Keanggotaan Indonesia dalam Western and Central Pacific Fisheries

d Mereka dapat menyelam sekurangnya 500 meter ke bawah laut. Status konservasi ikan tuna sirip biru ini adalah kritis Critically Endangered 70 dikarenakan pada habitat liar sudah mencapai penangkapan overfishing dan overexploited. Gambar ikan tuna sirip biru selatan southern bluefin tuna 71 Commission for the Conservation and Management of Highly Migratory Fish Stock in the Western and Central Pacific Ocean WCPFC atau yang disebut dengan Konvensi tentang Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan Beruaya Jauh di Samudera Pasifik Barat dan Tengah merupakan organisasi internasional antar pemerintah Negara-negara yang memiliki pantai di Pasifik Barat dan Pasifik Tengah dan negara-negara yang menangkap ikan di wilayah tersebut. Konvensi ini ditandatangani pada tanggal 5 September 2000

C. Keanggotaan Indonesia dalam Western and Central Pacific Fisheries

Commission WCPFC 2013 72 70 di Honolulu, Amerika Serikat yang proses negoisasinya berlangsung selama empat tahun. Namun Konvensi ini http:www.iucnredlist.orgdetailssummary218580 diakses 5 Februari 2015 71 http:www.dpi.nsw.gov.au__dataassetsimage0006219687Southern-bluefin- tuna.jpg diakses tanggal 5 Februari 2015 72 http:www.wcpfc.intfrequently-asked-questions-and-brochures diakses 5 Februari 2015 mulai berlaku efektif pada tanggal 19 Juni 2004 dengan negara-negara yang meratifikasinya yaitu Australia, Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji Islands, Kiribati, Marshall Island, Tonga dan Tuvalu. Masalah yang juga dihadapi oleh WCPFC sebelum terbentuknya organisasi ini ialah menagatasi masalah dalam pengelolaan perikanan di laut lepas akibat penangkapan ikan yang tidak diatur, kapasitas yang berlebih, terlalu banyak isi kapasitas kapal, kapal yang berganti bendendera untuk melarikan diri dari kontrol, tidak selektifnya pemakaian alat tangkap, tidak adanya data yang akurat dan harus adanya kerjasma multilateral yang cukup dalam hal konservasi dan pengelolaan sediaan ikan yang beruaya jauh. Berbagai masalah tersebut akhirnya mendorong negara-negara kepulauan yang langsung berdampingan dengan Samudera Pasifik khususnya Pasifik bagian Barat dan Tengah untuk mengadakan Konvensi Tingkat Tinggi Multilateral agar dapat menyelesaikan permasalahan perikanan regional. Sejarah terbentuknya WCPFC berbeda dari CCSBT yang dimana WCPFC berdiri setelah adanya UNFSA 1995. Dasar hukum berdirinya WCPFC ialah UNCLOS 1982 73 dan prinsip pererapan pendekatan kehati-hatiannya berdasarkan UNFSA 1995. Konvensi WCPFC sendiri adalah salah satu perjanjian perikanan regional pertama yang diadopsi setelah adanya kesimpulan dari UNFSA 1995 United Nation Fish Stocks Agreement 1995. 74 73 Pasal 4 WCPFC 2000 74 http:www.wcpfc.intconvention-text diakses 5 Februari 2015 Prinsip-prinsip UNFSA 1995 yang diadopsi WCPFC antara lain: 75 Wilayah kompetensi konservasi dan pengelolaan semua ikan beruaya jauh WCPFC ialah penerapan pendekatan kehati-hatian precautionary approach, keputusan Komisi yang harus didasarkan pada bukti ilmiah yang terbaik, pertimbangan ekosistem dan pengakuan dari negara-negara kepulauan kecil yang berkembang. 