Masing-masing umpan memberikan pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan dengan nilai yang sama. Dari hasil uji menunjukkan bahwa umpan yang satu
mampu mensubtitusi umpan yang lain. Apabila kesedian umpan alami yang biasa digunakan oleh nelayan sudah tidak lagi tersedia karena sumberdaya alam dapat
habis, maka umpan buatan dari asam amino argin dan leusin dapat menggantikan umpan alami tersebut.
5.2.3 Efektivitas penangkapan ikan karang dengan bubu
Efektivitas dapat dikatakan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas bubu adalah suatu kemampuat alat tangkap
untuk mendapatkan hasil tangkapan optimum sesuai dengan tujuan panangkapan ikan. Menurut Baskoro et al 2006, nilai efektivitas dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu apabila nilainya kurang dari 50 dapat dikatakan alat tangkap tersebut efektivitasnya rendah, nilai antara 50 - 80 dapat dikatakan alat tangkap
tersebut memiliki nilai afektivitas yang sedang atau cukup efektif, sedangkan untuk nilai 80 - 100 maka alat tangkap tersebut sangat efektif digunakan
untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Dari hasil penelitian nilai masing- masing bubu dengan perlakuan berbeda umpan didapat nilai efektivitas bubu
kontrol sebesar 50,47 , bubu dengan umpan alami sebesar 50,43 , bubu dengan buatan B arginin dan leusin sebesar 57,93 , sedangkan bubu dengan
buatan C tepung ikan dan minyak ikan sebesar 40,23 . Bubu dengan menggunakan perlakuan umpan alami dan bubu dengan
umpan B arginin dan leusin masuk ke dalam kategori cukup efektif, karena nilai efektivitasnya di antara 50 hingga 80 . Dengan nilai 57,93 pada bubu
dengan menggunakan umpan B arginin dan leusin, menunjukkan bahwa bubu mampu menangkap hasil tangkapan cukup optimal sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Nilai efektivitas pada bubu dengan menggunakan umpan buatan C tepung ikan dan minyak ikan memiliki efektivitas yang cukup juga karena
nilainya di bawah 50 . Nilai efektivitas C menunjukkan bahwa alat tangkap dengan menggunakan atraktan umpan C kurang optimal untuk menangkap ikan
karang. Nilai efektivitas bubu tambun untuk menangkap famili Siganidae tertinggi
pada bubu dengan umpan B arginin dan leusin sebesar 35,56 , kemudian bubu
kontrol dan bubu dengan umpan C nilainya sama sebesar 33,33 , dan nilai terendah dalam menangkap famili Siganidae adalah bubu dengan umpan alami
sebesar 26,67 . Dari keempat nilai efektivitas bubu untuk menangkap famili Siganidae, maka dapat dikatakan bahwa nilai efektivitas bubu rendah. Hal ini bisa
disebabkan oleh ikan-ikan dari famili Siganidae hidup bergerembol. Famili Siganidae hidup bergerombol terlihat dari hasil tangkapan, apabila ada famili
Siganidae yang tertangkap maka jumlahnya lebih dari dua ekor bahkan ada yang mencapai puluhan ekor dalam satu bubu.
Nilai efektivitas bubu untuk menangkap famili Scaridae di bawah nilai optimal, karena nilainya kurang dari 50 . Pada bubu kontrol nilainya sebesar 20
, bubu dengan umpan alami sebesar 22,22 , bubu dengan umpan buatan B sebesar 24,44 , dan bubu dengan umpan buatan C sebesar 15,56. Rendahnya
nilai efektivitas bubu terhadap hasil tangkapan famili Scaridae juga disebabkan oleh ikan-ikan dari famili Scaridae hidupnya bergerombol. Sehingga
penyebarannya tidak merata yang mempengaruhi nilai efektivitasnya. Nilai efektivitas bubu untuk menangkap famili Labridae juga rendah
karena nilai efektivitasnya dibawah 50 . Pada bubu kontrol nilai efektivitasnya mendekati nilai efektif yaitu sebesar 40 . Hal ini dimungkinkan karena ikan-ikan
dari famili Labridae memakan ikan-ikan lain yang berlindung dalam bubu. Sedangkan nilai dari ketiga bubu yang lain cukup rendah, yaitu bubu dengan
umpan alami sebesar 22,22 , bubu dengan umpan B nilainya sebesar 31,11 , dan bubu dengan umpan C sebesar 26,67 .
Nilai efektivitas bubu untuk famili Pomancentridae rata-rata bernilai rendah karena di bawah 50 . Nilai efektivitas untuk bubu kontrol sebesar 20 ,
bubu dengan umpan alami sebesar 11,11 , bubu dengan umpan b sebesar 26,66 merupakan nilai tertinggi untuk menangkap famili Pomacentridae dan bubu
dengan umpan C sebesar 6,66 memiliki nilai terendah efektivitasnya. Dengan demikian bubu kontrol dan ketiga perlakuan tidak dapat meningkatkan efektivitas
bubu untuk menangkap famili Pomacentridae. Nilai efektivitas untuk menangkap famili Serranidae termasuk rendah
karena nilai efektivitasnya dibawah 50 . Untuk bubu kontrol nilai efektivitasnya 28,89 , bubu dengan umpan alami sebesar 20 , bubu dengan umpan buatan B
sebesar 24,44 , dan bubu dengan umpan buatan C sebesar 15,56 . Rendahnya nilai efektivitas bubu terhadap famili Serranidae bisa disebabkan oleh keberadaan
ikan dari famili Serranidae yang hidup soliter di goa-goa dan aktif dimalam hari.
6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian serta berpedoman pada tujuan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1 Hasil tangkapan bubu dengan menggunakan umpan B arginin dan leusin
merupakan hasil tangkapan terbesar dari pada ketiga jenis bubu yaitu sebesar 32.
2 Nilai pada bubu yang menggunakan umpan B arginin dan leusin memperoleh
nilai efektivitas sebesar 57,93 , hal ini menunjukan bahwa bubu mampu menangkap hasil tangkapan cukup optimal sesusai dengan tujuan yang
diharapkan. 3
Jenis ikan karang konsumsi yang paling banyak tertangkap pada saat penelitian adalah ikan dari famili Siganidae, yaitu sebesar 38,59 dari hasil tangkapan
total atau sebesar 335 ekor.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dengan berpedoman pada hasil penelitian maka dapat dilakukan produksi umpan buatan yang terbuat dari bahan arginin dan
leusin oleh pihak swasta dengan didukung pemerintah menggunakan komposisi yang ada, sehingga nelayan dapat segera menggunakan umpan buatan tersebut
dengan dilakukan kajian kebutuhan nelayan akan umpan buatan.