Emisi CO HASIL DAN PEMBAHASAN

menjadi quinon dilakukan oleh enzim phenoloxidase sehingga terdegradasi menjadi senyawa lebih sederhana yaitu asam humik dan fulvik. Penelitian Gupta et al 1986 menunjukkan degradasi pada asam sinapat dapat dilakukan oleh Rhodoorula glutinis dan menghasilkan asam siringat, asam 3-0-metil galat, asam galat dan asam 2,6-dimetoki-1,4benzoquinon. 4.7. Keterkaitan Emisi CO 2 dan Konsentrasi Asam-Asam Fenolat Uji kolerasi Emisi CO 2 dan konsentrasi asam-asam fenolat disajikan pada Gambar 4.3. Berdasarkan analisis kolerasi sederhana antara Emisi CO 2 dan konsentrasi asam fenolat adalah 0,67. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup kuat antara Emisi CO 2 dengan konsentrasi asam-asam fenolat sehingga semakin tinggi Emisi CO 2 maka semakin rendah konsentrasi asam fenolat Sugiyono 2007. Beberapa titik tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya Emisi CO 2 ini bisa berasal dari oksidasi C dari asam-asam fenolat. Pada analisis tanah awal, dimana konsentrasi asam sinapat Tabel 4.2 sangat tinggi mencapai 86,40 mg L -1 , setelah diinkubasi selama 168 jam pada perlakuan tanpa pestisida menurun hingga 12,42mg L -1 Tabel 5. Pada perlakuan pestisida paraquat, difenoconazole dan BPMC juga mengalami penurunan setelah diinkubasi. Berdasarkan Stevenson 1994 proses dekomposisi dan degradasi pada asam fenolat dapat menghasilkan CO 2 dan H 2 O serta asam fenolat dalam bentuk lain. Proses dekomposisi dan degradasi yang terjadipada asam-asam fenolat adalah demetoksilasi. Proses ini adalah terdegradasinya grup metoksil pada cincin benzen dalam suasana aerobik dan menghasilkan reaksi oksidasi CO 2 . Sehingga dapat disimpulkan emisi CO 2 pada setiap perlakuan berasal dari degradasi dan dekomposisi asam fenolat, respirasi mikroorganisme, dan bahan aktif pestisida Gambar 4.3. Uji kolerasi kumulatif Emisi CO 2 dan Konsentrasi asam fenolat

4.8. Pengukuran pH pada Tanah Gambut yang di Inkubasi

Pada Tabel 4.7 menunjukkan pengukuran pH yang memiliki kecenderungan stabil diantara 4,3 sampai 5. Ini menunjukkan, bahwa dengan penambahan pestisida pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap nilai pH. Berbeda pada tanah sawah yang diberi herbisida HA-ACN, 2-amino-3- chloro-1,4-naphthoquinon 9, dengan bertambahnya waktu menyebabkan kenaikan pH dan menyebabkan respirasi CO 2 menurun Usui, 2011. Selain itu menurut Bennicelli 2008 pemberian pestisida glifosat pada tanah Histosol yang inkubasi selama 42 hari dapat meningkatkan aktifitas enzim dehidrogenase, pH, Eh dan produksi CO 2. Tabel 4.7. Pengukuran pH Tanah Inkubasi Waktu Jam Paraquat Difenoconazole Bpmc 24 4,90 5,05 5,00 48 4,30 4,50 4,80 96 4,40 4,50 4,50 120 4,77 4,65 4,70 168 4,90 4,00 4,80 - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 - 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 A k u m u la si e m is i C O 2 m g CO 2 kg -1 Konsetrasi asam-asam fenolat ppm r = 0,674

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian pestisida pada dosis anjuran selama 168 jam meningkatkan emisi CO 2 [metode titrasi], dan menurunkan emisi CH 4 . Emisi CO 2 tanpa disertai dengan perubahan pH tanah. Pemberian pestisida selama 168 jam menurunkan jumlah asam-asam fenolat di dalam tanah gambut. Emisi CO 2 berasal dari oksidasi C asam-asam fenolat dan bahan-bahan aktif pestisida.

5.2. Saran

Penelitian lebih lanjut dan terperinci perlu dikaitkan terhadap pengaruh jangka panjang dan berbagai dinamika sifat kimia dan biologi tanah. DAFTAR PUSTAKA Adhayanti Y. 1997. Biomassa karbon mikroorganisme C mic pada berbagai tipe penghunaan lahan [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Agus F. 2007. Cadangan, Emisi, dan Konservasi Karbon pada Lahan Gambut ; Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. Jakarta ID: Indonesian Soil and Water Conservation Society. Agus F dan IGM Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Bogor ID: Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre ICRAF. Agus F, K Hairiah dan A Mulyani. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon Tanah Gambut. Petunjuk Praktis. Bogor ID: WorldAgroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan SumberdayaLahan Pertanian BBSDLP. Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi dalam Praktek Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor ID: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Andrriesse JP. 1988. Nature and management of tropical peat soil. Roma IT: FAO Soil Bulletin 5:5. Angeles OR, SE Johnson, and RJ Buresh. 2006. Soil solution sampling for organic acid in rice paddy soil. Soil Sci. Soc. Am J. 70:48-56. Anwar S, T Kosaki, K Yonebayashi. 2004. Cupric oxide oxidation products of tropical peat soils. Soil Sci. Plant Nutr. 50 1:35-43. Arce F, AC Iglesias, R Lopez, D Gondar, Antelo, and JS Fiol. 2011. Interactions BetweenIonic Pesticides and Model Systems For Soil Fractions. In: Pesticides in The Modern World - Risks and Benefits. Ed Stoytcheva M. Croatia: InTech. p: 472-488 Arimurty S. 1997. Populasi dan aktifitas mikroorganisme tanah pada berbagai tipe pengunan lahan [Skripsi]. BogorID: Institut Pertanian Bogor. Bartha R, RP Lanzilotta, and D Pramer. 1967. Stability and effects of some pesticide in soil. In Applied Microbiology. Ed The State University, New Jersey US. p:67-75.