2.4.3. Dimensi Pribadi Yang Terkait Dengan Seksualitas
Ada tiga elemen yang terkait dengan seksualitas : 1.
Harga diri Merupakan konsep individu tentang dirinya yang menggambarkan
pemaknaan tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang didapatkan dari gambaran tentang diri tersebut sangat memengaruhi tingkah laku
seseorang. 2.
Kemampuan berkomunikasi Merupakan cara remaja untuk mengespresikan perasaan, keinginan, dan
pendapatnya tentang masalah –masalah yang berhubungan dengan
seksualitasnya. bila remaja mampu mengomunikasikannya dengan baik, maka akan mempermudah dirinya dalam menanggulangi permasalah
seksualitas yang dialaminya. 3.
Kemampuan mengambil keputusan sepanjang kehidupan, banyak keputusan mengenai seksualitas yang harus
diambil, misalnya: perilaku seksual yang dipilih, memilih pasangan hidup, dan perencanaan kehamilan.
2.4.4. Sikap Positif Terhadap Seksualitas
Tingkah laku yang menunjukkan sikap positif terhadap seksualitas adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan.
2. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu, dan jorok.
3. Tidak dijadikan candaan dan bahan obrolan murahan.
4. Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya.
5. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk
memahami diri dan orang lain serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai fungsi dan tujuan sakralnya Kusmiran, 2012.
Salah satu gejala yang harus menjadi keprihatinan bersama adalah perilaku seks bebas di kalangan remaja. Dari data yang dimiliki Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional BKKBN, angka aborsi di kalangan remaja meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah ini tentu saja harus menjadi perhatian
bersama karena remaja merupakan tulang punggung masa depan bangsa. Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan
memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko
melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya. Pendidikan seks sangat penting bagi remaja, karena pertama remaja belum
paham dengan informasi kesehatan reproduksinya, sebab orangtua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu.
Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. kedua, dari
ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti
media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada
hal yang seperti itu.