Simulasi yang Dilakukan Computable General Equilibrium CGE

teknologi produksi dari sektor-sektor pertanian. Seperti halnya dijelaskan pada bagian sebelumnya, dimana terdapat perbedaan antara konsep reforma agraria dan redistribusi lahan. Istilah redistribusi lahan dipakai untuk merujuk pada program-program sekitar redistribusi kepemilkan lahan dalam rangka menata ulang struktur kepemilikan tanah yang timpang menjadi lebih adil. Adapun istilah reforma agararia mengacu pada pengertian lebih luas dan komprehensif, karena mencakup juga berbagai program pendukung yang dapat mempengaruhi kinerja sektor pertanian pasca redistribusi kepemilikan lahan. Dalam penelitian ini, simulasi kedua selanjutnya disebut sebagai redistribusi lahan plus. Besarnya penambahan kepemilikan lahan dilakukan dengan besaran nilai yang disesuaikan dengan struktur kepemilikan lahan yang ada di Indonesia seperti yang dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3 Besaran redistribusi lahan yang digunakan dalam simulasi Sumber : diolah dari SNSE dan SUSENAS 2008 Besaran nilai redsitribusi kepemilikan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada data yang terdapat dalam SNSE dan SUSENAS 2008. Redistribusi kepemilikan lahan dilakukan kepada kelompok rumah tangga yang memiliki rata-rata kepemilikan lahan lebih dari 2 ha dan dalam hal ini Kelompo k Rumah tangga Kondisi Awal Kondisi Akhir Perubahan Kepemilik an lahan Jumlah HH Pendapatan HH dari lahan dalam Milyar Rp Total lahan yang dikuasai setiap kelompok HH Rata-rata Kepemili kan lahan Susenas Total lahan yang dikuasai setiap kelompok HH Rata-rata Kepemili kan lahan HH1 7 367 966 441 200 884 0.3 9 485 286 1.3 4622 HH2 9 952 671 2 204 1 004 427 0.1 13 545 823 1.4 1249 HH3 3 597 504 7 713 3 515 493 0.9 3 515 493 0.9 HH4 2 470 540 9 915 6 990 458 2.8 4 941 078 2.0 -29 HH5 9 122 381 13 220 6 026 558 0.6 6 026 558 0.6 HH6 3 306 788 1 102 502 212 0.2 502 212 0.2 HH7 3 922 657 38 561 17 577 463 4.5 7 845 314 2.0 -55 HH8 9 360 179 12 118 5 524 345 0.6 5 524 345 0.6 HH9 3 591 039 2 204 1 004 427 0.2 1 004 427 0.3 HH10 5 024 376 22 036 20 093 017 3.9 10 048 752 2.0 -50 Total 57 716 100 109 517 62 439 292 1.1 62 439 292 1.1 kelompok rumah tangga yang rata-rata kepemilikan lahannya lebih dari 2 ha adalah kelompok rumah tangga pengusaha pertanian besar HH4, rumah tangga pedesaan golongan atas HH7 dan kelompok rumah tangga golongan atas perkotaan HH10. Bagi kelompok rumah tangga yang kepemilikan lahan-nya lebih dari 2 ha maka kelebihan-nya akan diambil dan dialihkan kepada kelopok buruh tani HH1 dan kelopok pengusaha pertanian dengan kepemilikan lahan kurang dari 0.5 ha HH2. Adapun besaran simulasi kenaikan produktivitas sektor pertanian didasarkan pada perkembangan produktivitas dari sektor-sektor pertanian sebagaimana dijelaskan oleh Tabel 4 berikut . Tabel 4 Persentase kenaikan produktivitas sektor pertanian di Indonesia tahun 2000-2010 Sektor Tahun 2000-2010 Rata-rata produktivitas tahunan 2000-2010 Tahun 2005-2010 Besaran Simulasi Pertanian Tanaman Pangan 28.43 2.48 14.16 14.16 Pertanian Tanaman Lainnya 97.74 30.24 22.56 22.56 Sumber : diolah dari database Deptan 2012

3.2.2. Microsimulation

Analisis microsimulation merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk mengukur bagaimana dampak perubahan tingkat pendapatan suatu masyarakat sebagai akibat dari adanya suatu kebijakan terhadap tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan. Untuk tujuan ini, indeks kemiskinan FGT Foster-Greer-Thorbecke digunakan untuk mengukur kondisi kemiskinan serta Indeks Gini untuk mengukur distribusi pendapatan. Dalam penelitian ini, analisis microsimulation digunakan untuk mentransmisikan hasil yang diperoleh dari analisis CGE ke dalam data individu rumah tangga microdata untuk mengukur seberapa besar dampak perubahan tingkat pendapatan dari setiap individu rumah tangga terhadap kondisi kemiskinan individu tersebut. Dalam praktiknya, analisis microsimulation ini menghitung ukuran tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat antara sebelum dan setelah diterapkan-nya suatu kebijakan dengan menggunakan data individu rumah tangga.

3.2.2.1 Data Base

Untuk melakukan analisis microsimulation, penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS Indonesia tahun 2008. Data SUSENAS merupakan data hasil survei rumah tangga mengenai berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk, terutama yang erat kaitannya dengan pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara struktur model, data SUSENAS terpisah atau independen dari database CGE yaitu SNSE. Agar SUSENAS dapat terintegrasi dengan SNSE-CGE maka dilakukan rekonsiliasi kelompok rumahtangga sehingga perubahan di CGE dapat ditransmisikan ke data SUSENAS. Rumahtangga yang ada di model CGE dijadikanz referensi dalam pengelompokan rumahtangga di SUSENAS.

3.2.2.2. Foster-Greer-Thorbecke

Dalam penelitian ini, tingkat kemiskinan diukur dengan menggunakan rumus berikut Foster et al. 1984 : , 1 ; 1               q i i z y z n z y P dengan definisi : P = tingkat kemiskinan i Y = pengeluaran rumahtangga per kapita individu ke i n = jumlah populasi q = jumlah kelompok rumahtangga z = garis kemiskinan Dengan melihat nilai alpha α, maka terdapat 3 tiga kemungkinan dalam mengukur tingkat kemiskinan: 1. Jika α = 0, P menyatakan headcount index yang menunjukkan jumlah populasi di bawah garis kemiskinan. Dengan demikian rumus tersebut berubah menjadi :           q i i z y z n z y P 1 1 ;