Letak Geografis dan Batas Administrasif Penutupan Lahan

IV. INVENTARISASI

4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasif

Kota Banjarmasin secara geografis terletak pada koordinat 3 15’ - 3 22’ LS dan 114 98’ BT berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang meliputi 5 wilayah kecamatan dan 50 kelurahan seluas 90 Km2 0,22 dari luas wilayah provinsi, dengan batas administrasi sebagai berikut: • Sebelah Utara : Kabupaten Barito Kuala Sungai Alalak • Sebelah Timur : Kabupaten Banjar • Sebelah Barat : Kabupaten Barito Kuala Sungai Barito • Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar Kota Banjarmasin berada di tepi Sungai Barito dan dikenal sebagai kota seribu sungai karena dilalui berbagai sungai besar dan kecil. Disamping itu Banjarmasin merupakan pintu masuk untuk 2 propinsi yang ada di Pulau Kalimantan yaitu Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Kalimantan Tengah, sehingga sangat potensial oleh pusat perdagangan baik untuk lingkup lokal maupun lingkup regional. Tabel 4 Luas, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jumlah Desa Kelurahan di Kota Banjarmasin Tahun 2008 No Kecamatan Luas Km 2 Persentase Ibukota Jumlah Desa Kelurahan 1 Banjarmasin Utara 15,25 21,18 Alalak Utara 11 2 Banjarmasin Timur 11,54 16,03 Kuripan 9 3 Banjarmasin Tengah 13,37 16,19 Teluk Dalam 9 4 Banjarmasin Barat 11,66 18,57 Pelambuan 12 5 Banjarmasin Selatan 20,18 28,03 Kelayan Selatan 9 Sumber : Kota Banjarmasin Dalam Angka Tahun 2006

4.2. Aspek Fisik Dasar

Aspek fisik dasar Kota Banjarmasin akan diuraikan menurut kondisi topografi dan hidrologi.

4.2.1. Topografi

Kondisi topografi Kota Banjarmasin ditinjau dari aspek ketinggian permukaan tanah berupa dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut, dengan kondisi permukaan lahan relatif datar dan kelerengan berkisar 0 – 3 yang umumnya merupakan tanah rawa.

4.2.2. Daerah Aliran Sungai DAS dan sub Daerah Aliran Sungai sub

DAS Berdasarkan hasil penelitian Tim P4W, wilayah Kalimantan Selatan dapat dibagi menjadi beberapa Daerah Aliran Sungai DAS dan Sub Daerah Aliran Sungai sub DAS. Daerah Aliran Sungai DAS yang terdapat di Kalimantan Selatan meliputi DAS Batu Licin, DAS P. Laut, DAS Satui Sabambam, dan DAS Tabanio, serta DAS Barito dan DAS Martapura yang terbagi dalam beberap sub DAS sub DAS Cantung, sub DAS Cantung Cengal, sub DAS Amandit, sub DAS Balangan, sub DAS Barito Hilir, sub DAS Kapuas, sub DAS Lahai, sub DAS Martapura, sub DAS Negara, sub DAS Riam Kanan, sub DAS Riam Kiwa, dan sub DAS Tabalong. Gambar 3 menunjukkan persebaran DAS dan sub DAS di Kalimantan Selatan. Sumber : Tim P4W 2009 Gambar 3 Peta DASsub DAS Kalimantan Selatan

4.2.3. Hidrologi

Kondisi hidrologi kota Banjarmasin di pengaruhi oleh Sungai Barito dan kemudian terbagi dua oleh Sungai Martapura sebagai sungai utama yang secara dominan keduanya mempengaruhi kondisi hidrologi Kota Banjarmasin. Dengan jarak dari laut ± 23 km, maka muka air sungai sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Berdasarkan karakteristik dan ukuran serta fungsi dari sungai-sungai di Kota Banjarmasin maka dapat diklasifikasikan sungai-sungai tersebut berdasarkan lebar sungai sebagai berikut: 1. Sungai besar lebar sungai 500 m, terdiri dari Sungai Barito dan Sungai Martapura 2. Sungai sedang dengan lebar sungai 25-500 m, terdiri dari Sungai Anjir Mulawarman, Sungai Kuin, Sungai Pangeran, Sungai Andai, Sungai Pelambuan, Sungai Alalak, Sungai Miai. 3. Sungai kecil dengan lebar 2 – 25 , terdiri dari Sungai Teluk Dalam, Sungai Tatas, Sungai Telawang, Sungai Duyung, Sungai Antasan, Sungai Kuripan, Sungai Baru, Sungai Pecinan, Sungai Veteran, Sungai Banyiur SP, Sungai Pekapuran, Sungai Belitung, Sungai Skip Lama, Sungai Bilu, Sungai Saka Permai, Sungai Pemurus, Sungai Kidaung, Sungai Jarak , Sungai Awang, Sungai Jingah, Sungai Surgi Mufti, Sungai Gardu, Sungai Lulut, Sungai Tatah Belayung, Sungai Kelayan, Sungai Bagau, Sungai Basirih, Sungai Simpang Jelai, Sungai Baguntan Secara keseluruhan, sistem drainase Kota Banjarmasin dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini. Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin 2008 Gambar 4 Peta Sistem Drainase Kota Banjarmasin Variasi tinggi permukaan air pasang surut, berkisar antara 2,0 meter pada pasang pumama sampai 0,6 meter pasang surut biasa P3KT Kalimantan, 1990, sedangkan permukaan air Sungai Barito pada saat pasang maksimum mempunyai level + 0,82 meter dpl, dan pada saat surut - 0,100 meter dpl. Pada daerah permukiman ketinggian muka air pasang surut tergantung dari jarak ke sungai terdekat. Kecuali daerah pasar Kota Banjarmasin dan tanggul sungai, seluruh daratan dan di sekitar kota berada di bawah permukaan air rata-rata dan dipengaruhi oleh adanya genangan hujan maupun genangan pasang surut. Sungai yang memberikan dampak yang cukup besar ketika pasang tiba adalah Sungai Barito. Gambar 5 memberikan ilustrasi ketika terjadi pasang dan surut di Sungai Barito berikut daerah yang terkena rambatan luapan air ketika pasang terjadi. Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin 2008 Gambar 5 Peta Pasang Surut Sungai Barito tanpa skala

