertanian. Salah satu sektor yang dominan akan mendapat prioritas penanganan pengelolaan limbah cair di wilayah Kabupaten Serang.Perbandingan beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Serang seperti pada Tabel 37. Tabel 37 Perbandingan beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Serang NO Wilayah Beban Pencemaran grhari Kab. Serang BOD TSS Domestik Pertanian Domestik Pertanian 1 JAWILAN 1.239.004 147.254 1.177.054 326,03 2 KOPO 1.301.000 424.895 1.235.950 945,21 3 BANDUNG 699.032 1.144 664.080 2,74 4 BINUANG 688.364 234.250 653.946 520,55 5 CARENANG 1.305.268 88.727 1.240.005 197,18 6 CIKANDE 2.187.028 552.824 2.077.677 1.228,49 7 KIBIN 806.508 15.156 766.183 33,67 8 TANARA 63.006 787.575 1.175.690 140,00 Gambar 48. Perbandingan kontribusi beban pencemaran BOD dan TSS dari domestik dan pertanian di Kabupaten Serang Pada Gambar 48 tampak bahwa hampir di semua wilayah, beban pencemaran dari sektor domestik lebih dominan dibandingkan dari sektor pertanian. Namun Kecamatan Tanara beban pencemaran dari sektor pertanian 79 lebih tinggi dibandingkan dengan sektor domestik. Kecamatan Tanara berada di wilayah sub DAS Cidurian hilir. Diduga wilayah hilir sangat subur untuk pertanian, sehingga sebagian besar pemanfaatan lahan di wilayah hilir untuk pertanian. Pola penyebaran penduduk terhadap jarak sungai berdasarkan analisa GIS geographic information system, di Kecamatan Tanara seperti tampak pada Gambar 49. Pemukiman penduduk yang berada pada jarak 0 – 100 m atau yang dekat dengan sungai di Kecamatan Tanara sebesar 50 . Apabila diasumsikan penduduk yang tinggal pada jarak 0-100 m semuanya berpotensi membuang limbahnya langsung ke sungai, berarti beban pencemaran domestik sebanding dengan 50 dari total penduduk di Kecamatan Tanara. Sebenarnya beban pencemaran paling dominan sektor pertanian maupun domestik di Kecamatan Cikande Kabupaten Serang. Namun perbandingan beban pencemaran dari sektor pertanian lebih tinggi dibanding dari sektor domestik di Kecamatan Tanara diduga sebagian besar penduduk yang tinggal pada jarak 0-100 m dari sungai memanfaatkan lahannya untuk aktifitas pertanian. Gambar 49 Prosentase pola penyebaran penduduk di DAS Cidurian Kecamatan Tanara Kabupaten Serang

4.2.3.3. Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang memiliki penduduk 529.920 jiwa yang tinggal di DAS Cidurian sub DAS Cidurian hilir berdasarkan analisa GIS geographic information system . Dibandingkan dengan Kabupaten Serang, Lebak dan Bogor, Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk yang paling besar. Hal ini mengakibatkan kontribusi beban pencemaran dari domestik di Kabupaten Tangerang lebih besar dibandingkan Kabupaten Serang, Lebak dan Bogor. 80 Lahan yang digunakan untuk pertanian di Kabupaten Tangerang sebesar 28.608,57 lebih luas dibandingkan dengan Kabupaten Serang, Lebak dan Bogor berdasarkan analisa GIS geographic information system . Hal ini mengakibatkan kontribusi beban pencemaran dari pertanian di Kabupaten Tangerang lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Serang, Lebak dan Bogor. Pengendalian pencemaran dari sumber tak tentu non point source di Kabupaten Tangerang perlu diupayakan seoptimal mungkin. Prioritas penanganan antara sektor domestik dan pertanian perlu dilakukan. Oleh karena itu perlu diketahui sektor mana yang berkontribusi dominan dari sumber domestik atau pertanian. Kontribusi beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian dapat dibandingkan seperti pada Tabel 38. Tabel. 38 Perbandingan beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Tangerang NO Wilayah Beban Pencemaran grhari Kab. Tangerang BOD TSS Domestik Pertanian Domestik Pertanian 1 BALARAJA 1.335.456 20.659 1.268.683 45,92 2 CISOKA 1.927.084 108.423 1.830.730 1.645,07 3 GUNUNG KALER 1.434.792 187.932 1.363.052 417,62 4 JAYANTI 1.681.028 250.085 1.596.977 550,36 5 KRESEK 1.675.308 169.140 1.591.543 375,86 6 MEKAR BARU 1.048.480 243.500 996.056 541,12 7 SOLEAR 2.422.300 64.036 2.301.185 8 SUKAMULYA 713.052 1.944.753 677.399 4.321,67 Gambar 50 Perbandingan kontribusi kontribusi beban pencemaran BOD dan TSS dari domestik dan pertanian di Kabupaten Tangerang Pada Gambar 50 dapat dilihat bahwa kontribusi beban pencemaran BOD di hampir semua kecamatan dari sektor domestik lebih tinggi dibandingkan 81 dengan sektor pertanian, kecuali di Kecamatan Sukamulya. Hal ini dikarenakan Kecamatan Sukamulya memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih sedikit dibandingkan kecamatan lain Tabel 34, sedangkan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Sukamulya lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lain Tabel 30. Pola penyebaran penduduk berdasarkan jarak terhadap sungai dapat dilihat pada Gambar 51. Gambar 51 Prosentase pola penyebaran penduduk di DAS Cidurian wilayah Kabupaten Tangerang Pada Gambar 51 tampak bahwa penduduk yang dominan berada pada jarak lebih dari 1 km sebesar 41 . Apabila diasumsikan penduduk yang berjarak lebih dari 1 km 30 membuang langsung limbahnya ke sungai akan berpengaruh terhadap kontribusi beban pencemaran dari domestik. terhadap beban pencemaran BOD dan TSS. Penduduk yang tinggal pada jarak 0-100 m dan 100-500 m dari sungai hanya sebesar 15 .

