perbaikan DNA, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya mutasi gen, terjadinya kanker dan teratogenik. Menurut Fichet et al. 1998 pada organisme tingkat tinggi
serta pada larva moluska, adanya sel-sel yang mengalami mutagen tersebut diekspresikan pada fenotif dalam bentuk tubuh yang tidak sempurna malformasi.
Adapun terjadinya kerusakan permanen dan mutasi pada DNA tersebut, salah satunya dapat diakibatkan karena Pb mengikat nucleus, dan menghambat
kegiatan nucleus tersebut Garza et al. 2006. Oleh karenanya maka pencemaran logam berat terutama
Pb dan Cd dapat mengakibatkan terjadinya malformasi pada kerang hijau. Ditinjau dari umurnya, terdapat kecenderungan semakin lama umur kerang hijau, maka malformasi
yang terjadi juga lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan akumulasi logam berat yang
semakin besar, seiring dengan bertambahnya umur kerang hijau. Pada Tabel 20 terlihat bahwa semakin tua kerang hijau semakin banyak yang
mengalami malformasi, dan terkesan malformasinya semakin terlihat dengan jelas Gambar 14.
Hal ini diduga ada kaitannya dengan konsentrasi logam berat yang terakumulasi pada kerang hijau, yakni semakin tinggi akumulasi logam berat pada
kerang hijau, semakin tinggi prosentase malformasi pada kerang hijau Tabel 18, 19 dan 21. Adapun hubungan antara konsentrasi logam berat yang terakumulasi dalam tubuh
dan terjadinya malformasi ini diduga lebih disebabkan oleh logam berat Pb dan Cd, mengingat Pb dan Cd merupakan logam yang mempunyai sifat mirip Ca, dan dapat
mensubtitusi Ca Heath 1987 dan Volesky 1990. Pada kerang hijau, Ca paling banyak terdapat pada cangkang, padahal cangkang merupakan pelindung tubuh yang
berhubungan langsung dengan lingkungan. Di lain pihak lingkungan yang ditempati
kerang hijau adalah lingkungan yang tercemar logam berat, oleh karenanya diduga semakin bertambah umur kerang hijau akan semakin tinggi akumulasi Pb dan Cd pada
cangkangnya, sehingga akan semakin memperbesar kemungkinan terjadinya perubahan bentuk cangkang, sehingga pada umur yang lebih tua malformasi semakin terlihat
dengan jelas dan presentase kerang yang lebih tua yang mengalami malformasi semakin tinggi.
b
Keterangan a kerang normal umur 3-4 bulan; d sample ker
G
4.2.4. Pemodelan Akumu
Pemodelan yang di pencemaran dan sub-mode
model tersebut diintegrasika di Teluk Jakarta.
Pem penyederhanaan dari kondi
pengaruhnya pada biota ya perumusan informasi dan
lingkungan. Peubah pe
identifikasi sistem ditunjuka Dalam suatu sistem
Input terbagi menjadi tiga,
Input lingkungan berupa ke
Jakarta. Input
terkontrol peruntukan lahan, teknolog
a
c
al valiky 1989; b sample kerang umur 1-2 bulan; kerang umur 5-6 bulan
Gambar 14. Malformasi pada kerang hijau
mulasi Logam Berat
disusun pada penelitian ini, dibangun oleh sub del akumulasi logam berat pada kerang hija
sikan menjadi model akumulasi logam berat pa emodelan sistem secara dinamis ini dibua
disi tercemarnya perairan Teluk Jakarta oleh yang hidup di perairan ini. Penyederhanaan
n hubungan peubah penting secara tepat dala penting diturunkan berdasarkan formulasi
ukan oleh diagram input-output Gambar 9. em terdapat masukan input yang memiliki
ga, input lingkungan, input terkontrol dan input a kebijakan terkait pencemaran pada lokasi
trol merupakan masukan yang dapat dikend ologi pengolahan limbah, kesadaran masyaraka
d
an; c sample kerang
sub model beban hijau.
