kondisi ekonomi pada umum, lokasi bisnis, pesaing, kualifikasi pemilik dan efektivitas menjalankan bisnis.
Salah satu faktor utama kegagalan usaha adalah tidak melakukan studi kelayakan sebelumnya. Studi kelayakan merupakan blue print yang akan
menjadi pedoman dan petunjuk dalam menjalankan bisnis kedepan. Kelayakan usaha diartikan oleh Kasmir dan Jakfar 2007, bahwa apakah usaha yang
dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa
usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Kelayakan usaha perlu diperhitungkan dengan tujuan agar apabila usaha tersebut dijalankan tidak akan sia-sia. Paling tidak ada lima tujuan
mengapa suatu usaha perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: 1 menghindari risiko kerugian, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan pada masa yang akan datang, 2 memudahkan perencanaan, 3 memudahkan pelaksanaan pekerjaan, 4 memudahkan pengawasan dan 5
memudahkan pengendalian.
B. Bisnis Waralaba
Awal kesuksesan
franchise yang
dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai waralaba terjadi pada tahun 1965 ketika saham
McDonald’s Amerika dijual. Kurang dari sebulan sahamnya berlipat ganda. Pada tahun 1970, waralaba telah menjadi pandangan hidup baru dalam bisnis.
Waralaba barupun bermunculan. Kesuksesan waralaba kini mencakup kategori baru, seperti bisnis dan jasa salon kecantikan sampai salon mobil,
perdagangan buku, dan maraknya wilayah siap saji Mancuso Boroian, 2006. Disampaikan pula bahwa bisnis waralaba akan memegang peranan
penting dimasa datang. Sekarang hampir setiap produk dan jasa dapat diwaralabakan dan diperkirakan akan mendominasi pasar.
Perkembangan waralaba di Indonesia sebenarnya lebih banyak dipacu oleh McDonald’s ketika membuka gerai yang pertama di gedung Sarinah
Jakarta pada tahun 1991. Pertumbuhan McDonald’s di Indonesia dapat
dianggap sebagai fenomena sendiri, yang menjadi tolok ukur keberhasilan waralaba di Indonesia. Pada awal tahun 1990-an Pemerintah Indonesia mulai
memberikan perhatian terhadap pewaralaba di Indonesia. Departemen Perdagangan melihat waralaba sebagai suatu pola distribusi barang atau jasa
yang efektif, sehingga perlu dikembangkan dan dibina Karamoy, 2005 Selanjutnya disampaikan juga oleh Karamoy 2005, bahwa pada Juni
2003, Asosiasi Franchise Indonesia AFI menyelenggaraka pemilihan waralaba lokal terbaik untuk klasfikasi UKM. Waralaba lokal yang dianggap
terbaik adalah Rumah makan Wong Solo untuk kategori restoran, Indomaret kategori ritel, ILP untuk kategori pendidikan.
Bisnis waralaba disebut-sebut juga sebagai pengantar bisnis kearah modern. Menurut Machfoedz 2007, ada 4 hal kelebihan dari memulai usaha
dengan membeli hak waralaba. a.
Bantuan dan pelatihan manajemen. Pengusaha waralaba dengan pengalaman pribadi yang kurang memadai
dapat memperoleh pelatihan dari induk perusahaan. Program pelatihan telah tersusun dengan baik.
b. Konsep perusahaan, produk dan nama telah dikenal.
Pengusaha waralaba mendapatkan perusahaan yang telah dikenal dan kualitas produknya telah dipercaya pasar.
c. Bantuan keuangan.
Memulai suatu usaha memerlukan uang dalam jumlah besar dan wirausahawan seringkali mempunyai sumber dana yang terbatas.
d. Kepemilikan.
Pemilik dapat menikmati kemandirian, insentif dan laba usaha mandiri. Faktor-faktor yang merupakan kelemahan waralaba adalah sebagai
berikut: a.
Biaya awal yang tinggi. Biaya usaha meliputi biaya pembukaan usaha, termasuk biaya penyediaan
tempat, inventaris, biaya pengoperasian, dan periklanan. Disamping itu ada juga biaya royalti.
b. Pembatasan kebebasan beroperasi.
