Perencanaan Lanskap Kota PENDAHULUAN

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Lanskap

Perencanaan adalah suatu kegiatan dasar manusia yang di kembangkan melalui proses pemikiran ke masa depan dan tindakan manusia berdasarkan pemikiran tersebut dalam kenyataanya Catanese, Snyder, dan Susangko, 1986. Dalam setiap perencanaan haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat dimana perencanaan tersebut dilembagakan Dyckman, dalam Catanese, 1986. Sedangkan perencanaan lanskap adalah seni menciptakan lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan memahami orang-orang yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada. Dalam perencanaan tapak, tidak ada satupun elemen yang dapat diubah tanpa memberikan pengaruh yang luas. Tapak bukanlah sekedar kumpulan dari bangunan dan jalan, tetapi juga merupakan suatu sistem dari struktur, permukaan, ruang, makhluk hidup, iklim, dan lain-lain Lynch, 1981. Salah satu bentuk perencanaan lanskap adalah perencanaan lanskap kota.

2.2 Kota

Pada suatu definisi klasik, kota dinyatakan sebagai sebuah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang dihuni oleh individu-individu yang heterogen dalam arti sosial. Dalam penelitian lebih lanjut yang dikemukakan oleh Gordon Childe, kriteria suatu kota adalah suatu konsentrasi penduduk dalam jumlah yang besar, spesialisasi pekerjaan, suatu pola ekonomi yang merata, bangunan-bangunan umum yang monumental, stratifikasi sosial yang telah berkembang, penggunaan tulisan serta ilmu pengetahuan perkiraan dan eksakta, seni alamiah, perdagangan luar negeri, dan keanggotaan kelompok atas dasar lokasi tempat tinggal, bukan atas dasar hubungan keluarga. Seiring dengan perkembangan jaman, maka terdapat 10 kriteria kota yang harus diperhatikan Hardoy dalam Catanese, et al, 1986, yaitu : 1. Berukuran dan berpenduduk besar untuk jaman dan daerahnya 2. Bersifat permanen 3. Mempunyai kepadatan minimum untuk jaman dan daerahnya 4. Mempunyai struktur dan pola dasar yang padat dikenali sebagai jalan-jalan dan ruang kota 5. Merupakan suatu tempat dimana orang tinggal dan bekerja 6. Mempunyai sejumlah minimal fungsi-fungsi kota yang dapat meliputi sebuah pasar, suatu pusat pemerintahan atau politik, suatu pusat militer, suatu pusat keagamaan, atau suatu pusat kegiatan intelektual lengkap dengan lembaga-lembaga yang bersangkutan 7. Suatu masyarakat yang heterogen dan bertingkat-tingkat, serta adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tersebut 8. Suatu pusat ekonomi perkotaan untuk jaman dan daerahnya yang menghubungkan suatu hinterland pertanian dan mengolah bahan mentah untuk pasaran yang lebih luas 9. Merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya 10. Merupakan suatu pusat difusi dan mempunyai suatu cara hidup perkotaan sesuai dengan jaman dan daerahnya Dengan demikian, maka kota dapat didefinisikan tidak dalam pengertian bentuk dan strukturnya, namun dalam pengertian suatu fungsi tertentu, yaitu dalam membentuk suatu wilayah dan menciptakan ruang yang efektif yang dimana suatu unit permukimn yang membentuk suatu wilayah atau hinterland yang lebih luas, agar bisa dimengerti dan dipahami oleh kebudayaan-kebudayaan yang berlainan.

2.3 Lanskap Kota Tepi Sungai