jumlah dan keahlian SDM yang bekerja di bidang kepariwisataan juga turut mempengaruhi peluang strategi pengembangan objek wisata di KRB agar
pelayanan dan sistem pengelolaannya dapat berjalan dengan baik. Adapun faktor ancaman yang berpengaruh terhadap keberlangsungan
kegiatan wisata yaitu tersedianya jumlah kios makanan yang terdapat di dalam objek wisata KRB cenderung terus meningkat. Pembatasan jumlah kios makanan
diperlukan agar tidak mengganggu aktifitas wisatawan serta tidak merusak keberagaman flora yang dapat memicu pencemaran lingkungan. Selain itu
tersedianya area lapangan parkir di KRB juga turut memicu rusaknya lingkungan sekitar akibat alih fungsi lahan yang dijadikan lapangan parkir. Hal ini perlu
dipertimbangkan oleh pihak pengelola dan instansi terkait guna keberlanjutan kegiatan wisatawan KRB.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan wisata KRB yaitu potensi pasar internasional sebagaimana ditunjukan dengan bobot tertinggi
yaitu 0.15 dan skor bobot tertinggi yaitu dengan nilai 0.60. Potensi pasar wisatawan internasional merupakan salah satu faktor peluang karena wisatawan
internasional memiliki daya tarik yang tinggi terhadap KRB yang memiliki nilai history akan sejarahnya serta memiliki jenis koleksi pohon dan tumbuhan dari
berbagai macam negara. Hal tersebut merupakan faktor strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi kawasan wisata KRB. Sedangkan yang menjadi
ancaman utama yaitu keikutsertaan pengunjung dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola KRB dan tingkat pengetahuan masyarakat akan
kondisi ex-situ objek wisata KRB dengan skor bobot 0.26. Total skor bobot faktor strategis eksternal diperoleh sebesar 2.97 di atas titik rata-rata titik tengah 2.5,
sehingga kawasan wisata KRB memiliki posisi eksternal yang kuat.
6.3.2 Tahap Pencocokan Matching Stage
Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan strategi berdasarkan hasil analisis kondisi internal dan eksternal kawasan wisata KRB.
Pada tahap ini alat analisis yang digunakan yaitu matriks Internal-Eksternal IE dan matriks SWOT.
6.3.2.1 Matriks IE Internal
– External
Matriks IE didasarkan pada perpaduan total skor bobot EFE pada sumbu X dan total skor bobot IFE pada sumbu Y. Hasil analisis faktor internal pada matriks
IFE diperoleh total bobot skor sebesar 3.38. Hasil analisis faktor eksternal pada matriks EFE diperoleh total bobot skor sebesar 2.97.
Hasil pemetaan matriks IE menempatkan kawasan wisata KRB berada pada sel IV. Hal ini menunjukan bahwa objek wisata tersebut berada pada kondisi
tumbuh dan membangun grow and build. Strategi yang tepat pada kondisi ini yaitu strategi yang intensif dan integratif. Strategi intensif dapat berupa penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Sedangkan untuk strategi integratif dapat berupa intergrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal. Berdasarkan hasil yang didapat dari matrik IFE dan EFE maka hasil pemetaan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Skor Bobot Total IFE
Kuat Sedang
Lemah 3.0 - 4.0
2.0 - 2.99 1.0 - 1.99
4.0 3.0 2.0 1.0
Sk or Bob
ot T
o ta
l E FE
Tinggi 3.0 - 4.0
3.0
2.0
1.0
I II
III
Sedang 2.0 - 2.99
IV V
VI
Rendah 1.0 - 1,99
VII VIII
IX
Gambar 4 Matriks IE kawasan wisata KRB Tahun 2013
Strategi penetrasi pasar untuk pengelolaan objek wisata KRB adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pasar untuk produk dan jasa yang sudah ada saat
ini melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Usaha dalam melakukan penetrasi
pasar diantaranya dengan peningkatan keterampilan bagi tenaga kerja unit usaha, penambahan biaya untuk iklan dan promosi di dalam dan di luar negeri, selain itu
meningkatkan upaya pemasaran melalui pembuatan buku petunjuk serta pembuatan peta yang jelas sebagai petunjuk lokasi wisata.
