Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan dan Pertumbuhannya Perkembangan Jumlah Penduduk Kotabaru

Kalimantan dan di Pulau Laut dengan ibukota Kotabaru. Pertumbuhan penduduk selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2011 rata-rata 2.28 per tahun dengan kepadatan penduduk rata-rata 31.37 jiwakm². Dari jumlah penduduk 295 623 jiwa tersebut 48.3 terkonsentrasi di Pulau Laut yang meliputi 6 kecamatan dengan luas 21.5 dari luas Kabupaten Kotabaru. Jumlah penduduk di Pulau Laut yang merupakan lokasi konsesi hutan tanaman sebesar 142 778 jiwa dengan jumlah terpadat di Kecamatan Pulau Laut Utara sebesar 509.4 jiwakm² dan kepadatan terendah di Kecamatan Pulau Laut Timur sebesar 20.3 jiwa km² Tabel 9 Tabel 8 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun Jumlah penduduk jiwa Pertumbuhan Kepadatan jiwakm 2 Laki-laki Perempuan Jumlah 2011 154 559 141 064 295 623 1.89 31.37 2010 151 586 138 556 290 142 3.21 30.79 2009 139 023 142 097 281 120 1.64 29.84 2008 143 639 132 935 276 574 1.68 29.35 2007 135 766 136 234 272 000 3.09 28.87 2006 135 048 128 794 263 842 1.44 28.00 2005 134 454 125 639 260 093 27.60 Tabel 9 Jumlah penduduk Kotabaru di Pulau Laut Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Kepadatan jiwa km -2 jiwa km 2 Pulau Laut Utara 81 142 27.4 159 1.7 509.4 Pulau Laut Timur 11 038 4.4 643 6.8 20.3 Pulau Laut Barat 19 021 6.4 399 4.2 47.7 Pulau Laut Selatan 9 010 3.0 378 4.0 23.8 Pulau Laut Kepulauan 11 005 3.7 107 1.1 102.7 Pulau Laut Tengah 9 562 3.2 338 3.6 28.3 Jumlah 142 778 48.3 2 024 21.5 70.6 Jika dilihat lebih jauh terdapat 19 desa yang berbatasan langsung dengan areal kerja konsesi Hutan Tanaman sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10 dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 4 975 rumah tangga dan jumlah penduduk 21 071 jiwa, sedangkan penduduk di sekitar lokasi areal yang tidak berbatasan langsung sebanyak 27 826 jiwa yang meliputi 21 desa. Dengan demikian terdapat 40 desa yang terletak di sekitar areal kerja dengan jumlah penduduk 48 897 jiwa. Tabel 10 Profil penduduk di sekitar konsesi areal kerja Kecamatan Berbatasan langsung Sekitar areal Jumlah desa Jumlah RT Jumlah penduduk Jumlah desa Jumlah penduduk P. Laut Barat 8 2 057 7 405 21 19 021 P. Laut Selatan 7 1 974 9 309 7 9 309 P. Laut Kepulauan 3 663 3 222 5 11 005 P. Laut Tengah 1 281 1 135 7 9 562 Jumlah 19 4 975 21 071 40 48 897 Produksi Padi di Kotabaru Produksi padi di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2011 mencapai 81 919 ton, sedangkan khusus produksi padi di Pulau Laut mencapai 34 151 ton. Bila dikonversi menjadi beras perkiraan produksi sebesar 47 513 ton untuk Kabupaten Kotabaru dan 19 808 ton untuk produksi di Pulau Laut. Jika dilihat dari ketersediaan beras dan kebutuhan masih terdapat kelebihan produksi sekitar 6 421 ton beras di Kabupaten Kotabaru. Lebih jauh bila dilihat ketersediaan beras khususnya di Pulau Laut masih kekurangan produksi beras 39 ton sebagaimana Tabel 11. Tabel 11 Neraca bahan pangan padi Kotabaru tahun 2011 ton Kecamatankabupaten Produksi padi Neraca bahan pangan beras Ketersediaan Kebutuh an Kelebihan kekurangan Kabupaten Kotabaru 81 919 47 513 41 092 6 421 Kecamatan di Pulau Laut Pulau Laut Utara 2 187 1 268 11 279 10 010 Pulau Laut Timur 8 003 4 642 1 812 2 829 Pulau Laut Barat 9 353 5 425 2 644 2 782 Pulau Laut Selatan 7 095 4 115 1 252 2 863 Pulau Laut Kepulauan 3 061 1 775 1 530 246 Pulau Laut Tengah 4 452 2 582 1 329 1 253 Jumlah kecamatan 34 151 19 808 19 846 39 Dari sisi pemenuhan bahan