Identifikasi Model Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA

Untuk plot trend data curah hujan kota Medan dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6 Plot Trend Curah Hujan mm Setelah Pembedaan Pertama Berdasarkan gambar 3.6 plot trend curah hujan setelah pembedaan pertama terlihat bahwa data sudah stasioner rata-rata dan variansinya konstan.

3.2.2 Identifikasi Model

Dalam mengidentifikasi model ARIMA, nilai yang harus lebih dahulu dicari adalah nilai Autocorrelation Function ACF dan nilai Partial Autocorrelation Function PACF Untuk mencari nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilakukan sebagai berikut: = , ∑ , 3.8 = 1 60 0 − 87 + 185 − 189 + ⋯ + 38 = 0,850 l R = ∑ − , 3.9 l R = −87 − 0,85 + 185 − 0,85 + −189 − 0,85 + ⋯ + 38 − 0,85 l R = 1752229 60 54 48 42 36 30 24 1 8 1 2 6 1 400 300 200 1 00 -1 00 -200 -300 -400 -500 MAPE 99.9 MAD 1 33.7 MSD 29201 .5 Accuracy Measures Index C u ra h H u ja n Actual Fits Variable Trend Analysis Plot for Curah Hujan Kota Medan Universitas Sumatera Utara l = ∑ − × j 9 , \ 3.10 l = −1069147 l = ∑ − × j + , n 3.11 l = 500158,8 Sehingga untuk nilai koefisien autokorelasi 1 dan 2 adalah: = l l R = −1069147 1752229 = −0.610 = l l R = 500158,8 1752229 = 0,285 Perhitungan untuk mencari koefisien autokorelasi juga dapat dibuat dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut: Tabel 3.8 Nilai Koefisien Autokorelasi t o p q p = o p − o r f = o p − o s q p g r g = q p q p g q p s r s = q p q p s 1 2 -87 -87,85 7717,623 3 185 184,15 33911,22 -87,85 -16177,58 4 -189 -189,85 36043,02 184,15 -34960,88 -87,85 16678,32 5 222 221,15 48907,32 -189,85 -41985,33 184,15 40724,77 6 -138 -138,85 19279,32 221,15 -30706,68 -189,85 26360,67 7 32 31,15 970,3225 -138,85 -4325,178 221,15 6888,823 8 133 132,15 17463,62 31,15 4116,4725 -138,85 -18349 9 -163 -163,85 26846,82 132,15 -21652,78 31,15 -5103,93 10 28 27,15 737,1225 -163,85 -4448,528 132,15 3587,873 11 248 247,15 61083,12 27,15 6710,1225 -163,85 -40495,5 12 -290 -290,85 84593,72 247,15 -71883,58 27,15 -7896,58 13 31 30,15 909,0225 -290,85 -8769,128 247,15 7451,573 14 -119 -119,85 14364,02 30,15 -3613,478 -290,85 34858,37 15 312 311,15 96814,32 -119,85 -37291,33 30,15 9381,173 16 -171 -171,85 29532,42 311,15 -53471,13 -119,85 20596,22 17 14 13,15 172,9225 -171,85 -2259,828 311,15 4091,623 18 -114 -114,85 13190,52 13,15 -1510,278 -171,85 19736,97 19 100 99,15 9830,723 -114,85 -11387,38 13,15 1303,823 20 28 27,15 737,1225 99,15 2691,9225 -114,85 -3118,18 21 -69 -69,85 4879,023 27,15 -1896,428 99,15 -6925,63 22 311 310,15 96193,02 -69,85 -21663,98 27,15 8420,573 23 -264 -264,85 70145,52 310,15 -82143,23 -69,85 18499,77 24 24 23,15 535,9225 -264,85 -6131,278 310,15 7179,973 25 -54 -54,85 3008,523 23,15 -1269,778 -264,85 14527,02 26 -79 -79,85 6376,023 -54,85 4379,7725 23,15 -1848,53 27 100 99,15 9830,723 -79,85 -7917,128 -54,85 -5438,38 28 -30 -30,85 951,7225 99,15 -3058,778 -79,85 2463,373 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.8 Lanjutan t o p q p = o p − o r f = o p − o s q p g r g = q p q p g q p s r s = q p q p s 