Strategi pengembangan pasar yaitu memperkenalkan produk-produk wisata yang sudah ada ke target pasar yang baru seperti siswa SDSMPSMA di luar
Kota Bogor. Strategi pengembangan pasar bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar terhadap produk wisata di kawasan wisata KRB. Hal yang dibutuhkan
dalam menjalankan strategi ini yaitu tersedianya pasar baru dan adanya jaringan distribusi. Usaha dalam melakukan strategi pengembangan pasar seperti
melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengadakan kegiatan edukasi flora guna peningkatan pemahaman pendidikan lingkungan. Target
kegiatan edukasi flora tersebut dikhususkan bagi siswa sekolah dasar termasuk anak-anak sekolah di luar area Jabodetabek yang pemahaman mengenai
pendidikan lingkungan baik secara materi maupun praktek lingkungan masih kurang tersedia di sekolah masing-masing.
Pengembangan produk adalah sebuah strategi mengupayakan peningkatan kunjungan wisatawan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi penawaran
barang dan jasa wisata yang sudah ada saat ini. Pengembangan produk wisata membutuhkan investasi untuk melakukan inovasi dengan menambah atraksi dan
paket wisata. Upaya pengembangan produk wisata seperti penambahan kelengkapan jenis tanaman termasuk penjelasan informasi mengenai daerah asal
tanaman tersebut secara spesifik. Selain itu, meningkatkan tampilan video mengenai pendidikan flora serta contoh-contoh kegiatan aksi lingkungan yang
berhubungan dengan kelestarian SDAL. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal. Integrasi ke depan yaitu meningkatkan kontrol atas penyalur, yaitu pihak-pihak yang berperan dalam promosi wisata. Upaya dalam melakukan
integrasi kedepan seperti kegiatan promosi wisata dengan meningkatkan kerjasama travel-travel agen baik lokal maupun non-lokal yang memfasilitasi
tersedianya jasa wisata yang telah disediakan oleh KRB. Selain itu, pengontrolan unit usaha yang ada di dalam KRB agar sistem kepengelolaan dan informasi
mengenai promosi tetap berjalan dengan baik. Integrasi ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok, dalam hal ini
adalah stakeholder terkait. Usaha yang dilakukan dalam intergrasi kebelakang adalah perlunya peran stakeholder seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bogor, beberapa Perguruan Tinggi Negeri serta LIPI yang ada di Bogor dan sekitarnya yang mendukung keberlanjutan kawasan konservasi ex-situ dan jasa
pariwsata. Sedangkan integrasi horizontal yaitu mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing. Upaya yang bisa dilakukan dalam integrasi
horizontal adalah meningkatkan kontrol atas pesaing kebun raya seperti Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.
6.3.2.2 Matriks SWOT
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Analisis tersebut merupakan sebuah alat pencocokan empat strategi utama
yaitu strategi SO Strengths-Opportunities, strategi WO Weaknesses- Opportunities, strategi ST Strenghts-Threats, dan strategi WT Weaknesses-
Threats. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari hasil analisis matrik IFE dan EFE sebelumnya.
Tabel 26 Matriks SWOT objek wisata KRB Tahun 2013
Internal
Eksternal
Kekuatan Strengths
1. Sistem pengelolaan objek wisata
2. Harga tiket masuk objek wisata
3. Infrastruktur dan sarana fasilitas di
dalam objek wisata 4.
Pemasaran dan promosi objek wisata
5. Keasrian dan kealamian KRB
6. Jumlah dan keahlian SDM KRB
dibagian kepariwisataan
Kelemahan Weakness
1. Pencemaran
dan kerusakan lingkungan
akibat aktifitas
menumpuknya pengunjung wisatawan
di suatu area objek wisata
2. Ketersediaan
kios makanan
di dalam
objek wisata
Peluang Opportunities
1. Permintaan pengunjung
terhadap daya
tarik objek wisata
2. Potensi
pasar wisatawan domestik
3. Potensi
pasar wisatawan
internasional 4.
Akses transportasi
terhadap objek wisata 5.
Letak dan
keterjangkauan objek
wisata oleh pengunjung Strategi S-O
1. Mempertahankan
sistem pengelolaan
wisata termasuk
penyesuaian harga tiket masuk wisata
KRB yang
terjangkau S1,S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3,O4,O5
2. Pihak pengelola dan pengunjung
wisata saling
bekerja sama
menjaga kelestarian SDAL di KRB S1,S3,S6,O1
3. Meningkatkan promosi wisata
KRB terutama untuk kegiatan penelitian
S1,S2,S3,S4,S5,S6,O1,O2,O3,O4, O5
Strategi W-O 1.
