Analisis Data Metode Penelitian

Tabel 4.4. Emisi CO 2 perhari. Perlakuan 24 jam 48 jam 96 jam 120 jam 168 jam mg C kg -1 hari -1 Paraquat 25,61 24,44 18,92 11,31 12,22 Difonoconazole 20,95 24,44 18,77 10,89 11,47 BPMC 28,52 20,37 19,21 10,64 12,39 Tanpa 13,39 22,70 18,62 10,64 10,97

4.4. Fluks CO

2 Setelah Inkubasi Mengunakan Metode IRGA Fluks CO 2 adalah besarnya laju aliran konsentrasi CO 2 yang keluar dari suatu luasan lahan tertentu pada periode tertentu, biasanya dinyatakan dalam mgm 2 Tabel 4.5 menunjukkan pengukuran fluks CO 2 setelah pemberian pestisida. Pengukuran fluks CO 2 dilakukan pada keadaan inkubasi terbuka. Pengukuran fluks ini memiliki tren yang hampir mirip dengan nilai b Tabel 4.4 dimana nilai rata-rata fluks yang paling tinggi adalah Paraquat. Pada perlakuan tanpa pemberian pestisida inkubasi hari ke-1 memiliki nilai fluks sebesar 0,07 g Cm jam. Fluks yang dihasilkan dari pengukuran dapat dikonversikan menjadi emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Pada inkubasi terbuka dilakukan pengukuran fluks CO 2 karena pada perlakuan ini tabung inkubasi dibiarkan terbuka sehingga terdapat gas CO 2 yang masuk dan keluar, oleh karena itu pada perlakuan ini dapat diukur fluks CO 2 . 2 hari, kemudian meningkat pada hari ke-2 dan hari ke4 inkubasi sebesar 0,25 g Cm 2 hari dan 0,77 g Cm 2 hari. Inkubasi hari ke-5 dan ke-7 mengalami penurunan fluks CO 2 yaitu dari 0,13 g Cm 2 hari menjadi 0,19 g Cm 2 Pada perlakuan paraquat inkubasi hari ke-1 memiliki nilai fluks sebesar 0,19 g Cm hari. 2 hari, kemudian meningkat terus pada hari ke-2, ke-4 dan ke-5 inkubasi sebesar 0,16 g Cm 2 hari, 0,39 g Cm2hari dan 1,34 g Cm 2 hari. Inkubasi hari ke-7 mengalami penurunan fluks CO 2 yaitu dari 0,23 g Cm 2 hari. Pada perlakuan difenoconazole inkubasi hari ke-1 memiliki nilai fluks sebesar 0,25 g Cm 2 hari, kemudian meningkat pada hari ke-2 sebesar 0,30 g Cm 2 hari. Inkubasi hari ke-4 dan ke-5 mengalami penurunan fluks CO 2 yaitu dari 0,10 g Cm 2 hari menjadi 0,05 g Cm 2 hari. Kemudian di hari inkubasi ke-7 meningkat kembali 0,22 g Cm 2 hari. Pada perlakuan BPMC inkubasi hari ke-1 memiliki nilai fluks sebesar 0,41 g Cm 2 hari, kemudian meningkat pada hari ke-2 sebesar 0,52 g Cm 2 hari. Inkubasi hari ke-4 dan ke-5 mengalami penurunan fluks CO 2 yaitu dari 0,07 g Cm 2 hari menjadi 0,03 g Cm 2 hari. Kemudian di hari inkubasi ke-7 meningkat kembali 0,29 g Cm 2 hari. Tabel 4.5. Fluks CO 2 setelah pemberian pestisida , metode IRGA Perlakuan g Cm 2 hari T-H1 0,07 T-H2 0,25 T-H4 0,77 T-H5 0,13 T-H7 0,19 P-H1 0,19 P-H2 0,16 P-H4 0,39 P-H5 1,34 P-H7 0,23 D-H1 0,25 D-H2 0,30 D-H4 0,10 D-H5 0,05 D-H7 0,22 B-H1 0,41 B-H2 0,52 B-H4 0,07 B-H5 0,03 B-H7 0,29 Ket: T: Tanpa Pestisida P: Paraquat D: Difenoconazole B:BPMC H: Hari pengamatan

4.5. Emisi CH

4 Setelah Masa Inkubasi Mengunakan GC Bentuk emisi Karbon ke atmosfer selain gas CO 2 , CH 4 merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang diemisikan oleh tanah akibat metabolisme bakteri metanogen, kira-kira 80 diproduksi secara biologis oleh grup bakteri anaerobic pada lingkungan yang sangat reduktif Ehhalt and Schmidt 1978, dengan redoks potensial lebih kecil dari -200 mV dan tumbuh optimal pada temperatur 30-40 o C Kirk 2004. Produksi CH 4 tidak akan dimulai sebelum oksigen, nitrat, besi III, mangan IV dan sulfat tereduksi semua Smith et al 2003. Proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu, kandungan bahan organik, pH, kelembaban dan potensial redoks dalam tanah Moore dan Dalva 1993. Gambar 4.2 merupakan pengukuran emisi CH 4 selama 7 hari yang menunjukkan tren menurun pada semua perlakuan. Kondisi air yang macak- macak saat inkubasi dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi bakteri metanogen untuk tumbuh, sehingga menyebabkan emisi CH 4 muncul. Selain itu, kondisi pH tanah gambut diantara 4,5-5 merupakan salah satu faktor pendukung bakteri metanogen dapat tumbuh. Apabila dibandingan antara perlakuan kontrol dengan pestisida, emisi CH 4 yang paling tinggi adalah perlakuan pestisida. Gambar 4.2. Emisi CH 4 selama masa inkubasi