29 298 297,15 88298,12 -30,85 -9167,078 99,15 29462,42 30 -382 -382,85 146574,1 297,15 -113763,9 -30,85 11810,92 31 229 228,15 52052,42 -382,85 -87347,23 297,15 67794,77 32 -132 -132,85 17649,12 228,15 -30309,73 -382,85 50861,62 33 103 102,15 10434,62 -132,85 -13570,63 228,15 23305,52 34 144 143,15 20491,92 102,15 14622,773 -132,85 -19017,5 35 -157 -157,85 24916,62 143,15 -22596,23 102,15 -16124,4 36 -53 -53,85 2899,823 -157,85 8500,2225 143,15 -7708,63 37 -64 -64,85 4205,523 -53,85 3492,1725 -157,85 10236,57 38 109 108,15 11696,42 -64,85 -7013,528 -53,85 -5823,88 39 -151 -151,85 23058,42 108,15 -16422,58 -64,85 9847,473 40 58 57,15 3266,123 -151,85 -8678,228 108,15 6180,773 41 -17 -17,85 318,6225 57,15 -1020,128 -151,85 2710,523 42 -32 -32,85 1079,123 -17,85 586,3725 57,15 -1877,38 43 -34 -34,85 1214,523 -32,85 1144,8225 -17,85 622,0725 44 330 329,15 108339,7 -34,85 -11470,88 -32,85 -10812,6 45 -47 -47,85 2289,623 329,15 -15749,83 -34,85 1667,573 46 135 134,15 17996,22 -47,85 -6419,078 329,15 44155,47 47 -266 -266,85 71208,92 134,15 -35797,93 -47,85 12768,77 48 256 255,15 65101,52 -266,85 -68086,78 134,15 34228,37 49 -479 -479,85 230256 255,15 -122433,7 -266,85 128048 50 9 8,15 66,4225 -479,85 -3910,778 255,15 2079,473 51 100 99,15 9830,723 8,15 808,0725 -479,85 -47577,1 52 11 10,15 103,0225 99,15 1006,3725 8,15 82,7225 53 186 185,15 34280,52 10,15 1879,2725 99,15 18357,62 54 -264 -264,85 70145,52 185,15 -49036,98 10,15 -2688,23 55 99 98,15 9633,423 -264,85 -25995,03 185,15 18172,47 56 72 71,15 5062,323 98,15 6983,3725 -264,85 -18844,1 57 33 32,15 1033,623 71,15 2287,4725 98,15 3155,523 58 56 55,15 3041,523 32,15 1773,0725 71,15 3923,923 59 -138 -138,85 19279,32 55,15 -7657,578 32,15 -4464,03 60 38 37,15 1380,123 -138,85 -5158,278 55,15 2048,823 Jumlah 51 1752229 -1069147 500158,8 Rata-rata = 0,85 = −1069147 1752229 = −0,610, = 500158,8 1752229 = 0,285 Keterangan: = Data Curah Hujan kota Medan setelah differencing pertama j = − di mana = 0 dan t = 2, 3, 4, …, 60 l R = − di mana = 0 dan t = 2, 3, 4, …, 60 Universitas Sumatera Utara j 9 = merupakan nilai dari j di mana nilai j = j \ 9 , j \ = j n 9 , j n = j t 9 , dan seterusnya, j + = merupakan nilai dari j di mana nilai j = j n + , j \ = j t + , j n = j d + , dan seterusnya, Dalam memilih berapa p dan q dapat dibantu dengan mengamati pola fungsi autocorrelation dan partial autocorrelation correlogram dari data time series yang sudah stasioner, Model Box-Jenkins terdiri dari Gaynor Patrick, 1994: a. Jika ACF terpotong cut off setelah lag 1 atau 2; lag musiman tidak signifikan dan PACF perlahan-lahan menghilang dies down maka diperoleh model non seasonal MA q = 1 atau 2 b. Jika ACF terpotong cut off setelah lag musiman L, lag non musiman tidak signifikan dan PACF perlahan-lahan menghilang dies down maka diperoleh model seasonal MA Q = 1 c. Jika ACF terpotong setelah lag musiman L; lag non musiman terpotong cut off setelah lag 1 dan 2 maka diperoleh model non seasonal-seasonal MA q = 1 atau 2, Q = 1 d. Jika ACF perlahan-lahan menghilang dies down dan PACF terpotong cut off setelah lag 1 atau 