4.2.3.4. Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk 417.333 jiwa yang terletak di bagian sub DAS Cidurian hulu dan sebagian di sub DAS Cibereum berdasarkan analisa GIS geographic information system . Aktifitas penduduk di bidang domestik dan pertanian berkontribusi terhadap beban pencemaran di DAS Cidurian. Perbandingan antara sektor domestik dan pertanian parameter BOD dan TSS dapat dilihat pada Tabel 39. 82 Tabel 39 Perbandingan beban pencemaran dari sektor domestik dan pertanian di Kabupaten Bogor NO Wilayah Beban Pencemaran grhari Kab. Bogor BOD TSS Domestik Pertanian Domestik Pertanian 1 CIGUDEG 4,245,304 57,032 4,033,039 126.74 2 JASINGA 3,016,004 321,002 2,865,204 546.62 3 NANGGUNG 3,088,564 16,896 2,934,136 3,422.81 4 SUKAJAYA 1,926,768 3,317,957 1,830,430 17,566.82 5 TENJO 2,046,048 149,642 1,943,746 8,554.56 Gambar 52 Perbandingan kontribusi kontribusi beban pencemaran BOD dan TSS dari domestik dan pertanian di Kabupaten Bogor Pada Gambar 52 tampak bahwa hampir di semua kecamatan, beban pencemaran BOD dan TSS dari sektor domestik lebih dominan dibandingkan dengan dari sektor pertanian. Kecuali pada Kecamatan Sukajaya. Hal ini disebabkan di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor penggunaan lahan untuk pertanian lebih besar dibandingkan wilayah lainnya, sedangkan jumlah penduduknya relatif kecil. Prosentase pola penyebaran penduduk dapat dilihat pada Gambar 53. Pada Gambar 53 tampak bahwa penduduk yang dominan berada pada jarak 100 – 500 m dari sungai. Pada jarak ini diasumsikan 80 penduduknya tidak memiliki saluran pembuangan limbah maupun sistem pengolahannya, sehingga limbahnya langsung dibuang ke sungai. Akibatnya beban pencemaran BOD dan TSS dari domestik lebih tinggi dibandingkan dari pertanian. 83 Gambar 53 Prosentase pola penyebaran penduduk di DAS Cidurian Wilayah Kabupaten Bogor

