2 Umpan dapat memenuhi selera ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan;
3 Umpan mudah didapat dalam jumlah jumlah banyak serta kontinuitas yang
baik; 4
Lokasi sumberdaya relatif dekat serta mudah dalam penanganannya; dan 5
Biaya pengadaan murah. Faktor penentu keberhasilan proses penangkapan ikan dengan menggunakan
umpan salah satunya adalah kandungan kimia yang ada dalam umpan. Perbedaan jumlah hasil tangkapan bisa disebabkan oleh jenis umpan yang berbeda, hal
tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu umpan berdasarkan kandungan
asam amino yang merupakan bagian dari rangkaian protein Taibin 1984 dikutip dalam Riyanto 2008.
2.3 Umpan alami
Umpan alami adalah umpan yang berasal dari alam. Umpan alami yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulu babi. Penggunaaan bulu babi sebagai
umpan karena kelimpahan bulu babi di wilayah Kepulauan Seribu sangat berlimpah dan mudah didapatkan. Bagian bulu babi yang digunakan untuk umpan
biasanya pada bagian gonadnya. Setelah bulu babi dihancurkan maka bau yang menyengat akan keluar dar bagian dalam bulu babi tersebut. Efektivitas yang
diberikan oleh umpan alami sebesar 55,43 , nilai tersebut menunjukkan bahwa bulu babi sebagai umpan alami sudah cukup efektif karena nilainya sudah diatas
50,00 Riyanto 2008. Gambar umpan alami dari bulu babi dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.3.1 Umpan B arginin dan leusina
Pada mamalia, arginin termasuk ke dalam asam amino esensial. Asam amino ini merupakan asam amino yang paling umum, sedangkan leusina paling
banyak pada kandungan protein yang diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan. Leusin berperan dalam menjaga perombakan dan pembentukan
protein otot.
Tabel 1 Nilai arginin dan leusin hasil uji
Umpan
Persentase
Komposisi Kimia
A 1
Arginin 0.225
Arginin hasil uji 0.325
Leusin 0.249
Leusin hasil uji 0.762
Tebel di atas adalah hasil pengujian dari penelitian sebelumnya pada skala laboratorium Indrawati 2010.
King 1991 menjelaskan bahwa umpan pada bubu dan perangkap digunakan untuk menangkap ikan dan crustacea. Pada dasarnya ikan akan tertarik
oleh umpan yang terpasang pada bubu, kemudian ikan akan masuk kedalam bubu melalui mulut bubu dan ikan tidak bisa lagi melarikan diri. Dengan menentukan
kandungan asam amino, arginia dan leusia maka dapat menangkap ikan yang diharapkan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komposisi umpan buatan yang
berbeda maka ikan hasil tangkapan yang tertangkap pada bubu juga akan berbeda. Engas dan Lokkerborg, 1994 menyatakan bahwa pada penangkapan ikan
dengan menggunakan umpan buatan, rangsangan kimia terhadap pola makan ikan akan menurun seiring dengan hilangnya asam amino pada umpan. Umpan yang
mengandung asam amino diidentifikasikan dapat menjadi stimulus dan atraktor makan pada ikan dan crustacea. Menurut pendapat Hansen dan Reutter 2004
bahwa ikan predator buas yang memakan makanan yang tidak hidup umpan menggunakan sistem penciuman mereka untuk dapat merangsang makan dan
dapat membedakan stimuli asam amino. Gampar umpan buatan B arginin dan leusin dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.3.2 Umpan C minyak ikan
Umpan C yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan yang terbuat dari tepung ikan, minyak ikan,tepung terigu, dan tepung tapioka. Pada Penelitian
Sebelumnya dengan menggunakan umpan dari tepung ikan , minyak ikan,tepung terigu, dan tepung tapioka dan memberikan jumlah hasil tangkapan yang cukup
banyak dan manghasilkan nilai efektivitas dari umpan alami sebesar 44,60 Riyanto 2008. Komposisi umpan C minyak ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi umpan C minyak ikan No
Komposisi Bahan Jumlah gram
1 Minyak Ikan
35 2
Tepung Ikan 1
3 Tepung Terigu
13 4
Tepung Tapioka 39
Total berat gram 100
Menurut Riyanto 2008 formulasi umpan buatan dengan minyak ikan yang efektif dalam penangkapan ikan karang konsumsi adalah dengan kandungan
minyak ikan sebesar 35. Gampar umpan C minyak ikandapat dilihat pada Lampiran 4.
2.4 Efektivitas Umpan