Konvensi Perikanan Laut Lepas

BAB III HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN REGIONAL DAN INTERNASIONAL

A. Konvensi Perikanan Laut Lepas

Laut dan sumber daya ikan yang ada di dalamnya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketika melakukan pembahasan mengenai perikanan dan pengelolaannya, hal ini juga pasti menyangkut habitat atau wilayah tempat ikan- ikan tersebut hidup dan berkembang. Oleh karena itu membahas laut dan segala aturan yang berlaku diatasnya , secara langsung akan membahas mengenai konsep perikanan itu sendiri. Pada zaman kuno, status hukum lautan tidak pernah dipersoalkan oleh siapapun, setiap orang bebas memanfaatkan laut , demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masa itu laut lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran dan perikanan.ada pula kelompok masyarakat lokal di sekitar pantai yang memanfaatkan laut itu demi melakukan upacara-upacara keagamaan atau kepercayaan yang mereka yakini. Semua aktifitas tersebut kebanyakan dilakukan di wilayah atau kawasan laut yang dekat dengan pantai. Hal ini disebabkan karena teknologi kelautan terutama teknologi perkapalan dan perikanan masih sederhana. Kemampuannya mengarungi laut pun masih terbatas pada jarak yang tidak begitu jauh dari pantai. Meskipun demikian ada pula orang-orang yang berani mengarungi laut sampai jauh ke perairan laut bagian tengah. Bahkan sampai kepada pulau atau benua yang lain dalam jarak yang relative jauh. Sumber daya alam, terutama ikan, yang dikandung lautan pun berlimpah ruah dan tidak akan ada habis-habisnya untuk dieksploitasi. Disamping itu , juga disebabkan karena jumlah penduduk dunia pada zaman kuno tidaklah begitu banyak sehingga kebutuhan hidupnya pun terbatas. 83 Di Eropa, rempah-rempah adalah barang yang mahal dan sulit untuk didapat. Banyaknya aktifitas kelautan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa memicu pemikiran bangsa-bangsa tersebut untuk memiliki beberapa wilayah kelautan untuk mempermudah pekerjaan mereka. Banyak terjadi pengklaiman laut yang dilakukan oleh bangsa dan kerajaan-kerajaan Eropa, sebagai contoh suatu peristiwa penting didalam sejarah hukum laut internasional adalah pembagian seluruh laut dan samudera di dalam dua bagian yang dilakukan oleh, Paus Seiring berjalannya waktu banyak bangsa-bangsa di dunia mulai melakukan pelayaran ke kawasan yang lebih jauh daripada sekedar pantai atau laut bagian tengah. Bangsa Eropa adalah bangsa yang dikenal memiliki tingkat pelayaran yang tinggi. Sejak abad 14 sudah terjadi perlombaan antara bangsa- bangsa Barat, seperti bangsa Spanyol, Portugal, Italia, Inggris, Belanda dan Negara Eropa lainnnya untuk mengarungi lautan, sejalan dengan keinginan mereka untuk mencari beberapa daratanbenua yang baru. Pelayaran mencari benua baru ini juga didasari pada kebutuhan perekonomian dan pangan Eropa mengenai rempah-rempah. 83 I Wayan Parthiana ,Op.Cit, hal. 3. Alexander XII di tahun 1493 dengan piagam yang dinamakan Inter Caetera. 84 a Kewarganegaraan Akan tetapi usaha-usaha bangsa dan kerajaan-kerajaan Portugal, Spanyol, Denmark, dan Inggris utnuk menyatakan laut sebagai miliknya dominiomaris baik berdasarkan kepentingan perlindungan perikanan maupun monopoli pelayaran mendapat tantangan dari berbagai pihak. Hal ini karena berbagai pihak lain seperti bangsa-bangsa di Asia, Negara Inggris dan Amerika merasa dibatasi dalam mempergunakan laut yang dulunya milik bersama. Kemudian bangsa bangsa Asia pun sudah mulai melakukan pelayaran seperti yang dilakukan bangsa Eropa. Hal ini menyebabkan bangsa-bangsa di Asia mendapat pengetahuan yang baru tentang laut. Keinginan-keinginan bangsa-bangsa diatas untuk dapat mengelola laut dengan bebas ataupun untuk dapat melindungi wilayah laut yang menurut Negara tersebut adalah miliknya sebenarnya sudah menjadi cikal bakal tumbuhnya pranata hukum laut tentang laut territorial dan laut lepas. Peraturan mengenai hukum laut yang dibahas secara resmi oleh bangsa- bangsa di dunia bermula dari Konferensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930. Konferensi ini membahas 3 masalah dalam Hukum Internasional, yaitu: b Perairan teritorial, dan c Tanggung jawab negara untuk kerugian yang ditimbulkan dalam wilayahnya terhadap pribadi atau kekayaan orang asing. 84 Higgins and Colombus, The International Law of the Sea, 6 th edition , London , 1972, hal. 49 Hukum laut internasional tentang laut atau perairan territorial hanyalah salah satu bidang hukum yang akan dikodifikasi dalam konferensi ini. Ini dilakukan dalam rangka mencapai keseragaman dan kesepakatan tentang lebarnya laut dan perairan territorial. Akan tetapi, Konferensi Den Haag 1930 ini gagal mencapai kesepakatan mengenai lebar laut territorial yang seragam. 