fungsi hutan. Kendala pelaksanaan tumpangsari yang utama antara lain dalam hal modal usaha, jarak ke lokasi, perubahan pola hujan.
2 Pelaksanaan tumpangsari cukup menguntungkan bagi petani ditunjukkan
nilai RC sebesar 1.69 dengan pendapatan Rp 10.032 juta ha
-1
dan biaya Rp 5.932 juta ha
-1
. Produktivitas padi tumpangsari sebesar 3.33 ton ha
-1
lebih baik daripada ladang berpindah 3.12 ton ha
-1
, sehingga tumpangsari dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ancaman perambahan
hutan dengan tersedianya lahan di hutan tanaman. Pelaksanaan tumpangsari juga menguntungkan bagi perusahaan berdasar bahwa pertumbuhan tegakan
hutan pada areal tumpangsari lebih baik daripada non tumpangsari, terutama pada umur tegakan di bawah 2 tahun.
3 Terdapat potensi produksi padi di hutan tanaman Pulau Laut yang bila
dimanfaatkan secara optimal dapat menutup defisit bahan pangan di Kotabaru yang akan terjadi mulai tahun 2014. Potensi produksi tiap tahun
sebesar kurang lebih 7 983 ton.
6.2 Saran
1 Terdapat sembilanbelas desa yang tersebar di sekeliling areal hutan tanaman.
Oleh karena itu perlu penataan dan pengaturan rotasi blok tanaman sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan akses bagi masyarakat untuk
melaksanakan tumpangsari.
2 Pelaksanaan tumpangsari disarankan dilanjutkan setelah masa panen padi
dengan jenis tanaman lainnya. 3
Tumpangsari padi merupakan bentuk awal proses kemitraan dengan masyarakat sekitar hutan. Bentuk kemitraan tersebut agar ditingkatkan lebih
lanjut terhadap pengelolaan tegakan hutan tanaman dan nilai tambah pemrosesan gabah.
4
Dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan perbaikan tegakan hutan tanaman A.mangium perlu dilakukan penjarangan pada umur di bawah
dua tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar A. 2011. Studi Kearifan Lokal Penggunaan Api Persiapan Lahan: Studi Kasus di Hutan Mawas, Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan 8:211-230. Alkadri, Muchdie, Suhandojo. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah
Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi. Jakarta: Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah.
Arifin HS, Christine W, Qodarian P, RL Kaswanto. 2009. Analisis Lanskap Agroforestri. Konsep, Metode, dan Pengelolaan Agroforestri Skala Lanskap
dengan Studi Kasus Indonesia, Filipina, Laos, Thailand, dan Vietnam. Bogor: IPB Press.
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah Air. Bogor. IPB Press [BPS] Badan Pusat Statitik. 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta.Badan Pusat
Statistik.