1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Bagi bangsa Indonesia, reforma agraria bukan kebijakan baru. Kebijakan reforma agraria di Indonesia pertama kali dicetuskan bersamaan dengan kebijakan
serupa di Taiwan. Namun ketika Taiwan terus melesat dengan industrialisasinya, reforma agraria di Indonesia malah mandeg, sebab kebijakan reforma agraria ini
mengalami banyak rintangan di tengah jalan. Reforma agraria bukanlah program yang ringan untuk dilaksanakan.
Cakupan dan dampak dari program ini berdimensi sangat luas bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karenanya gerakan ini menuntut
keterlibatan penuh seluruh komponen bangsa. Selain itu pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa gerakan reforma agraria ini juga harus dilaksanakan
dengan sepenuh hati, pikiran, dan sumberdaya, sehingga reforma agraria mampu memberikan ruang gerak agar terjadi dinamika sosial yang positif bagi
masyarakat. Seiring dengan kompleksitas dan luasnya cakupan mengenai gerakan
reforma agararia, maka penelitian ini hanya membatasi bahasannya mengenai analisis dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebijakan redistribusi lahan, dilihat
dari sisi ekonomi, tingkat kemiskinan serta distribusi pendapatan yang terjadi. Dalam penelitian ini, penulis mengabaikan hal-hal yang terkait teknis serta
berbagai benturan kebijakan serta kepentingan yang menjadi penghambat dan permasalahan bagi terlaksananya reforma agraria. Analisis yang dilakukan juga
tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya instabilitas politik dan keamanan yang dapat ditimbulkan dari pelaksanaan kebijkan redistribusi lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reforma Agraria
Menurut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat TAP MPR RI Nomor IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam, reforma agraria pembaruan agraria didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain, reforma agraria adalah proses redistribusi kepemilikan lahan diantara kelompok masyarakat guna
mencapai penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat.
Sementara itu, Wiradi 2009 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan reforma agararia adalah penataan kembali atau pembaruan struktur pemilikan,
penguasaan dan penggunaan tanahwilayah, demi kepentingan petani kecil, penyekap dan buruh tani tak bertanah. Selanjutnya Wiradi membedakan antara
konsep reforma agraria dan landreform. Istilah landreform dipakai untuk merujuk pada program-program sekitar redistribusi tanah dalam rangka menata ulang
struktur kepemilikan tanah yang timpang menjadi lebih adil. Adapun istilah reforma agararia mengacu pada pengertian lebih luas dan komprehensif, karena
mencakup juga berbagai program pendukung yang dapat mempengaruhi kinerja sektor pertanian pasca redistribusi tanah.
2.2. Sejarah Reforma Agraria Dunia
Tonggak pertama reforma agraria dimulai dari Yunani Kuno, Romawi Kuno, Inggris, Prancis, hingga Rusia. Pada masa itu kaum bangsawan dengan
fasilitas yang dimilikinya pada umumnya menguasai lahan-lahan pertanian yang luas. Untuk mencegah pemberontakan rakyat terutama petani-petani yang tidak
mempunyai lahan atau mempunyai lahan tetapi sempit maka kaisar mengeluarkan