Dampak Simulasi Kebijakan Redistribusi Lahan dan Redistribusi

terhadap tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan. Untuk tujuan ini perubahan pendapatan yang terjadi antar kelompok rumah tangga dari hasil anailisi CGE ditransformasikan ke dalam data rumah tangga yang ada dalam SUSENAS. Dalam analisis microsimulation setiap rumah tangga yang terdapat dalam data SUSENAS dikategorikan ke dalam sepuluh kelompok keluarga sesuai dengan yang ada dalam kategori SNSE. Selanjutnya, setiap rumah tangga dalam SUSENAS pendapatannya dinaikkanditurunkan sesuai dengan perubahan yang terjadi dari hasil CGE untuk masing-masing kelompok rumah tangga. Perubahan pendapatan dari masing-masing rumah tangga ini selanjutnya digunakan untuk mengukur perubahan struktur kemiskinan dan distribusi pendekatan melalui pendekatan Foster-Greer-Thorbecke FGT dan koefisien Gini. Hasil microsimulation menunjukkan bahwa reforma agraria dapat memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14 Dampak kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus terhadap kemiskinan di Indonesia Indikator Kemiskinan Kondisi awal Hasil simulasi landreform Hasil simulasi landreform plus Head count index 15.42 13.57 11.37 Poverty gap ratio 18.78 18.14 17.53 Severity of poverty 5.48 5.16 4.87 Sumber : Olahan penulis hasil analisis microsimmulation Tabel 14 menunjukkan bahwa pada kondisi awal, tingkat kemiskinan di Indonesia adalah sebesar 15.42. Hal ini mengandung makna bahwa sekitar 15.42 dari total penduduk Indonesia hidup berada dibawah garis kemiskinan. Disi lain, pada tahun 2008 poverty gap ratio di Indonesia memiliki nilai sebesar 18.78 sedangkan severity of poverty memiliki nilai 5.48. Nilai poverty gap ratio sebesar 18.78 menunjukan bahwa rata-rata kesenjangan antara standar hidup orang-orang miskin di Indonesia dengan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar 18.78. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata, orang-orang miskin di Indonesia hidup dengan tingkat pengeluaran 18.78 lebih kecil dibandingkan dengan standar pengeluaran untuk dapat hidup layak. Adapun nilai severity of poverty sebesar 5.48 menunjukan bahwa kemiskinan di Indonesia mengalami tingkat keparahan sebesar 5.48. Hasil simulasi menunjukan bahwa kebijakan reforma agraria baik yang berupa kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus mampu memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia. Hasil simulasi kebijakan redistribusi lahan menunjukkan bahwa ketiga indikator kemiskinan mengalami penurunan dengan besaran yang berbeda-beda. Nilai head count index mengalami penurunan sebesar 1.85 sedangkan poverty gap rasio dan severity of poverty masing-masing mengalami penurunan dengan nilai sebesar 0.64 dan 0.32. Hasil simulasi redistribusi lahan plus menunjukkan bahwa kebijakan ini mampu memperbaiki kondisi kemiskinan di Indonesia dengan amplitudo yang lebih besar. Kebijakan landreform plus mampu mengurangi tingkat kemiskinan sebesar 4.06 dari 15.42 menjadi 11.37. Selain itu, hasil simulasi redistribusi lahan plus menunjukkan bahwa poverty gap rasio dan severity of poverty masing- masing mengalami penurunan dengan nilai sebesar 1.25 dan 0.61.

4.4. Dampak Simulasi Kebijakan Redistribusi Lahan dan Redistribusi

Lahan Plus Terhadap Distribusi Pendapatan Dalam penelitian ini koefisien Gini digunkan u ntuk mengukur dampak kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus terhadap ditribusi pendapatan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus dapat mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Perubahan indikator distribusi pendapatan koefisien Gini akibat kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus di Indonesia Koefisien Gini Perubahan Kondisi awal 0.384 Hasil simulasi redistribusi lahan 0.377 -1.82 Hasil simulasi redistribusi lahan plus 0.368 -4.17 Sumber : Olahan penulis hasil analisis microsimmulation Tabel 15 menunjukkan bahwa simulasi kebijakan redistribusi lahan dan redistribusi lahan plus mampu memperbaiki ketimpangan distribusi pendapatan. Kebijakan reforma agraria berupa landreform mampu mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan yang ditunjukkan dengan penurunan nilai Koefisien Gini dari ankga 0.384 menjadi 0.377. Nilai koefisien gini yang semakin mendekati angka 0 nol menunjukkan bahwa distribusi pendapatan yang semakin merata. Adapun simulasi kedua menunjukkan bahwa kebijakan reforma agraria yang berupa landreform plus dapat memperbaiki distribusi pendapatan dengan besaran yang lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang hanya berupa landreform dimana Koefisien Gini mengalami penurunan sebesar 4.17 dari 0.384 menjadi 0.368. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada distribusi pendapatan dampak yang dirasakan masih sangat kecil. Hal ini bisa diakibatkan karena dalam kenyataan-nya tidak semua keluarga yang ada dalam kelopok rumah tangga buruh pertanian dan pengusaha petani kecil berada dibawah garis kemiskinan sehingga ketika terjadi perubahan pendapatan dengan besaran yang sama untuk seluruh rumah tangga tersebut maka distribusi pendapatan-nya berubah dengan besaran yang tidak signifikan. Dampak redistribusi lahan terhadap distribusi pendapatan akan terlihat lebih jelas jika analisis dilakukan terhadap masing-masing rumah tangga bukan kelompok rumah tangga, namun hal ini sangat sulit dilakukan karena tidak ada model makro yang menggunakan data individu rumah tangga.