4.6. Analisis Konsentrasi Asam-Asam Fenolat Setelah Inkubasi

Hasil total konsentrasi asam-asam fenolat selama masa inkubasi disajikan pada Tabel 4.6. Konsentrasi total asam-asam fenolat perlakuan menurun tajam dibandingkan dengan data awal. Konsentrasi total asam fenolat yang diperlakukan pestisida lebih rendah dibandingkan dengan kontrol kecuali perlakuan BPMC. Menurunnya konsentrasi asam-asam fenolat menunjukkan bahwa telah terjadi oksidasi C dari asam fenolat.Jenis asam-asam fenolat yang terdeteksi berbeda pada setiap perlakuan. 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 24 48 96 120 168 e m si C H 4 ppm Waktu jam BMPC Difenoconazole Paraquat tanpa Tabel 4.6. Analisis konsentrasi asam-asam fenolat Perlakuan asam ferulat asam siringat asam sinapat asam p- kumarat asam vanilat asam p- hidroksi benzoat Total Asam mg L -1 P-H1 1,0 x10 tu -2 tu 5,7x10 1,6 x10 -2 tu -2 8,3 x10 -2 P-H2 4,5 x10 tu -2 4,93 tu 3,3 x10 tu -2 5,01 P-H4 6,5 x10 tu -2 9,85 tu 3,5 x10 tu -2 9,95 P-H5 0.19 tu 10,30 tu 3,6 x10 tu -2 10,53 P-H7 0.29 tu 4,48 tu 1,7 x10 tu -2 4,79 D-H1 tu 2,4 x10 21,05 -2 1,5x10 tu -2 tu 21,09 D-H2 2,2 x10 1,4 x10 -2 19,04 -2 1,9x10 tu -2 tu 19,09 D-H4 2,2 x10 1,4 x10 -2 12,76 -2 1,4x10 tu -2 tu 12,82 D-H5 0.15 1,3 x10 17,69 -2 2,5x10 1,4x10 -2 tu -2 17,89 D-H7 0.20 2,9 x10 7,84 -2 5,9x10 tu -2 tu 8,13 B-H1 4,5x10 tu -2 5,37 1,2x10 tu -2 tu 5,43 B-H2 2,2x10 1,4x10 -2 16,80 -2 1,4x10 tu -2 tu 16,85 B-H4 tu tu 16,80 1,8x10 tu -2 tu 16,82 B-H5 0,24 0,7x10 20,60 -2 1,1x10 tu -2 tu 20,87 B-H7 0,19 1,9x10 15,90 -2 1,9x10 tu -2 tu 16,14 T-H1 0,18 tu 25,53 Tu 9x10 tu -2 25,73 T-H2 3,6x10 tu -2 15,45 Tu 1,2x10 tu -2 15,50 T-H4 4,5x10 tu -2 14,33 Tu 0,7x10 tu -2 14,39 T-H5 4,4x10 tu -2 16,12 4,4x10 0,9x10 -2 tu -2 16,22 T-H7 3,9x10 tu -2 12,32 5,4x10 1,1x10 -2 tu -2 12,42 Ket: tu= tidak terukur; B= Tanah Gambut+ BMPC; D= Tanah Gambut+ Difenoconazole; P= Tanah Gambut +Paraquat; T= Tanah Gambut tanpa Pestisida Pada pemberian paraquat, asam fenolat yang terdeteksi adalah asam ferulat, asam sinapat, asam p-kumarat dan asam vanilat. Pada Perlakuan difenoconazole asam fenolat yang terdeteksi adalah asam ferulat,asam siringat, asam p-kumarat dan asam vanilat. Sementara pada perlakuan BPMC asam fenolat yang terdeteksi adalah asam ferulat,asam siringat, asam sinapat dan asam p-kumarat. Pada perlakuan tanpa pestisida asam fenolat yang terdeteksi adalah asam ferulat, asam sinapat, asam p-kumarat dan asam vanilat. Perbedaan ini dipengaruhi oleh proses transformasi asam-asam fenolat menjadi asam fenolat bentuk lain. Perbedaan jenis bahan aktif dari setiap pestisida memicu perbedaan prosestransformasi asam fenolat. Hal ini sejalan dengan analisis konsentrasi asam fenolat awal Tabel 4.2 yang didapatkan asam ferulat, asam sinapat dan asam vanilat, kemudian setelah diinkubasi Tabel 4.6 terdeteksi asam fenolat lain sepertiasam siringat dan asam p-kumarat. Berdasarkan Stevenson 1994 proses transformasi asam-asam fenolat berubah menjadi asam fenolat lain dilakukan oleh mikroba, kemudian berubah