76 “Dari pantai Selatan Australia kea rah sepanjang 141 Bujur Timur sampai perpotongannya dengan 55 Lintang Selatan, kemudian ke arah Timur sejajar dengan 55 Lintang Selatan sampai perpotongannya dengan 150 Bujur Timur; kemudian sepanjang 150 Bujur Timur sampai perpotongannya dengan 60 sejajar Lintang Selatan, kemudian ke arah Timur 60 sejajar dengan Lintang Selatan sampai perpotongannya dengan 130 Bujur Barat; kemudian ke Utara sejajar 130 Bujur Barat sampai perpotongannya dengan 4 sejajar Lintang Selatan; kemudian ke Barat 4 sejajar Lintang Selatan sampai perpotongannya dengan 150 Bujur Barat; kemudian sepanjang Utara 150 Bujur Barat”. 75 http:www.wcpfc.intfrequently-asked-questions-and-brochures diakses 5 Februari 2015 76 Pasal 3 ayat 1 WCPFC 2000 Di didalam mukadimah WCPFC 2000 dijelaskan bahwa Konvensi ini dibentuk karena adanya kesadaran perlunya menghindari dampak buruk terhadap lingkungan laut, melesatarikan kenaekaragaman hayati, menjaga integritas ekosistem laut, meminilakan resiko jangka panjang atau dampak yang tidak dapat diperbaiki dari operasi penangkapan ikan dan kondisi kerentanan ekologis dan geografis negara-negara pulau kecil yang sedang berkembang, wilayah dan kawasan, ketergantungan ekonomi dan sosialnya terhadap sediaan ikan yang beruaya jauh dan kebutuhan mereka akan bantuan khusus, termasuk bantuan finansial, ilmu pengetahuan dan teknologi, agar negara-negara berkembang tersebut dapat berperan-serta secara aktif di dalam konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan secara berkelanjutan sediaan ikan yang beruaya jauh. 77 77 Mukadimah WCPFC 2000 Pada Pasal 2 WCPFC 2000 terdapat tujuan dari pada Konvensi ini yang berisi : “The objective of this Convention is to ensure, through effective management, the long-term conservation and sustainable use of highly migratory fish stocks in the western and central Pacific Ocean in accordance with the 1982 Convention and the Agreement”. Tujuannya ialah “untuk memastikan melalui pengelolaan secara efektif, konservasi jangka panjang dan pemanfaatan secara berkelanjutan sediaan ikan beruaya jauh di Samudera Pasifik Barat dan Tengah sesuai dengan Konvensi 1982 dan Persetujuan”. Daftar jenis ikan beruaya atau bermigrasi jauh Highly Migratory Species berdasarkan Lampiran I UNCLOS 1982, yaitu: 78 No. Nama Ikan Nama Latin dan Nama Indonesia 1 Albacore tuna Thunnus alalunga Albakor 2 Bluefin tuna Thunnus thynnus Tuna sirip biru Atlantik 3 Bigeye tuna Thunnus obesus Tuna mata besar 4 Skipjack tuna Katsuwonus pelamis Cakalang 5 Yellowfin tuna Thunnus albacores Madidihang 6 Blackfin tuna Thunnus atlanticus 7 Little tuna Euthynus alletteratus; Euthynus affinis Tongkol 8 Southen bluefin tuna Thunnus maccoyii Tuna sirip biru selatan 9 Frigate mackerel Auxis thazard, Auxis rochei Makarel 10 Pornfrets Family bramida 11 Marlins Tetrapturus angustirostris Setuhuk 12 Sail-fishes Istiophorus platypterus Ikan layaran 13 Swordfish Xiphias gladius Ikan pedang 14 Sauries Scomberesox saurus Tenggiri 15 Dolphin Coryphaena hippurus Lumba-lumba 16 Oceanic sharks Hexanchus griseus Hiu 17 Cetaceans Family Physeteridae Konvensi WCPFC melakukan konservasi kepada jenis ikan-ikan tersebut kecuali ikan Sauries Tenggiri. Indonesia masuk menjadi anggota WCPFC melalui Peraturan Presiden No.61 Tahun 2013 tentang Pengesahan Convention on the Conservation and Management of Highly Migratory Fish Stocks in the Western and Central Pacific Ocean Konvensi tentang Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan Beruaya Jauh di Sameudera Pasifik Barat dan Tegah. Pengesahan ini adalah yang terbaru untuk keikutsertaan Indonesia dalam organisasi pengelolaan dan konservasi perikanan regional. 