4.3. Penggunaan Lahan

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Kota Banjarmasin yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin 2008, pola penggunaan lahan di Kota Banjarmasin masih didominasi oleh penggunaan lahan terbukatidak terbangun berupa areal persawahan dan rawatanah kosong. Sedangkan untuk lahan terbangun peruntukannya sangat spesifik, yaitu didominasi oleh kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran pemerintahan dan swasta, kawasan pelabuhan, pelayanan umum dan sosial, serta kawasan pergudangan, dengan karakteristik dan penyebaran sebagai berikut :

4.3.1. Permukiman

Penggunaan lahan untuk kawasan permukiman tersebar merata di seluruh kawasan, baik berkembang secara alamiah secara individu maupun terencana melalui developerpengembang. Kawasan permukiman yang berkembang secara individual pada umumnya berada di tepi sungai, sedangkan permukiman yang dibangun secara terencana oleh developer maupun perorangan berada di tepi jalan atau lahan kosong yang tersebar diseluruh kota Banjarmasin.

4.3.2. Perdagangan dan Jasa

Perdagangan dan jasa terpusat di kawasan pusat kota, khususnya pada jalan utamakoridor kota, antara lain jalan Pangeran Antasari, Pangeran Samudra, Lambung Mangkurat, Hasanudin, Sutoyo S, Kol. Sugiono, MT. Haryono, Anang Adenansi, Veteran dan beberapa jalan lainnya. Kegiatan perdagangan dan jasa yang ada selain berkembang mengikuti koridor utama kota, juga berkembang membentuk suatu kawasan komersial, antara lain kawasan pertokoan Mitra Plasa, kawasan Sudimampir, Kawasan Telawang dan Kawasan Pasar Baru. Jenis perdagangan dan jasa yang berkembang antara lain perdagangan eceran, grosil, retail, perbankan, asuransi, dealer, hotel, salon, showroom dan lainnya.

4.3.3. Perkantoran

Kawasan Perkantoran terdiri dari perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta. Perkantoran Pemerintah yang terpusat didua lokasi yaitu perkantoran Pemerintah Provinsi di jalan D.I. Panjaitan, jalan S. Parman dan jalan Panglima Sudirman, dan perkantoran Pemerintah Kota Banjarmasin yang terpusat di jalan R.E. Martadinata. Sedangkan perkantoran swasta umumnya tersebar dikawasan komersial, antara lain di Jalan Lambung Mangkurat, M.T. Haryono, Cempaka, Pangeran Samudera dan jalan utama kota lainnya. Selanjutnya di jalan H. Hasan Basri juga ditemui perkantoran pemerintah, BUMN dan perkantoran Swasta. Untuk perkantoran pemerintah dan BUMN umumnya menggunakan lahan secara penuh sedangkan untuk perkantoran swasta umumnya menempati lahan komersial secara bersama dengan fasilitas komersial lainnya dengan fungsi Rumah Kantor.

4.3.4. Pelayanan Umum dan Sosial

Fasilitas pelayanan Umum dan Sosial lainnya memiliki skala pelayanan kota dan regional, antara lain fasilitas peribadatan masjid Sabilal Muhtadin, klenteng, gereja, katedral, mesjid cempaka, Mesjid Noor, kesehatan RS. Bersalin Bunda Siti, RSU Suaka Insan, dan RSU Ulin, olahraga stadion 17 Mei, gedung olahraga dan lainnya, pendidikan STIENAS, SMU, SMK dan lainnya. Fasilitas pelayanan umum dan sosial menyebar secara merata di seluruh kota Banjarmasin.

