Identifikasi stakeholder dalam PJL

dalam PJL juga telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 pada pasal 42 dan 43, dimana pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan system PJL diantaranya mekanisme pendanaan. Sama halnya yang dikemukakan oleh ESCAP 2009 bahwa pemerintahlah yang merupakan mediator dan fasilitator dari mekanisme itu sendiri. Skema pembayaran dan pendanaan PJL untuk jasa air Salah satu jasa lingkungan terpenting hutan adalah air. Acreman 2004 menyatakan bahwa sebatang pohon di hutan alam sepanjang daur hidupnya mampu memompa air +2,5 juta galon air ke atmosfer, didaur-ulang, dan tidak hilang dari kawasan hutan . Menurut Deviana dan Sutriadi 2013 potensi implementasi PJL untuk jasa air didukung oleh UU No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, dan Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air. Dalam kedua landasan hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap pengusahaan air harus diikuti oleh kegiatan pemeliharaan dan pelestarian hutan agar dapat menjamin ketersediaan air tanah. PJL untuk air juga didukung oleh UU No 40 Tahun 2007 tentang perseoran terbatas dan UU No 19 Tahun 2003 tentang badan usaha milik negara. Dalam kedua UU tersebut ditemukan bahwa adanya kewajiban mengeluarkan biaya berupa tanggung jawab sosial dan lingkungan ditujukan untuk perseoran dan BUMN yang berbentuk perseroan. Sedangkan yang bersifat sukarela ditujukan kepada BUMN yang berbentuk perusahan umum untuk dapat mengeluarkan sebagai laba bersih untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini juga yang menjadi dasar penetapan untuk dijalankannya rencana PJL untuk jasa air di Kecamatan Jailolo untuk perseoran dalam hal ini PDAM Kabupaten Halmahera Barat . Sumber: modifikasi dari Pagiola Platais 2002 ; Herbert et al.2010 Gambar 11. Skema penerapan PJL untuk jasa air di Kecamatan Jailolo Keterangan : Alur Pembayaran Garis Service Alur koordinasi Pemerintah Daerah DPRD BAPPEDA BPDAS Ake Malamo Perguruan Tinggi Jasa Lingkungan Jasa lingkungan air Terjaganya kualitas dan kuantitas air baku Pemanfaat buyer PDAM Pelanggan PDAM Penyerahan dana Retribusi rekening air melalui Dinas Kehutanan dan BLH Mekanisme Pembayaran Biaya penanaman dan pemeliharaan Mekanisme Pembiayaan melalui Retribusi rekening air Penyedia provider Pemerintah Desa Gamlamo Kelompok Masyarakat rehabilitasi mangrove Gambar 11 merupakan skema PJL untuk jasa air di Kecamatan Jailolo sebagai hasil yang dihasilkan dari analisis deskriptif dengan studi kasus dari skema PJL yang pernah dilakukan di tempat yang telah menerapkan skema PJL untuk jasa air. Pemanfaat jasa air adalah PDAM Kabupaten Halmahera Barat melalui pelanggan PDAM yang telah memanfaatkan air yang bersumber dari mata air sekitar mangrove mata air gurango diantara masyarakat desa Desa Bobanehena, Desa Galala, Desa Guamaadu, Desa Gufasa, Desa Jalan Baru, dan Desa Gamalamo, jumlah pelanggan dari sumber mata air gurango berjumlah 1.697 Kepala Keluarga KK. Mekanisme pembiayaan dilakukan secara langsung melalui retribusi rekening air dari pelanggan PDAM kepada penyedia jasa lingkungan dalam hal ini kelompok masyarakat rehabilitasi mangrove, kelompok masyarakat ini ditentukan oleh Pemerintah Desa Gamlamo yang merupakan tempat dimana kegiatan rehabilitasi dilakukan. Dana dari retribusi air merupakan biaya yang digunakan sebagai pembayaran penanaman dan pemeliharaan mangrove. Pada tahap selanjutnya dilakukan penyediaan bibit mangrove untuk ditanam pada kawasan yang menjadi zona resapan sumber mata air untuk peningkatan kualitas dan kuantitas air baku dari mata air gurango. untuk lebih memudahkan proses koordinasi antara pihak PDAM dengan kelompok masyarakat dalam hal penyediaan bibit, maka diperlukan keterlibatan dari para pemangku kepentingan stakeholder dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup. Sedangkan untuk memediasi dan memfasilitasi semua kegiatan PJL yang nantinya diterapkan dan dijalankan diperlukan kepastian hukum dari pemerintah daerah dalam hal ini DPRD Kabupaten maupun perencanaan dari BAPPEDA, BPDAS Ake Malamo dan Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang independen dalam merumuskan kebijakan maupun sebagai pendamping masyarakat, seperti yang dikemukakan dalam Perda Kabupaten Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 16.

a. Skema pembayaran dan pendanaan PJL untuk jasa wisata mangrove

Potensi implementasi PJL dalam wisata hutan mangrove didukung oleh UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Permenhut No 22 tahun 2012 tentang pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam pada hutan lindung . Dari kedua landasan hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap penyelenggaraan kepariwisataan dan pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung harus memelihara kelestarian alam dan lingkungan, dengan tidak merusak lingkungan maupun fungsi utamanya. Pembayaran jasa lingkungan berupa pengembangan wisata alam dapat menjadi solusi trade off antara kepentingan ekologi dan ekonomi Ekayani 2014. Pembayaran jasa lingkungan untuk wisata mangrove di Kecamatan Jailolo dinilai potensial bila dilihat dari adanya pengelolaan yang telah dilakukan saat ini, dimana pengelolaan wisata mangrove telah dikelolah pemerintah melalui Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat maupun masyarakat yaitu dengan membentuk kelompok masyarakat yang dinamakan kelompok masyarakat sadar wisata POKDARWIS. Pemanfaat yaitu dari jasa wisata mangrove adalah wisatawan. Mekanisme PES yang rencananya dilakukan yaitu melalui kelompok masyarakat sadar lingkungan POKDARWIS yang memanfaatkan pendapatan dari sebagian tiket masuk yang dibayar oleh wisatawan untuk kegiatan trecking di hutan mangrove sebagai mekanisme