Tabel 2 Komposisi umpan C minyak ikan No
Komposisi Bahan Jumlah gram
1 Minyak Ikan
35 2
Tepung Ikan 1
3 Tepung Terigu
13 4
Tepung Tapioka 39
Total berat gram 100
Menurut Riyanto 2008 formulasi umpan buatan dengan minyak ikan yang efektif dalam penangkapan ikan karang konsumsi adalah dengan kandungan
minyak ikan sebesar 35. Gampar umpan C minyak ikandapat dilihat pada Lampiran 4.
2.4 Efektivitas Umpan
Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil yang telah dicapai terhadap suatu tujuan. Gibson et al. 1990 menerangkan bahwa hasil yang telah dicapai atau
didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen. Efektivitas dapat pula diartikan bahwa hasil yang diharapkan sesuai
dengan hasil yang didapatkan. Efektivitas alat tangkap adalah suatu kemampuan alat untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum sesuai dengan tujuan
penangkapan. Efektivitas alat tangkap secara umum tergantung pada beberapa faktor,
antara lain: parameter pada alat tangkap itu sendiri rancang bangun dan konstruksi, pola tingkah laku ikan, ketersediaan atau kelimpahan ikan dan
kondisi oseanografi. Efektivitas suatu alat tangkap dan efisiensi cara operasi dapat mempengaruhi hasil tangkapan suatu alat tangkap Fridman 1988.
Pengetahuan tentang tingkah laku ikan akan sangat membantu dalam keberhasilan penangkapan ikan. Respon ikan karang terhadap alat tangkap pasif
dapat secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung adalah ikan tertarik dengan bentuk fisik bubu maupun warna bubu, Mawardi 2001 menerangkan
bahwa secara tidak langsung ikan tertarik dengan adanya umpan di dalam bubu.
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Uji coba di lapang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga bulan November 2010. Lokasi penelitian dilakukan di Kepulauan Seribu, tepatnya di
Kelurahan Pulau Panggang sebagai fishing base. Fishing ground pada saat penelitian adalah Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun, Pulau Karya, Pulau Karang
Congkak, dan Pulau Kotok Kecil. Peta stasiun pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dokumentasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan selama penelitian adalah masker, ganco, data sheet, alat tulis, timbangan, papan pengukur ikan measuring board, GPS, kantong
plastik, bubu dan kapal. Keterangan alat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan
No Peralatan
Kegunaan
1 Alat tulis
Mencatat hasil tangkapan 2
Timbangan Menimbang hasil tangkapan
3 Penggaris
Mengukur panjang ikan 4
Perahu Alat transportasi
5 Data sheet
Mencatan hasil tangkapan 6
Kamera Mendokumentasikan penelitian
7 Masker
Membantu proses setting dan hauling 8
Snorkel Membantu proses setting dan hauling
9 Fin
Untuk membantu berenang 10
Kantong plastik Tempat hasil tangkapan
11 Dongdang
Tempat untuk ikan yang masih hidup Tabel 4 Bahan yang digunakan dalam pengujian umpan di lapangan
No Bahan
Kegunaan
1 Argini
Umpan buatan 2
Leusin Umpan buatan
3 Bulu babi
Umpan alami 4
Minyak ikan Mewakili amoniak dan asam lemak
5 Tepung ikan
Mewakili asam lemak dan asam amino 6
Tepung tapioca Stabilitator
7 CMC
Pengikat arginin dan leusin 8
Air Pencampur
Bubu yang digunakan pada penelitian adalah bubu tambun karena bubu ini banyak digunakan nelayan Pulau Panggang. Bubu dioperasikan di wilayah
perairan karang dengan kedalaman satu hingga tiga meter. Pada pemasangan bubu digunakan karang untuk menutupi bubu. Pemasangan bubu secara tunggal
terpisah dengan lainnya dengan jarak sekitar sepuluh hingga dua puluh meter.