Penambahan segmentasi wisata yang
ditetapkan pihak
pengelola agar
terhindar dari
over carrying capacity di
titik-titik area kawasan tertentu W1,W2,O1
2. Peningkatan
edukasi flora bagi pengunjung
terutama anak sekolah W1,O1,O2,O3
Ancaman Threats
1. Keikutsertaan
pengunjung dalam
memelihara fasilitas
yang telah disediakan oleh pengelola KRB
2. Polusi akibat lalu lintas
yang terjadi di luar objek wisata
3. Tingkat pengetahuan
masyarakat akan
kondisi ex-situ objek wisata KRB
Strategi S-T 1.Meningkatkan kualitas dan menata
unit usaha di KRB yang tetap mempertimbangkan KRB sebagai
konservasi ex-situ S1,S3,S4,S6,T1 Strategi W-T
1. Meningkatkan
dan memperjelas informasi
mengenai fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan
info mengenai
keberagaman biodiversitas W1,T1
Berdasarkan hasil Matriks SWOT didapat beberapa alternatif strategi pengembangan Objek Wisata KRB sebagai berikut :
1. Strategi SO Strengths-Opportunities
Strategi SO
Strengths-Opportunities merupakan
strategi yang
memanfaatkan kekuatan internal kawasan wisata KRB untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh Objek Wisata KRB
yaitu : a
Mempertahankan sistem pengelolaan wisata termasuk penyesuaian harga tiket masuk wisata KRB yang terjangkau
Strategi yang dapat diterapkan yaitu harga tiket masuk kawasan wisata yang terjangkau serta menjaga keasrian dan kealamian KRB. Harga tiket masuk KRB
yang terjangkau dapat menarik minat pengunjung masyarakat sekitar bogor dan luar bogor serta didukung dengan terjaganya keasrian dan kealamian KRB itu
sendiri. Hal demikian dapat meningkatkan investasi dalam pengembangan Objek Wisata KRB.
b Pihak pengelola dan pengunjung wisata saling bekerja sama menjaga
kelestarian SDAL di KRB Peran pihak pengelola dan pengunjung sangat mempengaruhi dalam upaya
mempertahankan keberlanjutan objek kawasan di KRB. Salah satu contohnya adalah menjaga kelestarian SDAL di KRB dengan tidak merusak tanaman dan
tidak mencoret-coret bangku taman yang ada di dalam KRB. Akan tetapi, kesadaran dari pihak pengunjung maupun pengelola untuk menjaga lingkungan
masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari masih banyaknya sampah dari pengunjung yang berserakan berupa botol minuman, plastik, kotak makan dan
lain-lain mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem tumbuhan yang ada di KRB dan panorama arsitektur lanskap menjadi tidak indah. Di sisi lain, kurangnya
tempat sampah dan letak tempat sampah yang berjauhan membuat pengunjung susah untuk menjangkaunya sehingga menimbulkan untuk buang sampah
sembarang tempat. Oleh karena itu, perlunya dari pihak pengelola untuk membenahi keadaan kelestarian lingkungan agar terciptanya kebersihan dan
keindahan lingkungan di KRB. c
Meningkatkan promosi wisata KRB terutama untuk kegiatan penelitian Promosi dan pemasaran sangat diperlukan dalam pengembangan pariwisata.
Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen, sedangkan
promosi untuk mendorong kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, KRB belum melakukan pemasaran dan promosi yang cukup baik dikarenakan fungsi utama
KRB adalah tempat konservasi. Selain itu, pelayanan jasa yang ditawarkan masih tergolong kurang menarik untuk pengunjung wisatawan. Kota Bogor identik
dengan KRB, namun KRB memiliki visi salah satunya dibidang pariwisata, sehingga penerapan pengembangan pemasaran dan promosi harus segera
dilakukan untuk mengantisipasi penurunan jumlah pengunjung. Upaya dalam kegiatan promosi bisa dilakukan melalui media pendidikan di sekolah-sekolah
dengan tawaran jasa wisata yang menarik sesuai kebutuhan minat siswa-siswi disekolah, sehingga para murid sekolah tertarik untuk mengunjungi wisata KRB.