Kedua sub- pada kerang hijau
dibuat berdasarkan h logam berat dan
an tersebut berupa dalam suatu sistem
asi masalah dan
ki luaran output. tidak terkontrol.
si penelitian DKI kendalikan, yakni
akat, dan persepsi
masyarakat. Masukan terakhir pada sistem adalah input tak terkontol yang merupakan masukan yang sulit untuk dikendalikan yakni limbah, debit air, iklim dan jumlah
penduduk. Ketiga input tersebut akan menghasikan luaran output yang diharapkan dan dapat pula tidak diharapkan. Adanya manajemen pengendalian, diharapkan output
tersebut dapat dikonversi menjadi luaran yang dapat dikendalikan. Luaran yang
diharapkan dari pemodelan ini adalah beban pencemaran menurun, kualitas air memenuhi baku mutu, bioakumulasi minimal dan tidak ada malformasi kerang,
sehingga atas dasar komponen yang dirunut menjadi variabel tersebut, pemodelan sistem dinamik akumulasi logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta dibuat.
Pada pembuatan model ini dibuat beberapa asumsi seperti kondisi perairan homogen, yang paling berpengaruh pada pertumbuhan dan malformasi adalah logam
berat yang mempunyai toksisitas tinggi yakni Hg, Cd dan Pb. Asumsi lain yang
digunakan di sini adalah pengaruh bahan pencemar lain selain logam berat adalah kecil.
4.2.4.1. Sub Model Beban Pencemaran
Sub model ini merupakan bagian dari pemodelan akumulasi logam berat untuk mengetahui variabel jumlah total limbah yang masuk dari muara sungai menuju Teluk
Jakarta. Pengaruh variabel tersebut digambarkan dalam diagram sebab akibat pada Gambar 15, selanjutnya diagram stock flow submodel beban pencemaran dapat dilihat
pada Gambar 16.
konsentrasi bahan
pencemar debit air
muara sungai
total beban pencemaran
kapasitas asimilasi
+
+ +
- rasio beban
pencemaran dan kapasitas asimilasi
limbah domestik
limbah industri
+ +
Gambar 15. Diagram sebab akibat causal loop submodel beban pencemaran
Berdasarkan diagram sebab akibat causal loop di atas diketahui bahwa sub model beban pencemaran yang menjadi sumber pencemar adalah kegiatan industri dan
kegiatan domestik, dampaknya adalah peningkatan limbah cair sehingga menurunkan kualitas ekosistem badan air penerimanya, dalam hal ini adalah penurunan kapasitas
asimilasi. Pencemaran lingkungan perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh pencemaran akibat dibuangnya sampah dan pencemaran limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu ke
sungai yang berimplikasi pada kualitas lingkungan, yakni terjadinya pencemaran pada badan air penerimanya yaitu ekosistem perairan Teluk Jakarta. Disamping hal tersebut
dapat dikatakan bahwa terjadinya pencemaran bersumber dari ketidakmampuan pihak- pihak yang menghasilkan limbah cair untuk membersihkan air limbahnya, yang diduga
karena mahalnya biaya pembuatan instalasi pengolah limbah IPAL dan mahalnya serta sulitnya dalam hal pengoperasian.
Gambar 16. Diagram stock flow submodel beban pencemaran
Simulasi model dilakukan melalui kajian data yang disusun, diketahui terdapat tujuh variabel yang paling berpengaruh terhadap sub model pencemaran beban
bebanCODriil bebanCOD
KACOD
debit KonsCODperT h
KABOD bebanBODriil
bebanBOD KANO3
KonsBODperTh
bebanNO3 KonsPO4perT h
bebanPO4 KonsNO3perT h
KAPO4 bebanPO4riil
bebanNO3riil
bebanHg KonsHgPerT h
bebanHgRiil KAHg
bebanCd KonsCdPerT h
bebanCdRiil KACd
bebanPb KonsPbPerT h
bebanPbRiil KAPb