3.2.1 Alat tangkap bubu tambun
Bubu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubu tambun, memiliki panjang total 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 35 cm. ukuran mata anyamannya
adalah 3 cm berbentuk segi enam. Bentuk mulut bubu bulat pada bagian luar dan mengecil terus sampai ke bagian dalam dengan bentuk lonjong. Diameter mulut
bubu bagian dalam adalah 20 cm dan diameter mulut bubu bagian luar adalah 27 cm.
Keterangan : A = mulut bubu, diameter = 35 cm, P = 80 cm,
Ukuran anyaman mata bubu = 3 cm, B = bagian dalam mulut bubu,
L = 50cm, T = 35 cm
Gambar 1 Desain bubu tambun
P
L
T Tampak samping
Tampa k atas
A Tampak
atas
3.2.2 Metode pengoperasian bubu tambun
Pada penelitian menggunakan bubu tambun, metode pemasangan bubu tambun di Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut:
1 Persiapan Pada tahap persiapan meliputi persiapan alat tangkap, persiapan umpan,
persiapan kapal dan juga persiapan perbekalan. Persiapan alat adalah menyiapkan alat utama yang digunakan untuk melakukan penelitian, alat
utamanya adalah bubu dan juga alat bantu penangkapan. Pada tahap persiapan kapal, maka dilakukan pengeceken tentang kondisi kapal, kondisi mesin,
membuang air yang masuk ke badan kapal dan juga pengecekan bahan bakar mesin kapal. Persiapan perbekalan yaitu mempersiapkan makanan dan minum
yang diperlukan pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. 2 Pemasangan umpan
Pemasangan umpan sebagian dilakukan pada saat perjalan menuju fishing ground dan sebagian lagi dipasang pada saat perahu tiba di fishing ground. Hal
ini dilakukan apabila alat tangkap baru pertama dibawa ke fishing groung, selanjutnya pemasangan umpan dilakukan setelah pengangkatan bubu. Umpan
alami seperti bulu babi diambil disekitar daerah penangkapan ikan kemudian sedikit dihancurkan, setelah itu baru dimasukkan ke dalam bubu. Untuk umpan
buatan dibuat di fishing base dan dipasang pada bagian dalam dekat dengan mulut bubu, sehingga ikan akan tertarik memasuki bubu.
3 Pemasangan bubu setting Setelah sampai pada fishing ground maka bubu yang telah diberi umpan
dilemparkan ke perairan untuk selanjutnya dipasang pada perairan karang. Nelayan biasanya mencari letak yang srategis untuk pemasangan bubu dan
masih banyak terdapat karang. Lokasi penempatan bubu dibersihkan terlebih dahulu dari karang, kemudian nelayan meletakkan bubu. Setelah meletakkan
bubu nelayan memangkas karang-karang disekitarnya untuk digunakan sebagai penutup bubu. Pemasangan bubu dilakukan diperairan dengan kedalaman 1
– 3 meter. Untuk mengambil karang sebagai penutup bubu maka digunakan alat
bantu ganco.
4 Perendaman bubu Proses perendaman dilakukan selama enam hingga 24 jam. Selama proses
perendaman maka bubu dapat ditinggalkan. Nelayan biasanya melakukan kegiatan lain seperti memancing ikan untuk menambah penghasilan nelayan
atau dapat ditinggal ke fishing base. Nelayan lokal biasanya ada yang melakukan perendaman sebanyak dua kali sehari atau sering disebut dengan
dihese. 5 Pengangkatan bubu hauling
Setelah dilakukan proses perendaman bubu maka bubu diangkat. Proses pengangkatan bubu dibantu dengan alat ganco untuk menarik bubu dengan
dipasang kayu dengan panjang 1,5 meter. Setelah bubu terangkat maka pintu bubu dibuka dan hasil tangkapan dikeluarkan untuk diukur dan ditimbang.
Bubu yang telah kosong diisi dengan umpan dan kemudian dipasang lagi untuk ditambun. Proses pengangkatan bubu biasanya nelayan tidak harus menyelam,
kecuali bubu tidak terlihat dari atas kapal maka nelayan akan menyelam.
