III. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan DAS Barito, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan
Agustus 2010.
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin 2004
Gambar 2 Lokasi Penelitian tanpa skala
3.2 Data dan Informasi
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan informasi baik berupa data primer dan sekunder yang berisikan data spatial maupun data atribut
tekstual. Data dan informasi tersebut kemudian dilakukan penggabungan untuk menghasilkan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Secara rinci,data
dan informasi yang digunakan untuk penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data dan Informasi
No Nama Peta
Jenis Peta Skala Interprestasi Sumber
Spasial Tekstual 1
Topografi Ya
Ya 1 : 50000 batas DASsub DAS
Bakosurtanal, Pusat
Pengkajian Perencanaan
dan Pengembangan
Wilayah P4W IPB
U
Tabel 1 Lanjutan
No Nama Peta
Jenis Peta Skala Interprestasi Sumber
Spasial Tekstual 2
Tata guna lahan
Ya Tidak
1 : 50000 Batas administrasi , tata guna lahan
Survey, pemda
3
Citra Ikonos
2006 Ya Tidak
Land cover, sungai, infrastruktur
Pemda, Bappeko
Banjarmasin
4 Hidrologi
Ya Ya
1 : 50000 Morfometri sungai,
kecepatan aliran air, sifat air, dan debit air
Pemda, survey
5
RTRW Ya
Ya 1 : 50000
Alokasi pemanfaatan pada ruang wilayah
Pemda
6
RTRK Ya
Ya 1 : 50000
Alokasi pemanfaatan pada ruang kota
Pemda
3.3 Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan Geographic Information Sistem GIS berupa hardware komputer dan software pengolahan data spasial
ArcView GIS 3.2, software pemetaan dan rancang bangun AutoCAD 2006, serta software grafis Adobe Photoshop CS3.
3.4 Metode dan Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei lapang dan study desk.
Study desk dilakukan untuk menyusun data spatial dan kriteria klasifikasi pada setiap peta tematik. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang
meliputi:
3.4.1. Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data spasial dan atribut baik primer maupun sekunder yang meliputi data topografi, peta administrasi, peta
hidrologi, peta pengunaan lahan, peta penutupan lahan, dan peta persebaran budaya. Secara rinci, peta inventarisai digunakan sebagai berikut :
• Data Topografi Data ini digunakan sebagai sumber informasi keadaan topografi di kawasan studi.
Berdasarkan garis elevasi pada peta topografi ditentukan batas DAS dan sub DAS. Batas DAS dan sub DAS dalam studi ini menggunakan data yang tersedia dari
hasil kajian P4W IPB 2009. Peta DAS sub DAS Kalimantan Selatan ini menjadi peta dasar untuk membangun unit bioregion dan unit lanskap.
• Data Tanah Data tanah yang diperoleh digunakan sebagai salah satu faktor dalam analisis
pergerakan sungai. • Peta Wilayah Manajemen Air
Peta Wilayah Manajemen Air WMA yang dihasilkan berdasarkan kajian Tim P4W 2009 digunakan untuk menentukan batas unit tempat dalam Kota
Banjarmasin yang di dalamnya terdapat nilai-nilai intrinsik berupa kualitas air, sebaran kantung air, dan tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun
yang menjadi ciri khas pada tiap-tiap unit tempat tersebut. • Peta Hidrologi
Peta hidrologi digunakan untuk menjadi acuan dalam menentukan pergerakan sungai utama pembentuk Kota Banjarmasin Alalak, Barito, dan Martapura.
• Peta Tata Guna Lahan Peta ini digunakan sebagai salah satu informasi dalam penyusunan peta
penutupan. • Peta Penutupan Lahan
Peta ini dihasilakan berdasarkan interpretasi visual citra Ikonos 2006. Interpretasi visual dilakukan berdasarkan kunci identifikasi yang telah disiapkan
dan rujukan Peta Tata Guna Lahan. Delineasi kelas penutupan lahan dilakukan pada layar monitor komputer secara backdrop image digitation dengan
menggunakan program ArcView 3.2.
