Estimasi Parameter Model Verifikasi Parameter Model

Dari gambar 3.7 plot autokorelasi ACF dan gambar 3.8 plot autokorelasi parsial PACF menunjukkan bahwa pola ACF cenderung terpotong cut off pada lag 1 dan 2 sementara pola PACF cenderung perlahan-lahan menghilang dies down sehingga estimasi yang diperoleh adalah model ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dan 2,1,0 1,1,0 12 . Model pertama yang ditetapkan adalah ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dengan bentuk model persamaan sebagai berikut: 1 − ∅ 0 1 − Φ 0 = 1 − 0 3.12 Model kedua adalah ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 dengan bentuk model persamaan sebagai berikut: 1 − ∅ 0 − ∅ 0 1 − Φ 0 = 1 − 0 3.13

3.2.3 Estimasi Parameter Model

Model ARIMA yang ditetapkan ada dua yaitu ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dan 2,1,0 1,1,0 12 maka tahap selanjutnya adalah melakukan estimasi terhadap parameter kedua model. Dalam mencari nilai estimasi parameter model ARIMA ini sangat rumit sehingga digunakan bantuan program komputer yaitu software Minitab 17,0. Berikut adalah estimasi parameter-parameter untuk model ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 : Tabel 3.9 Final Estimates of Parameters ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 Parameter Koefisien SE Koefisien T P ∅ -0,6174 0,1191 -5,18 0,000 Φ -0,9128 0,1245 -7,33 0,000 Sumber: Minitab 17.0 Nilai-nilai parameter yang diperoleh yakni dengan nilai ∅ = −0,6174, dan Φ = −0,9128 Sedangkan untuk model ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 adalah: Tabel 3.10 Final Estimates of Parameters ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 Parameter Koefisien SE Koefisien T P ∅ -0,8616 0,1432 -6,02 0,000 ∅ -0,3951 0,1449 -2,73 0,009 Φ -0,9331 0,1241 -7,52 0,000 Sumber: Minitab 17.0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 3.10 diperoleh bahwa nilai-nilai parameter ∅ = −0,8616, ∅ = −0,3951, dan Φ = 0,9331.

3.2.4 Verifikasi Parameter Model

Setelah mendapatkan nilai-nilai parameter dari kedua model ARIMA maka langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi terhadap parameter-parameter kedua model ARIMA tersebut dengan menggunakan uji distribusi t. Adapun verifikasi yang dilakukan terhadap parameter-parameter model ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 yaitu: 4. Q R : ∅ = 0 nilai parameter ∅ tidak signifikan Q : ∅ ≠ 0 nilai parameter ∅ signifikan Selanjutnya adalah menghitung nilai G J- K L dengan rumus sebagai berikut: G J- K L = ∅ 9 V WX∅ 9 3.12 G J- K L = −0,6174 0,1191 = −5,18 Keterangan: ∅V = Koefisien parameter ∅ ∅ = Standard Error koefisien parameter ∅ Nilai parameter dikatakan signifikan apabila nilai NG J- K L N G MYZ . Artinya, Q R ditolak dan Q diterima. Sebaliknya, jika nilai NG J- K L N G MYZ maka Q R diterima dan Q ditolak. Ketika nilai x = 1 dan jumlah data curah hujan kota Medan sebanyak 60 = = 60 maka diperoleh nilai G MYZ ; = 2,391 lampiran 3 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai NG J- K L N = 5,18 G MYZ ; = 2,391, Dengan kata lain, Q R ditolak dan Q diterima atau parameter ∅ signifikan. 5. Q R : Φ = 0 nilai parameter Φ tidak signifikan Q : Φ ≠ 0 nilai parameter Φ signifikan Selanjutnya adalah menghitung nilai G J- K L dengan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara G J- K L = { 9+ | WX{ 9+ 3.13 G J- K L = −0,9128 0,1245 = −7,33 Keterangan: ΦV = Koefisien parameter Φ Φ = Standard Error koefisien parameter Φ Nilai parameter dikatakan signifikan apabila nilai NG J- K L N G MYZ . Artinya, Q R ditolak dan Q diterima. Sebaliknya, jika nilai NG J- K L N G MYZ maka Q R diterima dan Q ditolak. Ketika nilai x = 1 dan jumlah data curah hujan kota Medan sebanyak 60 = = 60 maka diperoleh nilai G MYZ ; = 2,3931 lampiran 3 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai NG J- K L N = 7,33 G MYZ ;tc = 2,3931. Dengan kata lain, Q R ditolak dan Q diterima atau parameter Φ signifikan. Cara lain adalah melihat perbandingan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 1 dengan nilai probability . Apabilai nilai p lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan maka dapat dikatakan bahwa parameter signifikan. Sebaliknya, apabila nilai p lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan maka parameter tidak signifikan. Dari hasil olahan data dengan software Minitab lampiran 4 diperoleh nilai } = 0,000 0,01 sehingga parameter Φ signifikan. Untuk mencari parameter dari model ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 dapat dilakukan dengan cara yang sama. Dalam hal ini, signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 5. Dari hasil olahan data dengan software Minitab lampiran 4 diperoleh nilai p dari ∅ , ∅ dan Φ masing-masing adalah 0,000, 0,010 dan 0,000. Artinya ketiga parameter dapat dikatakan signifikan karena nilai p lebih kecil dari 5 0,005. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.11. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.11 Uji Signifikansi Nilai-Nilai Parameter Model ARIMA 1,1,0 1,1,0 12 dan ARIMA 2,1,0 1,1,0 12 Model ARIMA Parameter Koefisien P Keputusan `1,1,0 1,1,0 12 ∅ -0,6174 0,000 Signifikan ∅ -0,9128 0,000 Signifikan 2,1,0 1,1,0 12 ∅ -0,8616 0,000 Signifikan ∅ -0,3951 0,010 Signifikan Φ -0,9331 0,000 Signifikan Sumber: Minitab 17.0

3.2.5 Penentuan Model

Dokumen yang terkait

Implementasi dan Penggunaan Metode Exponential Smoothing untuk Meramalkan Penjualan Pakaian (Studi Kasus: Toko Pakaian P. Tarigan)

3 119 200

Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter Terhadap Peramalan Jumlah Guru & Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Tahun 2012-2015 Di Kecamatan Galang

2 29 71

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial dan ARIMA (Box-Jenkins) sebagai Metode Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

7 55 68

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Peramalan Produksi Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para Tahun 2010 - 2012.

12 69 83

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 Dan 2011

0 23 65

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

5 79 141

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

2 15 141

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan - Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

0 0 9

METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA (LINIER SATU PARAMETER DARI BROWN) DAN METODE

0 0 12