3.2.3 Kapal
Kapal yang digunakan pada pengujian di lapang adalah kapal motor yang terbuat dari kayu dengan dimensi panjang 9 meter, lebar 1,8 meter dan dalam 0,75
meter. Mesin yang digunakan adalah Yanmar 18 PK.
3.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data pada pengujian umpan buatan di lapangan menggunakan metode ujicoba penangkapan Experimental fishing yaitu mengoperasikan bubu
tambun dengan umpan yang berbeda di daerah penangkapan ikan. Metode eksperimental adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Dengan menggunakan metode eksperimental ini dapat diketahui hubungan sebab akibat antara umpan buatan
dengan pola makan ikan serta adanya umpan kontrol yang biasa digunakan oleh nelayan. Perlakuan yang berbeda yaitu umpan alami bulu babi, umpan B
arginin dan leusin, umpan C minyak ikan, dan tanpa umpan sebagai kontrol. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder dari penelitian.
Pengambilan data akan dilakukan selama 15 hari di lapangan meliputi tiga hari persiapan bubu dan pemasangan bubu yang dilakukan setiap hari selama
kurang lebih dua belas hari. Data primer diambil dari penelitian langsung yang dilakukan di lapangan. Sedangkan data sekunder didapat dari instansi terkait.
Data primer yang diambil antara lain : 1
Jenis hasil tangkapan; 2
Berat hasil tangkapan; 3
Panjang total hasil tangkapan; dan 4
Jumlah hasil tangkapan. Data sekunder yang diambil antara lain :
1 Letak geografis daerah penangkapan ikan;
2 Data produksi hasil tangkapan daerah penangkapan ikan;
3 Musim penangkapan ikan;
4 Kondisi oseanografi daerah penangkapan ikan; dan
5 Dimensi bubu.
Bubu tambun yang digunakan dipasang secara tunggal dengan menggunakan umpan B arginin dan leusin, umpan C minyak ikan dan umpan
alami berupa bulu babi Diadema sp yang telah dihancurkan digunakan gonadnya kemudian ditancapkan pada bagian tengah bubu dan menggunakan
bubu tanpa umpan sebagai kontrol. Pada bagian atas bubu diberi batu atau karang yang ada disekitar pemasangan bubu.
Bubu tambun yang dibutuhkan sebanyak 12 unit. Dari 12 bubu tersebut akan terbagi menjadi 3 stasiun dan masing-masing stasiun ada empat bubu dengan
jenis umpan yang berbeda. Pemasangan bubu secara tunggal dan tidak secara terangkai satu sama lainnya. Jarak pemasangan antar bubu dengan bubu lainnya
adalah 1,5 sampai empat meter Hartsjuijker dan Nicholson 1981; Parrish 1982; Luckhurst dan Ward 1985 diacu dalam Riyanto 2008. Perendaman bubu untuk
awal dilakukan selama dua hari supaya bubu tidak berbau bambu. Waktu yang dibutuhkan untuk setting adalah 1,5-2 jam, sedangkan waktu yang digunakan
untuk hauling adalah 1-2 jam. Perendaman bubu dilakukan selama 8-10 jam. Setting dilakukan pada pagi hari kemudian hauling dilakukan pada sore hari,
sebaliknya setting dilakukan pada sore hari dan hauling dilakukan pada pagi hari.
Setting dan hauling dilakukan selama 16 hari di Kepulauan Seribu. Pemasangan bubu dilakukan selama 16 hari untuk mendapatkan sebanyak 15 kali ulangan
dengan rincian sebagai berikut: 1
Trip ke-1, melakukan setting pada lokasi penempatan bubu; 2
Trip ke-2, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi; 3
Trip ke-3, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi; 4
Trip ke-4, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi; 5
Trip ke-5, dan seterusnya sampai trip ke 14; 6
Trip ke-15, melakukan hauling pada semua lokasi penempatan bubu
3.4 Analisis Data