Profil Hutan di Indonesia

Luas kawasan hutan di Indonesia kurang lebih 133 juta hektar, 31 lebih diantaranya tidak bervegetasi hutan. Luas tersebut berupa hutan dan non hutan sebagaimana Tabel 1 dan Gambar 2 Kementerian Kehutanan 2011 Tabel 1 Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan x1000 ha Penutupan KSA- KPA HL HPT HP HPK Jumlah Hutan 15 990.0 25 530.3 16 887.7 21 638.0 11 052.1 91 098.1 Non Hutan 4 096.2 6 045.5 5 452.3 15 088.9 11 682.5 42 365.4 Jumlah 20 086.2 31 575.8 22 340.1 36 726.9 22 734.6 133 463.5 KSA-KPA: Kawasan Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam; HL: Hutan Lindung; HPT: Hutan Produksi Terbatas; HP: Hutan produksi; HPK : Hutan yang dapat dikonversi Gambar 2 Luas hutan Indonesia Kementerian Kehutanan 2011. Luas hutan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Laju deforestasi, pada tahun 2000-2009 sebesar 15.16 juta hektar atau 1.51 juta hektar per tahun sebagaimana ditunjukkan Gambar 3. Pulau Kalimantan sebagai penyumbang deforestasi terbesar yaitu 36.32 atau 5.50 juta hektar atau 550 586 hektar per tahun. Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2000-2009 mengalami deforestasi seluas 319 835.23 hektar dari luasan semula 1 058 333.79 hektar pada tahun 2000 menjadi 738 498.57 hektar atau rata-rata 31 983.5 hektar per tahun. Pada kurun waktu tersebut terjadi peningkatan kebun sawit dua kali lipat dari 4.16 juta hektar menjadi 8.25 juta hektar. Sampai dengan 2008 terdapat 2.8 juta kawasan hutan dilepaskan untuk perkebunan dan 5.3 juta KP di Sumatera, Kalimantan dan Papua Sumargo et al. 2009. Pada tahun 2011 laju deforestasi mengalami penurunan menjadi seluas 832 126 hektar Kemenhut 2011 Sumargo et al. 2009. Gambar 3 Luas deforestasi hutan Indonesia 2000-2009 Sumargo et al. 2009.

2.2 Hutan Tanaman Industri

Salah satu bentuk izin pemanfaatan hutan adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman IUPHHK-HT. Pengelolaan hutan tanaman secara lestari mencakup aspek produksi ekonomi, ekologi, dan sosial. Pengelolaan hutan tanaman dilakukan dengan sistim tebang habis pada daur tertentu. Jenis yang ditanam pada hutan tanaman industri HTI guna memasok Bahan Baku Serpih BBS yang merupakan bahan baku untuk industri pulp dan kertas biasanya ditanam jenis fast growing species dengan daur 6-8 tahun. Salah satu jenis fast growing tersebut adalah Acacia mangium. Tujuan pembangunan hutan tanaman dengan jenis Acacia mangium dan jenis fast growing species lainnya adalah dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki kondisi hidroorologis lahan hutan. Oleh karena itu hutan tanaman industri terutama dialokasikan pada areal-areal yang tidak produktif seperti tanah terbuka, lahan alang-alang, semak belukar dan lahan non produktif lainnya. Pembangunan hutan tanaman dalam rangka meningkatkan kualitas Hutan Produksi dengan menerapkan sistim silvikultur intensif, sehingga diharapkan merupakan salah satu usaha untuk mengatasi degradasi hutan di samping dalam rangka memenuhi pasokan bahan baku industri. Handhadari et al. 2005 menyatakan bahwa dari beberapa hasil perhitungan pengusahaan kayu bulat dengan sistim HTI IUPHHK pada dasarnya dinilai layak usaha. Hutan tanaman harus dikelola berdasarkan azas kelestarian manfaat dan ekonomi. Hutan Tanaman Industri diusahakan pada areal-areal yang non produktif berupa tanah terbuka, semak belukar dan lahan non produktif lainnya. Hutan Tanaman Industri terutama sebagai penghasil bahan baku pulp dan kertas merupakan prioritas pembangunan kehutanan saat ini seiring kebijakan revitalisasi industri kehutanan dengan kebutuhan industri pulp yang terus meningkat. Saat ini lebih dari 90 bahan baku pulp dan kertas berasal dari kayu, karena kayu mempunyai sifat-sifat yang unggul, antara lain rendemen yang tinggi, kandungan lignin rendah dan kekuatan pulp dan kertas yang dihasilkan tinggi Mindawati 2007. Beberapa jenis kayu yang telah dikembangkan untuk bahan baku serat antara lain Acacia mangium, Eucalyptus sp, Gmelina arborea, dan Pinus merkusii. Tata ruang pengelolaan hutan tanaman IUPHHK-HT diatur sebagai- mana Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70Kpts-II95 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri tanggal 5 Februari 1995, yaitu 70 untuk tanaman pokok, 10 tanaman unggulan setempat, 5 tanaman