Pengoperasian usaha tidak seleluasa pengoperasian usaha yang didirikan dari titik permulaan, harus mengikuti berbagai ketentuan dan peraturan
yang ditetapkan. Dapat dikatakan juga keuntungan pengusaha kecil menjadi terwaralaba
dapat langsung memiliki sistem bisnis yang mapan, serta produk dan jasa yang memiliki reputasi, sehingga dapat langsung dikenal. Untuk membentuk citra
tidak perlu repot merumuskan konsep bisnis, memperkenalkan produkjasa, atau mempromosikan kualitas produkjasa yang dipasarkan.
Dilihat dari sisi terwaralaba, sistem pewaralabaan tidak otomatis menjamin kesuksesan Karamoy, 2005, tetapi menyediakan seperangkat
peralatan untuk sukses. Alat-alat itu antara lain sebagai berikut: 1.
Bantuan pewaralaba dalam bidang vital, seperti pemilihan lokasi, penyediaan bahan baku, peralatan, training, periklanan, pemasaran dan
promosi. 2.
Kesinambungan bimbingan manajemen, bantuan teknis dan operasional, serta pengendalian mutu, standarisasi mutu dan mekanisme kontrol.
Beberapa kelemahan sebagai terwaralaba antara lain adalah dalam hal posisi tawar yang lebih rendah dibanding pewaralaba. Dan juga dalam hal
kebebasan terwaralaba yang terbatas dalam melakukan inovasi usaha. Dari segi keuangan dimana terwaralaba harus memberikan fee yang sudah
disepakati. Disamping itu ada masalah ketergantungan terhadap pewaralaba. Waralaba di Indonesia tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga
terdapat waralaba asing seperti McDonald’s, kentucky Fried Chicken, Pizza Hut’s dan lain-lain. Untuk tetap dapat bersaing dengan resto asing, dipandang
positif untuk mewaralaba resto nasional yang telah bereputasi baik, terutama dilihat dari aspek kebersihan dan kesehatan.
Salah satu bentuk usaha kecil dibidang makanan yang banyak digeluti oleh pengusaha adalah perdagangan bakso. Ragam perdagangan bakso cukup
variatif, mulai dari usaha bakso tradisional yaitu gerobakan sampai dengan perdagangan bakso modern dalam bentuk waralaba.
Permintaan bakso dirasakan masih mengalami peningkatan. Keadaan ini menunjukkan peluang bisnis membuat bakso makin terbuka lebar. Perlu
diingat, pesaing dalam usaha ini juga banyak. Namun demikian tidak perlu khawatir, jika kita membuat bakso yang lebih sehat, lebih bergizi dan tetap
kenyal tanpa boraks, pembeli pasti tetap tertarik membeli produk kita Yuyun, 2007.
Perdagangan bakso kategori modern dijalankan oleh salah seorang pengusaha dengan merk dagang “Bakso Atom”. Kegiatan usaha Bakso Atom
baru berjalan 4 tahun dan saat ini sudah memiliki lebih dari 18 outlet dan 7 diantaranya milik pewaralaba dan sisanya merupakan mitra usaha dengan
terwaralaba. Konsep kemitraan yang dibangun sangat simpel dalam arti para mitra menyiapkan tempat usaha, promosi dan peralatan pendukung dan
pewaralaba akan mendukung dari segi manajemen, produk dan brand Bakso Atom.
Untuk menjadi mitra tidak perlu membayar fee tapi hanya menyiapkan modal investasi yang digunakan untuk sewa tempat yang sesuai dengan
konsep Bakso Atom minimal 60 kursi, peralatan dan promosi. Sementara pihak Bakso Atom menyediakan Brand dan produk dengan sistem sharing
profit. Karyawan yang akan melayani di outlet biasanya akan ditraining
selama 2 minggu, pada minggu pertama akan ditraining di rumah produksi dan minggu kedua langsung terjun di outlet.
Menu yang ditawarkan berupa Bakso dengan berbagai varian dan rasa seperti bakso daging, bakso telur ayam kampung, bakso urat, bakso sumsum,
bakso tahu udang, bakso udang, bakso buntel, dan bakso keju. Bakso Atom juga menyediakan berbagai Jus. Keistimewaan yang ditawarkan Bakso Atom
yaitu dari segi penyajian dalam bentuk prasmanan, pelanggan dapat mengambil sendiri. Keistimewaan lain adalah setiap varian baru dari bakso
biasanya diteliti terlebih dahulu di BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan sehingga diketahui kualitas serta dijamin bebas bakteri.
C. Kelayakan Investasi