2. Strategi WO Weaknesses-Opportunities
Strategi Strategi WO Weaknesses-Opportunities bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal kawasan wisata KRB dengan cara mengambil
keuntungan dari peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain :
a Penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar
terhindar dari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu Kebun Raya Bogor merupakan salah satu tempat wisata yang banyak
dikunjungi di Bogor. Wisatawan KRB rata-rata berasal dari Bogor dan jabodetabek. Bahkan banyak wisatawan yang berasal dari luar jawa hingga luar
negeri. Minatnya pengunjung yang berdatangan dihari kerja hingga ramai diakhir pekan membuat pihak pengelola KRB harus mengantisipasi dan mengordinir
terhadap kegiatan pengunjung selama wisatawan berlangsung. Namun jika melihat kegiatan wisatawan di KRB tidak semua pengunjung mengunjungi
seluruh area wisata, hanya area-area tertentu yang diminati pengunjung wisatawan. Hal ini dikhawatirkan berpotensinya over carrying capcity di titik-titik area
tertentu. Oleh karena itu perlu adanya segmentasi wisata agar dapat terhindar dari adanya potensi over carrying capacity. Selain itu strategi pengembangan baru dari
pihak pengelola perlu diterapkan untuk mengembangkan suatu area di titik tertentu guna ketertarikan pengunjung untuk mengunjungi area spot-spot wisata
yang jarang dikunjungi oleh wisatawan sehingga pengunjung bisa menikmati semua area wisata yang sudah tersedia di dalam KRB. Strategi dari pihak
pengelola itu sendiri perlu pengawasan dan kontrol dari pihak-pihak terkait dalam pengembangan suatu program. Hal ini ditujukan agar pelaksanaan segementasi
dan peranan wisatawan terkendali guna terjaganya kelestarian dan fasilitas yang telah disediakan.
b Peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah
Salah satu kegiatan wisata yang tersedia di KRB adalah wisata flora. Kegiatan ini cukup menarik dan sangat bermanfaat khususnya bagi rombongan
pelajar SD hingga SMA. Namun kegiatan wisata flora ini kurang dinikmati oleh pengunjung wisata lain yang hanya duduk santai dan berekreasi bersama keluarga
ataupun kerabat dekat tanpa keinginan untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada didalam KRB. Maka itu perlu ada strategi pengembangan jasa wisata yang
mengupayakan kunjungan
wisatawan dengan
cara memperbaiki
atau memodifikasi penawaran barang dan jasa wisata yang sudah ada saat ini.
Pengembangan produk wisata membutuhkan investasi untuk melakukan inovasi dengan menambah dan membuat program baru paket wisata mengenai edukasi
flora. Salah satu upaya pengembangan kegiatan edukasi flora seperti kegiatan- kegiatan aksi lingkungan yang mengunjungi beberapa sekolah dasar hingga
sekolah menengah ke atas di Bogor. 3.
Strategi ST Strengths-Threats Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari dan mengurangi dampak dari ancaman eksternal perusahaan. Strategi S-T yang dapat diterapkan oleh KRB adalah:
a Meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB yang tetap
mempertimbangkan kelestarian KRB sebagai konservasi ex-situ Jumlah kios makanan yang tersedia di dalam KRB hanya beberapa seperti
kantin dharma wanita, koperasi, sebuah restaurant dan beberapa warung tenda. Namun beberapa kios makanan yang ada di KRB tidak sepenuhnya dibuka tiap
hari seperti warung tenda yang disediakan hanya waktu pekan, sedangkan untuk kantin dharma wanita tidak sepenuhnya dibuka tiap hari.
Pengunjung wisatawan mengharapkan adanya kios makanan atau sebuah foodcourt bagi pengunjung yang tidak membawa bekal dari rumah. Di sisi lain
dari pihak pengelola tidak mensetujui adanya penambahan kios makanan untuk didalam kawasan wisata. Maka itu strategi yang diperlukan adalah strategi
pengembangan produk atau jasa baru untuk penyediaan layanan jasa makanan seperti cathering makanan atau tersedianya kios makanan yang menyediakan
dengan beragam makanan namun lokasi makanan tersebut tidak merusak kelestarian fungsi utama KRB sebagai konservasi. Bagi kios makanan yang sudah
ada seperti kantin dharma wanita ataupun koperasi sebaiknya meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk barang dan jasa
wisata yang sudah ada saat ini agar ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berdatangan ke KRB.
