ekonomi mangrove sebagai kayu bakar jika dimasukan kedalam nilai pasar, maka diperoleh nilai valuasi sebesar Rp 760.000tahun.
Tabel 8. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kayu Bakar
No Uraian
Satuan Nilai
1 Harga pasar kayu bakar a
Rpikat 5.000
lampiran 1b
2 Rata-rata produksi kayu bakar b
Ikatorangtahun 10
lampiran 1a
3 Jumlah pengambil kayu bakar c
Orang 19
4 Rata-rata biaya produksi d
Rporangtahun 10.000
lampiran 1c
5 Biaya produksi kayu bakar e=c.d
Rptahun 190.000
Nilai ekonomi pemanfaatan kayu bakar f = a.b.c-e 760.000
b. Pemanfaatan ikan
Sebagai jasa pengatur, hutan mangrove di Kecamatan Jailolo memberikan layanan jasa sebagai tempat habitat ikan dan kepiting khususnya di sekitar Teluk
Jailolo. Metode yang digunakan masyarakat untuk menghitung nilai ekonomi hutan mangrove sebagai tempat pemanfaatan ikan adalah metode penghitungan
nilai pasar market value. Masyarakat pesisir yang ada di lokasi penelitian hanya melakukan penangkapan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masyarakat
yang berprofesi sebagai nelayan berasal dari desa Guemadu, Gamlamo dan Tuada.
Nelayan yang sering melakukan penangkapan di sekitar mangrove berjumlah 10 orang. Alat tangkap yang digunakan masyarakat untuk menangkap
ikan umumnya ialah pancing dan jaring dengan jenis tangkapan ikan yang beragam yaitu ikan beronang, ikan kakap dan ikan biji nangka. Hasil tangkapan
ikan oleh nelayan rata-rata memiliki berat antara 1-2 kg dengan frekuensi penangkapannya ialah 15 tripbulan. Harga jual ikan tersebut di pasaran ialah
berkisar Rp.15.000kghari. Jumlah ikan yang diperoleh selama setahun dikalikan dengan biaya produksi sebesar Rp. 10.000trip atau sebesar 1.800.000tahun,
maka dapat diketahui estimasi nilai ekonomi pemanfaatan ikan dari kawasan hutan mangrove di teluk Jailolo ialah sebesar Rp. 9.000.000tahun, Perhitungan
tersebut secara terperinci bisa dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai ekonomi pemanfaatan ikan
No Uraian
Satuan Nilai
1 Harga ikan a
RpKg 15.000
lampiran 1b
2 Rata-rata produksi ikan b
Kgorang tahun 180
lampiran 1a
3 Jumlah nelayan c
Orang 10
4 Rata-rata biaya produksi ikan d
Rporangtrip 10.000
lampiran 1c
5 Rata-rata Pemanfaatan e
Tripbulan 15
lampiran 1d
6 Biaya produksi ikan f=c.d.e.12
RpTahun 18.000.000
Nilai ekonomi pemanfaatan ikan g = a.b.c-f 9.000.000
c. Kepiting
Pemanfaatan kepiting dengan jenis kepiting yang paling sering tertangkap adalah jenis Scylla serata, Scylla olivacea, dan Scylla paramomasain, masyarakat
yang berprofesi sebagai pencari kepiting di kawasan Teluk Jailolo berjumlah 8 orang, dan profesi pencari kepiting tersebut berasal dari desa Gamlamo, Gufasa,
dan Tuada, kemudian jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kepiting adalah tombak. Hasil tangkapan nelayan rata-rata berjumlah 15
ekororangbulan atau sekitar 180 ekororangtahun dengan frekuensi
penangkapannya ialah 15 tripbulan, dan harga kepiting di pasaran sebesar Rp.30.000ekor. Nilai ekonomi mangrove sebagai pemanfaatan kepiting diperoleh
dari harga kepiting per ekor dikalikan dengan biaya produksi sebesar Rp. 25.000,trip atau sebesar Rp. 36.000.000,tahun, sehingga diperoleh estimasi nilai
kepiting bakau adalah Rp 7.200.000,tahun Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kepiting
No
Uraian Satuan
Nilai
1 Harga kepiting a
Rpekor 30.000
lampiran 1b
2 Produksi kepiting b
Ekororang tahun 180
lampiran 1a
3 Jumlah nelayan c
Orang 8
4 Rata-rata biaya produksi d
Rporangtrip 25.000
lampiran 1c
5 Rata-rata Pemanfaatan e
Tripbulan 15
lampiran 1d
6 Biaya produksi kepiting f=c.d.e.12
Rptahun 36.000.000
Nilai ekonomi pemanfaatan kepiting f = a.b.c-f 7.200.000
B. Jasa Pengatur Regulating service
Jasa pengatur regulating dari hutan mangrove di Kecamatan Jailolo yaitu sebagai pemecah gelombang dan penahan intrusi air laut. Menurut MEA 2005
dalam Vo Quoc et al 2012 bahwa jasa pengatur dari hutan mangrove yaitu sebagai pelindung abrasi pantai, pelindung banjir dan pemurnian air.