4.3.5. Kawasan Pelabuhan Trisakti

Kawasan pelabuhan Trisakti merupakan outlet dan inlet eksporimpor di Provinsi Kalimantan Selatan dengan skala pelayanan hingga Propinsi Kalimantan Tengah, terletak di Kecamatan Banjarmasin Barat yang melayani pelayaran nusantara untuk angkutan barang dan penumpang. Kawasan pelabuhan ini juga dilengkapi dengan bangunan pendukung seperti kantor pengelola, ruang terminal, ruang parkir dan bangunan pelengkap lainnya yang mendukung kegiatan pelayaran.

4.3.6. Industri dan Pergudangan

Kawasan Industri dan pergudangan terletak di sekitar pelabuhan khususnya di daerah Pelambuan jalan P.M. Noor dan kawasan Teluk Tiram. Namun seiring dengan perkembangan kawasan perkotaan dan jaringan jalan yang tersedia dengan baik maka kawasan pergudangan juga ditemui di jalan lingkar selatan tepatnya di Kelurahan Basirih disebabkan jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Trisakti.

4.3.7. Lahan Non Terbangun

Lahan non terbangun di Kota Banjarmasin di dominasi oleh lahan kosong berawa, kavling-kavling perumahan maupun perorangan, areal persawahan, kebun, hutansemak belukar, Daerah Aliran Sungai besar dan kecil dan sebagian kecil lapangan olahraga berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin. Secara keseluruhan penggunaan lahan Kota Banjarmasin terangkum dalam Gambar 6 : Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin 2008 Gambar 6 Peta Tata Guna Lahan Kota Banjarmasin

4.4. Penutupan Lahan

Terdapat tiga kelas penutup lahan utama, yaitu ruang terbuka, bangunan, dan badan air. Ketiga kelas utama ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa sub kelas. Kelas ruang terbuka dibagi menjadi lahan pertanian dan lahan non pertanian. Kelas bangunan dibagi lagi menjadi pemukiman padat, pemukiman jarang, dan industri. Sedangkan kelas badan air dibagi menjadi badan air dengan sedimentasi tinggi dan sedimentasi rendah. Klasifikasi penutupan lahan land cover dilakukan melalui interpretasi visual pada citra Ikonos 2006 yang ditunjukkan pada Gambar 7. Klasifikasi dilakukan berdasarkan kriteria kunci identifikasi namun tanpa verifikasi di lapang. Kunci identifikasi ini disusun berdasarkan unsur identifikasi terhadap bentuk, pola, warna, dan intensitas bayangan yang tertangkap oleh citra Ikonos 2006. Secara rinci, kunci identifikasi ini dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai contoh, kelas ruang terbuka dengan sub kelas lahan pertanian memiliki bentukan persegi panjang dengan pola yang regular, memiliki warna hijau terang, dan dengan intensitas bayangan yang rendah. Hasil dari klasifikasi ini disajikan pada Gambar 8. Gambar 7 Kota Banjarmasin Berdasarkan Citra Ikonos 2006 Tabel 5 Kunci Identifikasi Land Cover Tanpa Verifikasi Lapangan No. Kelas Bentuk Pola Warna Intensitas Bayangan Contoh Citra A. Ruang terbuka 1. Lahan pertanian Persegi panjang Regular Hijau terang Rendah 2. Non pertanian Organik Irregular Hijau gelap Tinggi

B. Bangunan

3. Pemukiman padat Persegi Regular Terang variasi Tinggi 4. Pemukiman tidak padat Persegi Regular Terang variasi Rendah 5. Industri Persegi Regular Terang seragam Sedang

C. Badan Air

6. Tersedimentasi tinggi Organik Irregular Coklat terang - 7. Tersedimentasi rendah Organik Irregular Biru gelap - Sumber : Analisis 2009 Sumber : Analisis 2009 Gambar 8 Peta Penutupan Lahan Berdasarkan Interpretasi Visual Citra Ikonos 2006 Sungai Tersedimentasi Rendah Sungai Tersedimentasi Tinggi Kawasan Permukiman Padat Kawasan Permukiman Tidak Padat Kawasan Industri Kawasan Lahan Pertanian Kawasan Lahan Non Pertanian

V. ANALISIS

5.1. Klasifikasi Bioregion

Klasifikasi bioregion dilakukan dengan menentukan unit-unit bioregion secara hierarkis yang diinisiasi berdasarkan batas DAS dan sub DAS. Unit bioregion dan unit lanskap dibentuk berdasarkan pembagian DAS dan sub DAS di Kalimantan Selatan. Sedangkan pembentukkan unit tempat diinisiasi berdasarkan pembagian Wilayah Manajemen Air WMA.

5.1.1. Unit Bioregion

Unit bioregion dibentuk berdasarkan DAS pembentuk Kota Banjarmasin DAS Barito dan DAS Martapura yang tersusun dari beberapa sub DAS yaitu sub DAS Cantung, sub DAS Cantung Cengal, sub DAS Amandit, sub DAS Balangan, sub DAS Barito Hilir, sub DAS Kapuas, sub DAS Lahai, DAS Martapura, sub DAS Negara, sub DAS Riam Kanan, sub DAS Riam Kiwa, dan sub DAS Tabalong. Persebaran sub DAS ini dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber : Analisis 2009 Gambar 9 Peta Unit Bioregion