4. Strategi WT Weaknesses-Threats
Strategi WT Weaknesses-Threats merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman
eksternal kawasan wisata KRB. Strategi yang dapat diterapkan yaitu: a
Meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas
Sarana dan prasarana sangat diperlukan oleh setiap pengunjung yang berdatangan ke tempat wisata KRB. Fasilitas-fasilitas seperti toilet, mushola,
arena bermain anak-anak serta tempat makan yang tersedia sangat menunjang bagi pengunjung selama kegiatan wisatawan berlangsung. Namun beberapa
pengunjung wisatawan tidak mengetahui keberadaan sarana dan prasarana yang sudah disediakan. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan
pihak pengelola terhadap wisatawan. Pihak pengelola sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan adanya informasi-informasi mengenai sarana prasarana yang
telah tersedia didalam kawasan wisata KRB sehingga memudahkan pengunjung untuk memakai sarana yang telah tersedia. Selain itu, papan reklame yang telah
dibuat diperbaharui informasinya dan diperbesar tulisannya, agar memudahkan pengunjung untuk mencari sarana dan prasarana yang ingin dituju.
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan
1. Perbandingan jumlah pengunjung KRB pada hari kerja dan hari pekan
menunjukkan saat kondisi low season yang masih di bawah batas ambang daya dukung kawasan KRB. Berbeda halnya pada saat hari-hari libur peak season
seperti hari lebaran yang mendekati over carrying capacity OCC atau hampir melebihi batas ambang daya dukung kawasan KRB. Namun hasil perbandingan
low season dan peak season tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk mengembangkan KRB sesuai dengan daya dukung kawasan.
2. Nilai dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier
yaitu sebesar 1.0, nilai Ratio Income Multiplier. Tipe I sebesar 1.40, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1.60. Nilai multiplier effect sama
dengan satu =1 menunjukan bahwa keberadaan objek wisata KRB memberikan dampak ekonomi yang cukup besar dan
mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal
karena nilai keynesian multiplier yang diperoleh sama dengan satu.
Dampak ekonomi yang cukup besar ini dapat mempengaruhi masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan kelestarian
tumbuhan sebagai kegiatan fungsi konservasi ex-situ dan kelestarian sumberdaya alam di sekitar kawasan KRB. Berdasarkan hal tersebut,
kelestarian lingkungan sekitar kawasan KRB yang terjaga dapat menjadi nilai ekonomi yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dan
pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan KRB. 3.
Berdasarkan hasil analisis SWOT terbentuk formulasi strategi pengelolaan objek wisata KRB, antara lain: Mempertahankan sistem pengelolaan wisata
termasuk penyesuaian harga tiket masuk kawasan wisata, pihak pengelola dan pengunjung saling bekerja sama menjaga fasilitas dan kelestarian KRB,
meningkatkan promosi KRB terutama untuk kegiatan penelitian, penambahan segmentasi wisata yang ditetapkan pihak pengelola agar terhindar dari OCC di
titik-titik area kawasan tertentu, peningkatan edukasi flora bagi pengunjung terutama anak sekolah, meningkatkan kualitas dan menata unit usaha di KRB
yang tetap mempertimbangkan KRB sebagai konservasi ex-situ, serta
meningkatkan dan memperjelas informasi mengenai fasilitas-fasilitas yang tersedia dan info mengenai keberagaman biodiversitas.
7.2 Saran
1. Penambahan segmentasi wisata di area-area tertentu agar terhindar dari adanya
over carrying capcity karena cenderung adanya penumpukan pengunjung. Segmentasi dilakukan terutama area wisata yang masih potensial untuk
dikunjungi diantaranya kolam teratai, danau gunting, dan jembatan gantung. 2.
Untuk meningkatkan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar objek wisata KRB, perlu adanya pelatihan keterampilan serta kemampuan
berwirausaha terutama untuk produk-produk khas Kota Bogor seperti kerajinan tangan dan makanan yang diadakan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Bogor dan instansi terkait. Selain itu perlunya penawaran jasa makanan yang disediakan oleh pihak pengelola KRB dan bekerja sama dengan
masyarakat sekitar guna menghindari kebocoran dari pengunjung wisatawan .
3. Diperlakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek segmentasi baik secara
ekonomi maupun teknis.
DAFTAR PUSTAKA
David, F. R. 2009. Strategic Management. Jakarta ID:Penerbit Salemba Empat. Davis D, Tisdell C. 1995. Recreational Scuba Diving and Carrying Capacity in
Marine Protected Areas. Ocean and Coastal Management Journals 26, 19- 40.