makanan pokok beras Kabupaten Kotabaru dapat memenuhi secara swasembada, terlihat adanya surplus sebesar 6 421 ton, tetapi jika dilihat antara kebutuhan dan ketersediaan di Pulau Laut masih kekurangan 39 ton. Perkembangan produksi padi di Kabupaten Kotabaru sebagaimana Tabel 12. Terdapat kecenderungan penurunan baik luas tanam maupun produksi padi pada kurun waktu tahun 2008 sampai tahun 2011, terutama terjadi pada padi sawah dari semula seluas 19 919 hektar pada tahun 2008 terus mengalami penurunan sampai 13 037 hektar pada tahun 2011. Tabel 12 Produksi padi di Kotabaru tahun 2008-2011 Uraian 2008 2009 2010 2011 Luas ha Sawah 19 919 18 632 14 112 13 037 Ladang 5 427 7 899 8 815 7 447 Jumlah 25 346 26 531 22 927 20 484 Produksi ton Sawah 71 461 76 541 63 080 59 288 Ladang 20 268 20 806 26 963 22 631 Jumlah 91 729 97 347 90 043 81 919 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Bahan Pangan Beras Kabupaten Kotabaru Penyediaan bahan pangan erat kaitannya dengan produksi dan jumlah penduduk. Berkaitan dengan hal tersebut untuk memperkirakan kecukupan bahan pangan ke depan perlu dikaji perkiraan pertumbuhan penduduk, kebutuhan bahan pangan, dan kemampuan produksi padi pada beberapa tahun ke depan. Dalam hal ini ada empat hal dalam kaitannya dengan lokasi areal kerja dan produksi bahan pangan padi, yaitu pertumbuhan penduduk Kabupaten Kotabaru secara keseluruhan, pertumbuhan penduduk yang berlokasi di Pulau Laut, pertumbuhan penduduk di sekitar areal kerja IUPHHK-HT, dan pertumbuhan penduduk yang berbatasan langsung dengan areal IUPHHK-HT. Proyeksi jumlah rumah tangga dan penduduk di Kabupaten Kotabaru pada kurun lima tahun diperkirakan akan terus meningkat sebagaimana digambarkan pada Tabel 13 dan Gambar 12. Kebutuhan bahan pangan beras untuk pemenuhan kabupaten Kotabaru terus mengalami kenaikan seiring peningkatan jumlah penduduk. Diperkirakan pada tahun 2017 jumlah penduduk Kotabaru mencapai 336 443 jiwa dengan kebutuhan bahan pangan beras sebanyak 46 766 ton. Pada tahun yang sama produksi beras di kabupaten Kotabaru diprediksi terus mengalami penurunan. Tabel 13 Proyeksi jumlah rumah tangga, penduduk, dan kebutuhan pangan Tahun Rumah tangga RT Penduduk jiwa Kebutuhan beras ton 2013 83 360 308 491 42 880 2014 85 725 315 254 43 820 2015 88 157 322 164 44 781 2016 90 659 329 226 45 762 2017 93 231 336 443 46 766 Diolah dari Kotabaru dalam Angka 2007-2011 Jika dilihat dari kecenderungan produksi padi sebagaimana ditunjukkan Tabel 14 dan Gambar 12, maka di Kabupaten Kotabaru maupun di Pulau Laut mengalami kecenderungan penurunan produksi. Hal ini dapat terjadi antara lain disebabkan bahwa sebagian lahan tanah keringladang yang biasa untuk bertani bahan pangan mulai menyusut dengan adanya perkebunan, khususnya kelapa sawit, yang dibangun di Areal Penggunaan Lain, sehingga kesempatan untuk berladang mulai berkurang. Penurunan produksi beras tersebut akan berpengaruh pada neraca bahan pangan di Kotabaru. Dari Tabel 15 terlihat bahwa mulai tahun 2014 terjadi kekurangan bahan pangan beras untuk daerah Kabupaten Kotabaru sebesar 525 ton dan terus meningkat menjadi 8 557 ton pada tahun 2017. Gambar 12 Proyeksi jumlah rumah tangga dan penduduk. Tabel 14 Proyeksi produksi beras di Kabupaten Kotabaru dan Kecamatan di Pulau Laut ton Tahun Kabupaten Kecamatan di Pulau Laut 2013 45 150 16 289 2014 43 305 14 579 2015 41 535 13 021 2016 39 837 11 681 2017 38 209 10 455 Gambar 13 Proyeksi produksi padi di Kabupaten Kotabaru dan Pulau Laut. Tabel 15 Neraca bahan pangan beras Kabupaten Kotabaru