5. Pengoperasian PLTU memerlukan air pendingin yang diambil air laut. Setelah digunakan air pendingin akan dibuang sebagai limbah panas. Di Teluk Jakarta
terdapat dua lokasi PLTU, yakni di Muara Karang dan di Tanjung Priok. 6. Pencemaran dari kegiatan industri yang diakibatkan oleh faktor:
a. Perencanaan kompleks industri yang tak teratur. b. Perluasan kota yang masuk ke kawasan industri menyebabkan berbaurnya
pemukiman dengan kompleks industri. c. Tak tersedianya atau adanya pengolahan limbah yang tak sempurna.
d. Karena kondisi yang miskin, air digunakan untuk industri dan untuk keperluan rumah tangga.
e. Kesadaran akan bahaya limbah industri yang kurang atau tak ada. f. Kemampuan pulih-diri sungai-sungai yang menerima limbah yang
berbeda. g. Musim kering yang mengakibatkan debit air sangat rendah.
Pada wilayah DKI Jakarta, yang sebagian besar daerah pemukiman maupun industrinya membuang limbah ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, akan sangat
mempengaruhi kualitas Teluk Jakarta. Japan Internasional Cooperation Agency
JICA, menyatakan tahun 2010 jumlah limbah cair industri dari DKI Jakarta akan mencapai 256,631 m
3
hari dengan beban polusi organik 118,600 kg BODhari. Kondisi pencemaran tersebut menjadi antara enam 6 sampai dengan sembilan kali 19 lipat
dibandingkan pada awal dekade 1990. Masalah lain yang berkaitan dengan kualitas air di Teluk Jakarta pada saat ini
adalah terjadinya eutrofikasi, bahkan pada kawasan pesisir telah terjadi kondisi hyper- eutrofikasi
Damar 2004. Mulyono 2000 menyatakan eutrofikasi pada perairan Teluk Jakarta disebabkan dua hal yakni: a beban load bahan pencemar yang dibawa
melalui sungai dan saluran-saluran pembuangan out full yang bermuara ke perairan Teluk Jakarta dan b proses fisik, kimia dan biologi yang terjadi di perairan Teluk
Jakarta.
2.2. Logam Berat
Manahan 1995 dan Vries et al. 2002 menyatakan bahwa logam berat adalah unsur yang termasuk ke dalam logam transisi dan umumnya bersifat trace elements. De
Groot, Salomons, Allersma 1976 mengemukakan bahwa yang juga termasuk pada logam berat adalah Cr, Mn, Fr, Co, Ni Cu dan Zn yang berada di baris pertama di logam
transisi pada tabel periodik Gambar 3. Selanjutnya Palar 2004 menambahkan logam berat merupakan istilah untuk mengelompokan ion-ion logam berat dalam tiga
kelompok secara biokimia, yakni 1 Logam yang dengan mudah mengalami reaksi dengan unsur oksigen oxygen
seeking metals 2 Logam yang dengan mudah megalami reaksi kimia bila bertemu dengan unsur
nitrogen atau belerang atau sulfur nitrogen sulfur-seeking metals 3 Logam antara atau transisi yang memiliki sifat spesifik sebagai logam pengganti
ion pengganti Palar 2004 menyatakan bahwa logam berat memiliki spesifikasi gravitasi lebih
dari 4 dengan nomer atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktinida serta memiliki respon biokimia spesifik khas pada mahluk hidup. Mamboya 2007 dan
Sanusi 2006 menambahkan, secara umum logam berat merupakan unsur kimia dengan berat jenis lebih besar dari 5 gcm
3
dan densitas lebih dari 5 gml. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat kurang lebih 53 dari 90 unsur alami yang termasuk pada kategori
logam berat, sedangkan menurut Vouk 1986 terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat.
Selanjutnya Manahan 1995 menyatakan bahwa sebagian besar logam berat memiliki afinitas daya
tarik atau bergabung tinggi terhadap sulfur dan akan menonaktifkan enzim dengan cara memutus ikatan sulfur. Vouk 1986 menambahkan logam berat akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Manahan 1995 juga menyatakan bahwa logam berat juga dapat mengendapkan fosfat dan mengkatalis
penguraian fosfat. Selain itu logam berat dapat melakukan ikatan kimia dengan gugus protein asam karboksilat -CO
2
H dan gugus amino -NO
2
.