Lanskap Kota Tepi Sungai Bioregion Bioregion berasal dari kata bio hidup dan region territorialwilayah

3. Mempunyai kepadatan minimum untuk jaman dan daerahnya 4. Mempunyai struktur dan pola dasar yang padat dikenali sebagai jalan-jalan dan ruang kota 5. Merupakan suatu tempat dimana orang tinggal dan bekerja 6. Mempunyai sejumlah minimal fungsi-fungsi kota yang dapat meliputi sebuah pasar, suatu pusat pemerintahan atau politik, suatu pusat militer, suatu pusat keagamaan, atau suatu pusat kegiatan intelektual lengkap dengan lembaga-lembaga yang bersangkutan 7. Suatu masyarakat yang heterogen dan bertingkat-tingkat, serta adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tersebut 8. Suatu pusat ekonomi perkotaan untuk jaman dan daerahnya yang menghubungkan suatu hinterland pertanian dan mengolah bahan mentah untuk pasaran yang lebih luas 9. Merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya 10. Merupakan suatu pusat difusi dan mempunyai suatu cara hidup perkotaan sesuai dengan jaman dan daerahnya Dengan demikian, maka kota dapat didefinisikan tidak dalam pengertian bentuk dan strukturnya, namun dalam pengertian suatu fungsi tertentu, yaitu dalam membentuk suatu wilayah dan menciptakan ruang yang efektif yang dimana suatu unit permukimn yang membentuk suatu wilayah atau hinterland yang lebih luas, agar bisa dimengerti dan dipahami oleh kebudayaan-kebudayaan yang berlainan.

2.3 Lanskap Kota Tepi Sungai

Kota tepi sungai adalah suatu konsep pengembangan wilayah yang memiliki fungsi kegiatan perkotaan baik yang telah tumbuh maupun direncanakan berada pada tepian sungai, yang dibatasi oleh jalur hijau atau Ruang Terbuka Hijau RTH sesuai dengan ketentuan garis sempadan dan kawasan lindung setempat. Dalam perencanaan kawasan kota tepi sungai, terdapat empat indikator yang harus diperhatikan. Empat indikator itu antara lain pertama adalah ekologi sungai dengan indikasi terkontrolnya sedimentasi, kebersihan, dan sanitasi kawasan. Indikator kedua adalah prodiktivitas dengan indikasi terjadinya transportasi pada sungai dan adanya sumber kehidupan di sepanjang aliran sungai. Indikator ketiga berupa urban design, di mana indikasinya adalah stuktur dan spasial kawasan meliputi pola sungai, pengembangan kawasan yang mengacu pada pola sungai, terciptanya aksesibilitas dari sungai ke daratan, orientasi kawasan tertuju pada sungai, pola jalan darat atau ruang publik yang berhubungan langsung dengan sungai dan pemandangan sungai terlihat dari daratan. Indikator terakhir berupa arsitektur bangunan dengan indikasinya adalah arah muka bangunan yang tertuju ke arah sungai Wijanarka, 2008. Dengan pengembangan seperti ini maka secara tidak langsung manusia akan menjaga dan melestarikan sungai sebagai penunjang aktivitas mereka.

2.4 Bioregion Bioregion berasal dari kata bio hidup dan region territorialwilayah

yang dapat diartikan sebagai tempat hidup life place yaitu suatu lingkungan yang memiliki kekhasan dimana batas-batasnya ditentukan oleh tatanan alam yang mampu mendukung keunikan aktivitas komunitas biotik di dalamnya Thayer, 2003. Bioregion didefinisikan bervariasi terdiri dari geografi Daerah Aliran Sungai, ekosistem tumbuhan dan hewan, landform, serta budaya manusia yang khas yang tumbuh dari potensi alam . Komponen utama yang terpenting dari bioregion adalah budaya manusia yang dibangun di dalam dan terintegrasi dalam area tanpa batas yang kaku dan dibedakan oleh bentukkan alami seperti flora, fauna, tanah, iklim, geologi, dan area drainase. Berdasarkan pembahasan dalam workshop yang telah dilakukan WALHI pada tanggal 19 hingga 21 Juni 2001, yang dimaksud dengan bioregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, flora, fauna asli dan pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan intergrasi sistem alam dan lingkungan serta kondisi kesadaran untuk hidup di wilayah tersebut. Dalam konsep runag berdasarkan bioregion terdapat empat bagian utama berdasarkan tingkatan luas wilayah yang ditangani. Empat bagian utama itu adalah bio region, sub region, unit lanskap, dan unit satuan tempat. Pembagian ini diharapkan mampu menghasilkan sistem manajemen bioregion yang baik dan menyeluruh. Terdapat tiga komponen utama dalam pengelolaan bioregion, yaitu komponen ekologi yang terdiri dari kawasan-kawasan ekosistem alam yang saling berhubungan satu sama lain melalui koridor, baik habitat alami ataupun semi alami. Komponen ekonomi yang mendukung usaha pendayagunaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dalam matriks budi daya, dengan pengembangan budi daya jenis-jenis unggulan setempat. Komponen sosial budaya yang dapat memfasilitasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta memberikan peluang bagi kebutuhan sosial budaya secara lintas generasi. Bioregion merupakan unit perencanaan ruang dalam pengelolaan sumbar daya alam yang tidak ditentukan oleh batasan politik dan administratif, tetapi dibatasi oleh batasan geografik, komunitas manusia serta sistem ekologi, dalam suatu cakupan bioregion, secara ekologis.

2.5 Kompartemen Odum