Perumusan Masalah Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kebun Raya Bogor Sesuai Daya Dukung Kawasan Wisata

Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, kegiatan konservasi meliputi tiga hal, yaitu; 1 melindungi keanekaragaman hayati biological diversity; 2 mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati; 3 memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia. Bentuk konservasi dapat dibagi menjadi dua yaitu konservasi ex-situ dan konservasi in-situ. Menurut Soemarwoto 2004, konservasi ex-situ adalah perlindungan spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman. Sedangkan konservasi in-situ adalah perlindungan spesies dan habitat alami serta pemeliharaan keanekaragaman hayati dalam lingkungan alaminya, seperti kebun binatang. PKT-KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ terbesar di Indonesia dengan koleksi tanaman sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Selain itu, PKT- KRB menjadi salah satu kawasan konservasi tujuan wisata alam di Kota Bogor LIPI 2004.

2.3 Pariwisata

Menurut Soemarwoto 2004, pariwisata adalah industri yang kelangsungan kegiatannya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik, kegiatan pariwisata tidak akan berkembang. Oleh karena itu di dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk membangun pembangunan yang berkelanjutan bukanlah hal yang abstrak, melainkan pembangunan yang terlihat jelas dan konkrit. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pariwisata adalah : a daya dukung lingkungan; b keanekaan pilihan jenis wisata; c keindahan alam; d vandalisme kegiatan manusia yang merusak lingkungan; e pencemaran; f dampak sosial ekonomi budaya; dan g zonasi. Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan Islami 2003. Menurut Yoeti 2008, sektor pariwisata tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan, akan tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata itu adalah a Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata. b Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antarbangsa. c Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. d Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahetraan dan kemakmuran rakyat. e Mendorong pendayagunaan produk nasional. Upaya mengentaskan kemiskinan dilakukan agar dapat meningkatkan dan memperluas lapangan pekerjaan serta dapat mensejahterakan rakyat. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi wisata di KRB dari aliran pengeluaran pengunjung sehingga berdampak positif terhadap dampak ekonomi masyarakat sekitar guna pembangunan berkelanjutan.

2.4 Carrying Capacity Daya Dukung

Hendee et al., 1978 menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Daya dukung untuk wisata alam merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari berdasarkan kemampuan sumberdaya alam itu sendiri. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan sumberdaya alam yang optimal secara kuantitatif maupun kualitatif dan berkelanjutan Davis dan Tisdell 1995; Hawkins et al., 2005. Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasar atas tujuan pariwisata. Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Selain itu juga penting untuk melihat dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Perencanaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu Soemarwoto 2004. Namun, di sisi lain dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung, KRB memberikan peluang bagi masyarakat pelaku usaha terkait kegiatan wisata di KRB untuk meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata

Wisatawan yang datang ke suatu daerah tujuan wisata merupakan sumber pendapatan income generator dan alat pemerataan redistribution of income bagi masyarakat lokal dan unit-unit usaha yang dikunjungi Yoeti 2008. Wisatawan tersebut datang ke suatu daerah wisata dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya dan fasilitas yang telah disediakan. Selain itu, wisatawan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan yang kemudian meningggalkan tempat tersebut untuk kembali ke rumah atau negaranya Pitana dan Diarta 2009. Pengeluaran wisatawan tersebut memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal yang dinamakan multiplier effect. Keberhasilan pengembangan pariwisata di suatu daerah terlihat dari besarnya pengaruh uang yang dibelanjakan wisatawan terhadap perekonomian lokal. Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung direct effects, dampak tidak langsung indirect effect Stynes et al., 2000; Vanhove, 2005. Dampak langsung disebut dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan dampak lanjutan disebut dampak sekunder. Dampak langsung meliputi perubahan pendapatan unit usaha penerima awal pengeluaran wisatawan. Dampak tidak langsung meliputi perubahan pendapatan dari tenaga kerja lokal dan biaya yang dikeluarkan unit usaha di lokasi wisata. Sedangkan dampak lanjutan adalah perubahan dalam