Ekayani, M., Nuva. 2012. Could Ex-Situ Conservation Play Effective Role to Bridge Ecotourism and Biodiversity? Case of Multipurpose Management of
Bogor Botanic Garden, Indonesia. Proceeding of Ecotourism Research Symposium: Ecotourism for Global Peace book chapter. Marubooks
Publishing Co., Seoul, Republic of Korea. ISBN: 978-89-97259-01-4 95300.
Ekayani, M., Nuva. 2013. Economic of Ecoutorism. Book Chapter in Opportunities and Challenges of Ecoutourism in ASEAN Countries.
Jungmin Publishing Co, Seoul, Republic of Korea. ISBN: 9788994763064 03520.
Ensiklopedia Nasional Indonesia. 2004. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 9 KL-LYSIT Cetakan ke-4. Jakarta: PT Delta Pamungkas.
Hawkins JP, Roberts CM, Buchan K, Susan. 2005. White Sustainability of Scuba Diving Tourism on Coral Reefs of Saba. Coastal Management. Volume 33,
Number 4October-December 2005. Hendee J,C, G.H. Stankey and R.C. Lucas. 1978. Wilderness management. Forest
service USDA. Washington. D.C. 381. Islami, N. A. 2003. Pengelolaan Pariwisata Pesisir Studi Kasus Taman Rekreasi
Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor.
Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.BogorID: IPB Press. Keputusan Presiden RI No 1 Tahun 1986 Tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Keputusan Presiden RI No 103 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan
Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen LNPD. Libosada C. 1998. Ecotourism In The Philippines. Makaty City PH: Bookmark.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2004. Menanam Masa Depan.
Bogor ID: LIPI
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2013. Sekilas Kebun Raya Bogor. Bogor ID: LIPI
Mamiri SA. 2008. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi dan lokasi objek-objek rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor ID. Institut
Pertanian Bogor. Marine Ecotourism for Atlantic Area META-Project. 2001. Planning for Marine
Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol.
Muttaqien, FA. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang [Skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian
Bogor. Ningsih.
2012. Menengok
keindahan alam
Kebun Raya
Bogor. http:nantly.mywapblog.commenengok-keindahan-alam-kebun-raya
bogor.xhtml. [21 Desember 2013]
Pemerintah Kota
Bogor. 2012.
Kebun Raya
Bogor. http:KotaBogor.go.idcomponentcontentarticle266-wisata-perjalanan-
dan-olahraga9082-kebun-raya-bogor. [21 Desember 2013]
Peter. 2012.
Pertumbuhan Penduduk
dan Ketahanan
Pangan. http:birokrasi.kompasiana.com20121024pertumbuhan-penduduk-dan-
ketahanan-pangan-503892.html. [15 Desember 2013]
Pitana IG, Diarta IKS. 2009. Pengantar ilmu pariwisata. Yogyakarta ID: Penerbit Andi.
Prasetyo, Bambang, Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta ID: PT. Raja Grafindo Persada.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta ID:
PT Gramedia Pustaka Utama. Ruhiyat, Y. 2008. Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun
Raya Bogor [Skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Salim, MR. 2010. Analisis Starategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai
Objek Wisata [Skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Sejati, IK. 2013. Kebun Raya Bogor Objek Wisata Kebun Botani Tertua di Asia.
http:ejawantahtour.blogspot.com201301kebun-raya-bogor-objek-wisata- kebun.html. [02
November 2013].
SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 1151M2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta ID: Djambatan.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta ID: Djambatan.
Stynes, Daniel J. et al, 2000, Estimating National Park Visitor Spending and
Economic Impacts, Department of Park Recreation and Tourism Resources, Michigan State University.
Subarna, A. 2003. Kebun Raya Bogor. Bogor ID. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Republik Indonesia. Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Oxford UK:
Elsevier Butterworth Heinemann. Wardiyanta,. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta ID: Penerbit
Andi. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta ID: Penerbit Buku Kompas. Zografos C, Allcroft D. 2007. The Environmental Values of Potential Ecotourists:
A Segmentation Study [jurnal]. Scotland UK: BioSS Biomathematics and Statistics, Jurnal of Sustainable Tourism Vol. 15 No. 1.
LAMPIRAN