4.3. Kapasitas Asimilasi

Penentuan kapasitas asimilasi Sungai Cidurian dilakukan secara tidak langsung indirect approach yaitu dengan metode hubungan antara kualitas air dan beban limbahnya. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter bahan pencemar dengan beban pencemar, kemudian dianalisis dengan menarik garis lurus pada nilai baku mutu air yang ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah no 82 Tahun 2001. Konsentrasi bahan pencemar yang berada diatas garis perpotongan antara garis regresi dengan garis konsentrasi pada baku mutu menunjukkan bahwa beban pencemaran yang masuk ke sungai melebihi kemampuan sungai dalam membersihkan diri atau kapasitas asimilasi. Kondisi ini mengakibatkan sungai tercemar. Sebaliknya apabila nilai beban pencemaran berada dibawah perpotongan garis regresi dan garis baku mutu menunjukkan bahwa bahan pencemar masih mengalami proses pembersihan secara alami self purification . Kondisi ini mengindikasikan bahan pencemar yang masuk ke sungai masih di bawah baku mutu yang telah ditetapkan, dan sungai belum mengalami pencemaran. Penentuan kapasitas asimilasi didapat dari garis regresi. Dalam hal ini bukan sebagai analisa regresi, ataupun bukan sebagai penentu hubungan antara konsentrasi polutan dengan beban pencemar. Fungsi y1 menunjukkan kualitas perairan rata- rata di bagian hilir DAS Cidurian yang diukur pada Kresek dan Kronjo pada Bulan Oktober, November dan Desember. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh dari memasukkan nilai x sebagai nilai baku mutu tiap parameter 84 menurut PP 82 tahun 2001 kelas II ke persamaan fungsi Y1. Kapasitas asimilasi merupakan batasan beban pencemar yang masuk ke sungai yang masih dapat dibersihkan secara alami melalui peristiwa fisik, kimia dan biologis. Sebagaimana menurut Effendi, 2003 polutan dalam badan air mengalami proses difusi, penguraian secara kimia oksidasi reduksi , biologis biodegradation maupun secara fisik adsorpsi . Polutan juga akan mengalami pengenceran dilution, penyebaran dispersion dan reaksi penguraian decay of reaction yang terjadi secara alami Quano, 1993. Hasil regresi parameter TSS, BOD, COD dan

E. coli

untuk mendapatkan nilai kapasitas asimilasi dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai kapasitas asimilasi Sungai Cidurian Parameter Fungsi Y1 x = Baku mutu mgl Kapasitas Asimilasi tonbulan TSS Y1 = 0.00965 x ‐ 171 50 22.901,55 BOD Y1 = 0.00230 x+ 8.4 3 2.347,83 COD Y1 = 83.1 ‐ 0.00240 x 25 24.208,33 E. Coli Y1 = 0.00743 x ‐ 2155 1000 424.629,90 Gambar 54 merupakan grafik hubungan antara beban pencemar TSS dengan kualitas air di bagian hilir untuk parameter TSS. Garis regresi diperoleh dari menghubungkan 3 titik yang diperoleh selama 3 bulan pengamatan. Sumbu x merupakan beban pencemar kumulatif di daerah hilir, sedangkan sumbu y merupakan rata rata kualitas air parameter TSS di hilir. Garis horizontal merupakan garis baku mutu parameter TSS menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 kelas II. Penentuan kapasitas asimilasi untuk TSS dilakukan masing-masing dengan fungsi y1 =0.00965x – 171, pada fungsi ini didapatkan hasil perpotongan garis hubungan beban pencemaran dan kualitas perairan dengan garis baku mutu sebagai nilai kapasitas asimilasi sebesar 22.901,55 tonbulan. Nilai ini menentukan besarnya beban pencemar yang masih mampu dilakukan pembersihan sendiri oleh badan air, sehingga tidak terjadi pencemaran. Nilai beban pencemar yang lebih besar dari nilai kapasitas asimilasi akan mengakibatkan konsentrasi bahan pencemar melebihi baku mutu, dan terjadi pencemaran. Pada Gambar 47 tampak bahwa dari tiga titik pengamatan, ada titik yang melebihi garis kapasitas asimilasi, yaitu pengamatan pada Bulan Oktober 2011. 85 Beban pencemaran TSS t on bulan K o n s e n tr a s i T S S m g l d i h ili r 40000 30000 20000 10000 50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Grafik beban pencemaran TSS Vs Konsentrasi TSS Gambar 54. Garis regresi antara beban pencemar TSS dengan konsentrasi TSS Sungai Cidurian pada bulan pengamatan Oktober sampai Desember 2011 Total kontribusi beban pencemar dari sumber tertentu dan sumber tak tentu untuk parameter TSS sebesar 1726, 26 tonbulan. Apabila dikaitkan antara nilai kapasitas asimilasi parameter TSS sebesar 22.901,55 tonbulan akan tampak bahwa kontribusi beban pencemaran masih dibawah kapasitas asimilasi. Namun kontribusi beban pencemaran dalam penelitian ini belum mengakomodir beban pencemaran dari sumber lain seperti peternakan, sampah padat domestik yang dibuang ke sungai. Dengan demikian tidak dapat dikatakan kontribusi beban pencemaran masih dibawah nilai kapasitas asimilasi. Kapasitas asimilasi untuk BOD menggambarkan kemampuan badan air dalam membersihkan diri dari bahan pencemar organik yang mudah diurai dengan peristiwa biologis. Sungai mampu menerima bahan organik yang bersifat biodegradable melalui cara alami dengan proses reaerasi alami sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan mencukupi untuk kehidupan organisme Hasham, 2004. Namun kemampuannya terbatas, tergantung dari kondisi alami seperti difusi oksigen di atmosfer dengan permukaan air, temperature, keberadaan organism perairan Beeson, 2004.