78 Chomariyah,Op.Cit, hal.12 Sebelumnya Indonesia sudah mengikuti dan menjadi anggota Indian Ocean Tuna Commission IOTC melalui PerPres No. 9 Tahun 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Komisi Tuna Samudera Hindia dan Convention for the Conservation of Southern Bluefin Tuna CCSBT melalui Perpres No.109 Tahun 2007 tentang Pengesahan CCSBT. 79 Dalam konsideran PerPres No.61 Tahun 2013 tentang Pengesahan WCPFC dalam isi “menimbang” menyebutkan : 80 a Bahwa di Honolulu, Amerika Serikat, pada tanggal 5 September 2000, Konferensi Tingkat Tinggi Multilateral mengenai Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan Beruaya Jauh di Wilayah Pasifik Barat dan Tengah pada Sesi Ketujuh telah menetapkan Convention on the Conservation and Management of Highly Migratory Fish Stock on the Western and Central Pacific Ocean Konvensi tentang Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan Beruaya Jauh di Samudera Pasifik Barat dan Tengah; b Bahwa keikutsertaan Indonesia pada Konvensi tersebut dapat meningkatkan dan memajukan industry perikanan nasional dengan tetap menjaga dan melindungi kedaulatan wilayah laut terrtorial Republik Indonesia; c Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Konvensi tersebut dengan Peraturan Presiden; 79 Chomariyah, Op.Cit, hal.19 80 PerPres No.61 Tahun 2013 tentang Pengesahan WCPFC Dengan bergabungnya Indonesia pada tahun 2013 maka jumlah keanggotan WCPFC adalah 24 negara yaitu 81 Indonesia memiliki beberapa manfaat dari keanggotanya di WCPFC, antara lain: Australia, Kanada, Cina, Kepulauan Cook, Federasi Mocronesia, Kepulauan Fiji, Prancis, Indonesia, Jepang, Republik Kiribati, Republik Kepulauan Marshall, Republik Nauru, Selandia Baru, Niue, Republik Palau, Papua New Guinea, Filipina, Korea Selatan, Samoa, Kepulauan Salomon, Kerajaan Tonga, Tuvalu, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Republik Vanuatu. 82 a Aspek politik domestic, akan mendukung kebijakan nasional bagi upaya konservasi dan pengelolaan perikanan yang bermigrasi jauh di wilayah Samudera Pasifik Bagian Barat dan Tengah; b Aspek politik luar negeri, akan memperkuat posisi dalam forum organisasi perikanan regional dan internasional, serta menegaskan komitmen Indonesia sebagai negara pihak pada UNCLOS 1982 bagi kerjasama internasional dalam kegiatan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan; c Aspek teknis ekonomi, akan memberikan peluang bagi Indonesia dalam mengakses bantuan teknis dan financial dari WCPFC, serta untuk menghindari adanya embargo ekspor produk perikanan Indonesia oleh negara-negara anggota WCPFC; 81 http:www.wcpfc.intpreparatory-conference diakses 5 Februari 2015 82 Mardia, Manfaat Keanggotaan Indonesia Dalam Indian Ocean Tuna Commision IOTC, Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, tidak diterbitkan, 2011 d Dengan menjadi anggota WCPFC, akan memudahkan proses pertukaran informasi dan data perikanan yang tepat dan akurat diantara negara anggota dan adanya alih teknologi untuk Indonesia sebagai negara berkembang dalam kegiatan konservasi sumberdaya ikan di wilayah Samudera Pasifik bagian Barat dan Tengah. BAB III HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN REGIONAL DAN INTERNASIONAL

A. Konvensi Perikanan Laut Lepas