3.4.2. Analisis
3.4.2.1. Analisis Unit Bioregion
Tahapan analisis ini dilakukan pada tiap peta tematik untuk menyusun peta bioregion yang terdiri dari unit bioregion, sub region, unit lanskap, dan unit
tempat Jones et al, 1998. Batasan pembentuk ruang bioregion berupa DAS dan sub DAS, serta berdasarkan Wilayah Manajemen Air WMA.
Unit Bioregion
Unit Bioregion diperoleh dari peta topografi Kalimantan Selatan yang dihasilkan oleh Tim P4W 2009. Deliniasi batas daerah aliran sungai DAS
diperoleh berdasarkan batas punggung bukit dan titik puncak-puncak bukit.
Unit Lanskap
Unit lanskap ditentukan berdasarkan delineasi sub DAS pada unit bioregion. Peta unit lanskap ini dibatasi hanya pada sub DAS yang membentuk
Kota Banjarmasin, yaitu Sub DAS Barito Hilir dan sub DAS Martapura.
Unit Tempat
Unit tempat ditentukan berdasarkan Wilayah Manajemen Air WMA yang dihasilkan dari kajian Tim P4W 2009. Wilayah Manajemen Air merupakan
wilayah yang dibentuk oleh batas-batas tanggul atau jalan sehingga ketika semua air hujan ataupun pasang akan tertampung dalam wilayah ini. Di dalam setiap
WMA terdapat kantung-kantung air, yaitu suatu cekungan yang mengandung lapisan tanah gambut dan merupakan tempat menampung air
. Peta kantung air
diperoleh melalui survei dengan membuat jalur transek untuk menentukan kedalaman tanah gambut di setiap WMA.
Wilayah Manajemen Air ini menjadi inisiasi dalam penyusunan unit tempat. Tiap unit tempat mempunyai nilai intrinsik. Nilai intrinsik unit tempat
disusun berdasarkan kualitas air, sebaran kantung air, dan tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun. Data kualitas air, sebaran kantung air, dan
tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun ini diperoleh berdasarkan kajian dari Tim P4W 2009.
Selain itu nilai intrinsik unit tempat ditentukan juga berdasarkan nilai lindung. Analisis kawasan lindung ini dilakukan berdasarkan analisis pola
pergerakan Sungai Alalak, Barito, dan Martapura menurut Leopold dalam Maryono, 2008. Sehingga berdasarkan nilai intrinsik yang terdiri atas kualitas
air, sebaran kantung air, tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun dan nilai lindung dapat disusun unit tempat.
a. Analisis Nilai Intrinsik Unit Tempat
Nilai intrinsik unit tempat pada setiap WMA terdiri atas kualitas air dan tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun yang diperoleh dari hasil
studi penyusunan database sungai P4W, 2009. Untuk kualitas air terbagi menjadi lima kategori yaitu kualitas air sangat buruk, buruk, sedang, baik, dan
kualitas air sangat baik. Sedangkan untuk tingkat kepadatan permukiman kawasan terbangun, terbagi menjadi lima kategori yaitu tingkat kepadatan
permukiman sangat jarang 0-5, jarang 5-15, sedang 15-35, padat 35- 75, dan tingkat permukiman sangat padat 75-100. Dari kelima kategori
tersebut dilakukan penilaian dengan nilai 1 hingga 5. Secara rinci sistem penilaian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria Penilaian Nilai Intrinsik Berdasarkan Data Wilayah Manajemen Air
Kriteria Penilaian Skor Kriteria
Kualitas Air
Skor Kriteria Tingkat Kepadatan Permukiman
1 sangat buruk
1 sangat jarang
0-5 2 buruk
2 jarang 5-15
3 sedang 3 sedang
15-35 4 baik
4 padat 35-75
5 sangat baik
5 sangat padat 75-100
Sumber : Tim P4W 2009
b. Analisis Kawasan Lindung