85 1. Proklamasi Presiden Truman tahun 1945 tentang Continental Shelf dan Perikanan Setelah itu pada masa setelah Perang dunia II banyak terjadi peristiwa penting bagi hukum laut internasional yakni : 2. Sengketa perikanan antara Inggris dan Norxegia Keputusan Mahkamah Internasional tahun 1951 3. Klaim-klaim 200 mil oleh Chile, Ecuador dan Peru Peristiwa peristiwa tersebut tidak menciptakan suatu jalan tengah dan kebaikan bagi hukum laut internasional. Sementara itu, PBB Perserikatan Bangsa Bangsa yang secara resmi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 dan membentuk Komisi Hukum Internasional yang membahas rancangan instrument hukum internasional, dalam bidang hukum laut, komisi hukum Internasional telah berhasil menyiapakn beberapa rancangaan naskah konvensi hukum laut. Oleh karena itu pada tanggal 24 Februari sampai tanggal 27 April 1958 diselenggarakanlah Konferensi Hukum Laut Internasional di Jenewa dan dihadiri 85 United nations L The ork of the International La Commission , fourth Edition, United Nations Publication, Nex York , 1988, hal..3. oleh wakil-wakil dari 86 Negara. Daftar Negara peserta memperlihatkan perubahan yang telah terjadi dalam keanggotaan masyarakat bangsa dengan telah masuknya Negara-negaar yang memperoleh kemerdekaannya setelah akhir Perang Dunia II. Kenyataan ini dan faktor bertambah pentingnya laut sebagai seumber kekayaan alam dan kemajuan teknologi yang memungkinkan penggaliannya yang telah dijelaskan diatas, menjadikan Konferensi Hukum Laut di Jenewa tahun 1958 ini suatu kejadian yang penting dalam perkembangan hukum laut masa kini. 86 a. Convention on the Teritorial Sea and the Coontigous Zone Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan, mulai berlaku pada tanggal 10 September 1964; Dalam Konferensi Jenewa 1958 ada disepakatilah 4 konvensi mengenai hukum laut, yaitu sebagai berikut : b. Convention on the High Seas Konvensi tentang Laut Lepas, mulai berlaku pada 30 September 1962; c. Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas Konvensi tentang Perikanan dan Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas, mulai berlaku pada tanggal 20 Maret 1966 d. Convention on the Continental Shelf Konvensi tentang Ladasan Kontinten, mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964. 86 Mochtar Kusumaadmadja, Hukum laut Internasional, BinaCipta, Bandung, 1986, hal. 109. Sebelum berlakunya Konvensi lain setelah Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi Hukum Laut Jenewa 1958, maka mengenai pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan di lut lepas secara global diatur dalam Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas Konvensi tentang Perikanan dan Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas Konvensi Perikanan Laut Lepas 1958. Dalam mukadimah Konvensi Perikanan Laut Lepas 1958 menyatakan, bahwa perkembangan teknologi penangkapan ikan modern menyebabkan overexploited sebagai sumberdaya hayati di laut lepas. Pasal 1 ayat 1 Konvensi Perikanan Laut Lepas 1958 menyatakan, bahwa hak semua Negara untuk menangkap ikan di laut lepas dibatasi oleh : a. Kewajiban berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh Negara mereka dengan Negara lain; b. Kepentingan-kepentingan dan hak Negara pantai sebagaimana diatur dalam konvensi ini; c. Ketentuan-ketentuan mengenai konservasi perikanan sebagaimana ditetapkan dalam Konvensi tersebut. Sesuai dengan penjelasan diatas, sangat jelas bahwa aturan dalam konvensi ini mementingkan dan mendahulukan kepentingan negara pantai dan konservasi ikan dibandingkan dengan kepentingan Negara penangkap ikan. Dalam pasal 6 ayat 1 Konvensi Perikanan Laut Lepas 1958 menyatakan bahwa : “A coastal State has a special interst in the maintenance of the productivity of living resources in any area of the high seas adjacent to its territorial sea” . Selain ketentuan dalam Pasal 6 ayat 1 di atas, lebih lanjut Pasal 6 menyatakan bahwa Negara pantai berhak untuk, antara lain : a Turut serta atas dasar sama derajat dalam setiap penelitian atau pengaturan yang bertujuan untuk konservasi perikanan di bagian laut lepas yang berdekatan dengan pantainya b Kewajiban Negara-negara lain yang nelayan-nelayannya melakukan penangkapan ikan di daerah untuk mengadakan perundingan-perundingan dengan Negara pantai dengan tujuan menetapkan tindakan-tindakan konservasi perikanan yang diperlukan di daerah itu dan di laut lepas. Hak-hak diatas dimiliki Negara pantai meskipun nelayan-nelayannya tidak menangkap ikan di bagian-bagian laut yang dimaksud.

B. United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982