ton Uraian Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Kemampuan produksi 45 150 43 305 41 535 39 837 38 309 Kebutuhan 42 880 43 820 44 780 45 762 46 766 Surplusdefisit 2 270 525 3 245 5 925 8 557 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Bahan Pangan Beras di Pulau Laut Sebagaimana telah disebutkan bahwa jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Pulau Laut merupakan bagian terbesar, sekitar 48.3, dari jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru dan dalam kurun lima tahun diprediksi kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan komposisi semula yang masih di atas 40. Tabel 16 Proyeksi jumlah rumah tangga, penduduk, dan kebutuhan pangan beras di Pulau Laut Tahun Rumah tangga RT Penduduk jiwa Kebutuhan beras ton 2013 35 716 137 825 19 158 2014 36 159 139 546 19 397 2015 36 607 141 288 19 639 2016 37 061 143 052 19 884 2017 37 521 144 838 20 132 Jumlah penduduk yang terkonsentrasi di Pulau Laut tersebut mengindikasikan pula kontribusinya terhadap neraca bahan pangan di Kabupaten Kotabaru sebagaimana terlihat pada neraca bahan pangan di Pulau Laut Tabel 17 bila dibandingkan dengan Tabel 15. Kekurangan pasokan sendiri beras di Pulau Laut sejak tahun 2013 terus meningkat dari semula 39 ton pada tahun 2011, menjadi 2 869 ton pada tahun 2013, sebanyak 4 187 ton pada tahun 2014, dan puncaknya pada tahun 2017 diprediksi sebanyak 9 677 ton. Memperhatikan neraca bahan pangan beras di Kabupaten Kotabaru Tabel 15 dan neraca bahan pangan beras di Pulau Laut Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa kekurangan pasokan terjadi diakibatkan oleh kebutuhan bahan pangan beras untuk konsumsi penduduk yang tinggal di Pulau Laut, sementara terjadi surplus di luar Pulau Laut. Berkenaan dengan hal tersebut maka sangat strategis dan efisien pengembangan dalam rangka peningkatan produksi padi dilakukan di Pulau Laut. Hal ini dalam rangka penghematan biaya transportasi. Tabel 17 Neraca bahan pangan beras Pulau Laut Kabupaten Kotabaru ton Uraian Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Kemampuan produksi 16 289 14 579 13 021 11 681 10 455 Kebutuhan 19 158 19 397 19 639 19 884 20 132 Surplusdefisit 2 869 4 817 6 618 8 204 9 677 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk yang Berbatasan dengan IUPHHK-HT Proyeksi pertumbuhan penduduk yang berbatasan langsung dengan areal kerja IUPHHK-HT diperkirakan pada tahun 2017 mencapai 27 368 jiwa dari semula pada tahun 2011 sebanyak 21 071 jiwa. Pada tahun 2017 tersebut diperkirakan dengan laju yang sama jumlah penduduk sekitar areal kerja termasuk yang berbatsan langsung mencapai 63 000 lebih jiwa dengan rumah tangga 14 000 jiwa lebih. Dengan jumlah penduduk di sekitar areal yang cukup besar tersebut membawa konsekuensi semakin besar tekanan terhadap areal kerja IUPHHK-HT mengingat terbatasnya areal. Produksi padi di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2011 sebesar 81 919 ton yang dihasilkan dari lahan kering sekitar 27.6; sisanya dari sawah dengan produktivitas rata-rata untuk padi sawah 4.55 ton per hektar dan 3.04 ton per hektar pada lahan keringladang. Dengan demikian kegiatan pertanian di lahan kering memerlukan lahan yang lebih luas dibandingkan dengan kegiatan pertanian di sawah. Peningkatan jumlah penduduk di satu sisi dan semakin tingginya ekspansi dari perkebunan besar di sisi lain, memunculkan potensi konflik antara masyarakat dan pemegang ijin IUPHHK-HT mengingat semakin sempitnya areal untuk berladang, sehingga menimbulkan ancaman adanya perambahan hutan.

