1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah terumbu karang yang cukup luas kurang lebih 18 luas terumbu karang dunia. Sangat disayangkan
bahwa 71 luas terumbu karang Indonesia telah mengalami kerusakan berat. Hasil penelitian P3O LIPI di 324 stasiun pengamatan yang tersebar di wilayah
pesisir Indonesia menunjukkan bahwa sebagian terumbu karang berada dalam kondisi rusak, hanya sekitar 6.2 saja yang masih dalam kondisi baik. Kerusakan
terumbu karang merupakan dampak kombinasi berbagai tekanan pada ekosistem terumbu karang, salah satunya disebabkan oleh kegiatan penangkapan ikan yang
tidak ramah lingkungan pemboman ikan dan penggunaan racun sianida. Kerusakan karang akan sangat berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup
ikan-ikan yang hidup bersama terumbu karang. Ikan-ikan yang biasa hidup di karang akan mengalami kepunahan seiring dengan rusaknya terumbu karang
karena panangkapan yang tidak bertanggung jawab. Ikan karang yang umumnya memiliki ekonomis tinggi adalah ikan-ikan yang masih segar dan dalam kondisi
tidak cacat. Umumnya untuk mendapatkan ikan yang segar dan tidak cacat maka alat yang digunakan adalah bubu, sehingga ikan-ikan yang tertangkap masih
dalam keadaan hidup. Maka pada penelitian ini digunakan bubu untuk menguji umpan buatan yang akan digunakan. Jenis bubu yang digunakan adalah bubu
tambun, yaitu bubu yang pengoperasiannya ditambun atau ditutup dengan menggunakan karang. Pemilihan bubu tambun sebagai alat penangkapan dalam
penelitian ini adalah karena sebagian masyarakat Kepulauan Seribu menggunakan bubu tambun untuk menangkap ikan pada kegiatan operasi penangkapan ikan
sehari-harinya. Nelayan Kepulauan Seribu banyak yang menggunakan bubu untuk
menangkap ikan, jumlahnya mencapai 220 unit. Bubu banyak digunakan oleh nelayan Kepualauan Seribu karena harganya yang terjangkau, bahan utamanya
adalah dari bambu dengan harga Rp. 15.000, - Rp. 25.000. Selain menggunakan bambu, nelayan juga menggunakan jaring untuk memodifikasi bubu tambun.
Biasanya bubu tambun dengan menggunakan jaring digunakan untuk perairan cukup dalam hingga mencapai dua puluh meter.
Pada penangkapan ikan karang dengan menggunakan bubu, umumnya digunakan berbagai atraktan mulai dari jenis umpan yang digunakan hingga
terumbu karang yang digunakan untuk menutupi bubu. Pikatan umpan pada bubu memiliki tujuan agar ikan karang yang sifatnya bersembunyi pada terumbu karang
dapat keluar dan tertarik untuk masuk ke dalam bubu. Kebanyakan nelayan Kepualaun Seribu menggunakan umpan alami seperti
bulu babi, bantal raja, dan ikan-ikan rucah yang memiliki nilai ekonomis rendah. Bulu babi sangat banyak di perairan karang maupun di perairan pantai Kepulauan
Seribu, sedangkan bantal raja untuk mencarinya nelayan biasanya harus menyelam terlebih dahulu. Ikan-ikan rucah yang digunakan nelayan adalah ikan
yang ukurannya tidak sesuai target maupun ikan-ikan yang harganya rendah seperti ikan serra, lencam, kakak tua, swanggi. Untuk mengurangi penggunaan
ikan rucah maupun umpan alami lainnya maka perlu adanya upanya untuk menggunakan umpan buatan. Pengurangan penggunaan umpan alami adalah
untuk menjaga kesediaan di alam, karena sumberdaya alami akan habis bila digunakan secara terus-menerus sehingga perlu adanya umpan buatan untuk
mensubstitusi umpan alami yang biasa digunakan. Umpan buatan yang digunakan adalah dari arginin dan leusin. Pengunaan umpan buatan dari arginin dan leusin
adalah karena bahan kimia tersebut merupakan bahan yang telah teruji untuk mempengaruhi respon penciuman ikan karang.
Komposisi kandungan kimia umpan dari bahan arginina dan leusina merupakan dua kandungan kimia asam amino yang berperan sebagai atraktan
penting. Hal ini telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya dengan judul ”Respon penciuman ikan kerapu Epinephelus fuscoguttatus terhadap umpan
b uatan” oleh Riyanto 2008. Hasil penelitian menyebutkan bahwa organ
penglihatan dan penciuman ikan karang kerapu dapat merespon rangsangan dari luar. Penelitian ini sangat diperlukan untuk menguji hasil dari penelitian dengan
judul ” Pengujian umpan buatan arginin dan leusin pada skala laboratorium” oleh Indrawati 2010. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis akan
menunjukkan apakah umpan buatan akan memberikan efektivitas yang baik pada
kondisi yang sebenarnya. Hasil ini akan memberikan informasi bagi nelayan tentang efektivitas penggunaan umpan buatan untuk mengurangi penggunaan
umpan alami.
1.2 Tujuan