2, lag musiman tidak signifikan maka diperoleh model non seasonal AR p =1 atau 2, e. Jika ACF perlahan-lahan menghilang dies down dan PACF terpotong cut off setelah lag musiman L, lag non musiman tidak signifikan maka diperoleh model seasonal AR P=1 f. Jika ACF perlahan-lahan menghilang dies down dan PACF terpotong cut off setelah lag musiman L dan non musiman terpotong cut off setelah lag 1 atau 2 maka diperoleh model non seasonal dan seasonal AR p = 1 atau 2 dan P = 1 g. Jika ACF dan PACF perlahan-lahan menghilang dies down maka diperoleh mixed model ARIMA, Untuk nilai koefisien autokorelasi ke-3 hingga ke-59 dapat dicari dengan cara yang sama dan untuk nilai keseluruhan koefisien autokorelasi terlampir pada Universitas Sumatera Utara lampiran 1, Setelah mendapat nilai koefisien autokorelasi maka selanjutnya adalah membuat plot autokorelasi. Hasil plot autokorelasi dapat dilihat pada gambar 3.7. Gambar 3.7 Plot Autokorelasi Selanjutnya adalah mencari nilai koefisien autokorelasi parsial dengan rumus sebagai berikut: ∅ = = −0,61016, ∅ = ; + ; 9 + ; 9 + = R, ut R,\v R,\v = −0,138 Untuk autokorelasi parsial selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 2, Berikut adalah hasil plot autokorelasi parsial: Gambar 3.8 Plot Autokorelasi Parsial Universitas Sumatera Utara Dari gambar 3.7 plot autokorelasi ACF dan gambar 3.8 plot autokorelasi parsial PACF menunjukkan bahwa pola ACF cenderung terpotong cut off pada lag 1 dan 2 sementara pola PACF cenderung perlahan-lahan menghilang dies down sehingga estimasi yang diperoleh adalah model ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dan 2,1,0 1,1,0 12 . Model pertama yang ditetapkan adalah ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dengan bentuk model persamaan sebagai berikut: 1 − ∅ 0 1 − Φ 0 = 1 − 0 3.12 Model kedua adalah ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 dengan bentuk model persamaan sebagai berikut: 1 − ∅ 0 − ∅ 0 1 − Φ 0 = 1 − 0 3.13

3.2.3 Estimasi Parameter Model

Dokumen yang terkait

Implementasi dan Penggunaan Metode Exponential Smoothing untuk Meramalkan Penjualan Pakaian (Studi Kasus: Toko Pakaian P. Tarigan)

3 119 200

Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter Terhadap Peramalan Jumlah Guru & Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Tahun 2012-2015 Di Kecamatan Galang

2 29 71

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial dan ARIMA (Box-Jenkins) sebagai Metode Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

7 55 68

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Peramalan Produksi Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para Tahun 2010 - 2012.

12 69 83

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 Dan 2011

0 23 65

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

5 79 141

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

2 15 141

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan - Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

0 0 9

METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA (LINIER SATU PARAMETER DARI BROWN) DAN METODE

0 0 12