5.2 Potensi Konflik dan Ancaman Perambahan

Perambahan yang telah terjadi di areal IUPHHK-HT Pulau Laut seluas kurang lebih 3 714 hektar yang tersebar di sepanjang perbatasan dengan pemukiman sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14. Areal kerja IUPHHK- HT seluas 48 720 hektar yang terletak di bagian selatan Pulau Laut dikelilingi oleh 40 desa dan 19 desa diantaranya berbatasan langsung dengan areal kerja dengan jumlah penduduk 21 071 jiwa. Areal yang dirambah kurang lebih 73.9 terletak di bagian barat di kecamatan Pulau Laut Tengah dan Pulau Laut Barat yang mencakup 7 desa dengan luas 2 385 hektar. Sebaran perambahan sebagaimana ditunjukkan Tabel 18. Luasnya areal perambahan di bagian barat tersebut disebabkan oleh : 1 Adanya tumpang tindih perizinan untuk perkebunan yang cukup ekspansif. Hal ini mengurangi lahan masyarakat untuk bertani dalam rangka pemenuhan bahan pangan. Jumlah perizinan kebun baik yang telah HGU maupun tahap proses seluas 21 560 hektar sebagaimana ditunjukkan Tabel 19. Areal yang tumpang tindih dengan IUPHHK-HT seluas 6 833 atau 14 dari luas areal IUPHHK-HT seluas 48 720 hektar. Areal diluar IUPHHK seluas 34 322 hektar. Dari luasan tersebut seluas 14 727 hektar atau 42.9 telah diproses peruntukannya untuk kebun dan seluas 4 159 hektar merupakan Kawasan Konservasi. Jadi hanya tersisa areal bebas kurang lebih 15 436 untuk kegiatan masyarakat termasuk untuk kepenting- an sarana prasarana Gambar 15. 2 Tidak adanya kegiatan perluasan pembangunan hutan tanaman di bagian barat. Pembangunan hutan tanaman terkonsentrasi pada bagian timur areal. Hal ini mengundang persepsi negatif seolah-olah lahan hutan tidak dimanfaatkanterlantar. Sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 3, terlihat bahwa perambahan hutan sebagian besar terjadi di bagian barat sedangkan di bagian timur yang saat ini berlangsung kegiatan pembangunan hutan, perambahan relatif kecil. Lampiran 4 menunjukkan indikasi baru perambahan areal. Dari kondisi tersebut di atas terlihat bahwa kegiatan pertanian dalam rangka pemenuhan bahan pangan masyarakat harus diupayakan penyediaan lahannya dan diantisipasi dengan pengaturan blok pembangunan hutan tanaman. Dalam jangka panjang perlu diantisipasi motif dari perambahan areal tersebut karena sebagian perambah setelah panen selesai metanaminya dengan tanaman keras sawit. Dalam kaitan ini penataan blok pembangunan hutan harus menjadi pertimbangan sehingga kegiatan penanaman dilakukan dengan mengantisipasi wadah bagi kebutuhan masyarakat yang lokasinya tersebar, untuk penanaman tanaman pangan. Gambar 14 Perambahan area IUPHHK-HT Pulau Laut.