Oleh sebab itu dinamika populasi bakteri sangat terkait dengan ketersediaan nutrien Liu dan Han, 2004. Nutrien yang diduga membatasi pertumbuhan
bakteri dalam lingkungan budidaya adalah karbon. Oleh karenanya dengan penambahan molase sebagai sumber karbon, akan menstimulus pertumbuhan
bakteri dalam media pemeliharaan. Bakteri tersebut akan menggunakan karbon sebagai sumber energi, berkorelasi dengan nitrogen yang akan digunakan untuk
sintesis protein demi menghasilkan material sel baru. Melalui mekanisme inilah jumlah nitrogen anorganik dalam wadah pemeliharaan dapat dihilangkan sehingga
penambahan karbon juga merupakan salah satu cara untuk mengontrol nitrogen anorganik. Didukung pendapat Avnimelech 2000 yang menyatakan penggunaan
bahan berkarbon merupakan alat yang potensial untuk mengontrol nitrogen anorganik.
Pada penelitian ini selain dilakukan penambahan molase, juga dilakukan penambahan inokulan bakteri berupa bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi. Hal ini
bertujuan untuk menghindari tumbuhnya bakteri-bakteri yang tidak diinginkan. Karena pengkayaan bahan organik sumber karbon dalam perairan dapat
meningkatkan potensi tumbuhnya bakteri-bakteri patogen Hadi, 2006. Oleh karenanya dengan penambahan inokulan ini diharapkan bakteri yang
diinginkanlah yang dapat tumbuh dominan pada media pemeliharaan. Jumlah total bakteri pada perlakuan [10], [15], dan [20] cenderung lebih
tinggi dibandingkan perlakuan [0], [25] dan kontrol Gambar 6. Hal ini diduga jumlah karbon dan nitrogen pada perlakuan [10], [15], dan [20] berada dalam
komposisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Chamberlain et al., 2001 menyatakan rasio karbon dan nitrogen harus dalam komposisi yang tepat
bagi bakteri, karena kerja bakteri tidak akan efisien pada lingkungan yang terlalu banyak mengandung karbon atau terlalu banyak mengandung nitrogen.
Peningkatan jumlah total bakteri pada perlakuan [10], [15], dan [20] juga diikuti dengan persentase perubahan amonia yang baik pada perlakuan tersebut Gambar
10. Jumlah bakteri pada perlakuan [0] cenderung lebih tinggi dibandingkan
perlakuan kontrol, tetapi tidak setinggi jumlah bakteri pada perlakuan penambahan molase. Hal ini dikarenakan tidak dilakukannya penambahan molase
sehingga jumlah nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri tidak mencukupi. Sedangkan pada perlakuan [25] walaupun dilakukan penambahan
molase, jumlah total bakterinya cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol. Diduga pada CN rasio 25, aktivitas bakteri mengalami penurunan sehingga total
bakteri pada perlakuan [25] pun rendah. Liu dan Han 2004 menyatakan CN rasio yang terlalu tinggi diasosiasikan dengan dengan penurunan aktivitas
mikrobial.
4.2 Profil Kualitas Air
Keberadaan proses nitrifikasi dan denitrifikasi mempengaruhi keberadaan nitrogen dan bentuk-bentuknya dalam lingkungan budidaya. Nitrifikasi akan
merubah amonia menjadi nitrit dan nitrat. Sedangkan denitrifikasi akan mereduksi nitrat menjadi gas N
2
yang akhirnya akan lepas dari kolom air. Dalam prosesnya nitrifikasi dan denitrifikasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan EPA,
2002; Ripple, 2003; Woon, 2007. Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses nitrifikasi dan denitrifikasi, diantaranya adalah pH, DO, dan suhu.
Profil pH selama masa pemeliharaan berfluktuatif Gambar 7. Tetapi secara umum nilai pH cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu
pemeliharaan. Nilai pH selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran toleransi udang dengan nilai 7.32–7.92 Lampiran 3.
Nilai pH selama masa pemeliharaan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu CO
2
dalam media pemeliharaan, penambahan molase serta keberadaan bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi. Nilai pH selama masa pemeliharaan cenderung
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan Gambar 7. Salah satu penyebabnya adalah adanya proses respirasi yang dilakukan oleh
udang yang menghasilkan CO
2.
Adanya CO
2
dalam air akan menggeser kesetimbangan karbonat ke arah kanan sehingga akan menurunkan nilai pH.
Berikut merupakan reaksi kesetimbangan karbonatnya: CO
2
+ H
2
O ↔ H
+
+ HCO
3 -
Ketika terdapat CO
2
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan sehingga terbentuk ion H
+
yang akan menyebabkan pH perairan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntosh 2001 yang menyatakan peningkatan CO
2
akan
menurunkan nilai pH pada kolam. Seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan, maka jumlah CO
2
akan semakin banyak sehingga nilai pH pada media pemeliharaan cenderung semakin menurun.
Sumbangan CO
2
pada media pemeliharaan diduga juga berasal dari dekomposisi bahan organik dan respirasi yang dilakukan oleh bakteri. Beristain et
al., 2005a mengungkapkan metabolisme bakteri melibatkan a proses oksidasi
bahan organik yang menghasilkan CO
2
dan energi, serta b proses biosintesis material sel bakteri. Dapat dilihat pada pengamatan hari ke-5, nilai pH pada
perlakuan [10], [15], [20], dan [25] cenderung mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol dan [0] Gambar 7. Jumlah bakteri pada
perlakuan [10], [15], [20], dan [25] lebih tinggi dibandingkan perlakuan [0] dan kontrol Gambar 6. Jumlah bakteri yang lebih banyak akan menghasilkan jumlah
CO
2
yang lebih banyak pula, oleh karenanya perlakuan [10], [15], [20], dan [25] cenderung mengalami penurunan pH yang lebih besar.
7 7.2
7.4 7.6
7.8 8
5 10
15 20
25 Pengamatan Hari Ke-
pH
Kontrol [0]
[10] [15]
[20] [25]
Keterangan : K = Kontrol tanpa penambahan bakteri maupun molase [0] = Penambahan bakteri tanpa molase
[10] = Penambahan bakteri + molase CN rasio 10 [15] = Penambahan bakteri + molase CN rasio 15
[20] = Penambahan bakteri + molase CN rasio 20 [25] = Penambahan bakteri + molase CN rasio 25
Gambar 7. Profil pH pada beberapa perlakuan selama penelitian Pada perlakuan kontrol nilai pH cenderung menurun stabil selama masa
pemeliharaan, tetapi pada perlakuan [0], [10], [15], [20], dan [25] nilai pH-nya