a. Sebagai Pemecah Gelombang breakwater
Selain berfungsi sebagai jasa pengatur dari hutan mangrove di Kecamatan Jailolo, juga dikenal sebagai pemecah gelombang. Menurut Kusmana 2009
fungsi hutan mangrove salah satunya yaitu dapat memproteksi garis pantai dari hempasan gelombang. Perhitungan nilai ekosistem hutan mangrove sebagai
pemecah gelombang didekati dengan menghitung biaya pengganti replacement cost
yang diperlukan untuk membangun pemecah gelombang. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2015
mengenai standar biaya pembuatan tembok pemecah gelombang bahwa biaya untuk pembuatan tembok pemecah gelombang ialah Rp. 1.200.000, dengan
ukuran tinggi beton bois 3.50 m dan ukuran panjang bois diameter 1.7 m. Beton yang diperlukan berjumlah 240 buah dengan ukuran panjang pantai untuk
dipasangkan beton yaitu sepanjang 400 m.
Pembangunan beton pemecah gelombang berada di desa Tuada, kecamatan Jailolo Halmahera Barat, lokasi tersebut dijadikan fokus pembangunan
karena posisi desanya berada pada cekungan atau menjorok kedalam Lihat gambar 4 Peta lokasi penelitian pada Hal. 18. Pembuatan tembok pemecah
gelombang membutuhkan biaya sebesar Rp. 480.000.000 untuk 240 buah bois, jumlah ini bisa menjadi pemecah gelombang sepanjang 400 m, dengan asumsi
bahwa umur pakai tembok pemecah gelombang tersebut ialah 25 tahun. Panjang mangrove yang berfungsi sebagai pemecah gelombang di Kecamatan Jailolo yaitu
sepanjang 1.046 m dibagi dengan 1.7 m panjang bois, sehingga jumlah bois yang harus disediakan adalah 628 buah dan jika dikalikan dengan harga satuan bois
sebesar Rp. 12.000.000, diperoleh nilai mangrove sebagai pemecah gelombang sebesar Rp. 753.120.000 Tabel 11.
Tabel 11. Perhitungan nilai hutan mangrove sebagai pemecah gelombang breakwater
Analisis Satuan
Nilai
Total biaya pembuatan per meter a Rp
1.200.000 Panjang bois diameter b
Meter 1.7
panjang mangrove sebagai pemecah gelombang c Meter
1046 Jumlah bois yang harus disediakan d = bc
Buah 628
nilai untuk pemecah gelombang per tahun e= a.d 753.120.000
Umur ekonomi f Tahun 25
Nilai ekonomi pemecah gelombang per tahun g= ef 30.124.800
Dinas PU Kabupaten Halmahera Barat
b. Sebagai penahan intrusi air laut
Salah satu fungsi dari hutan mangrove adalah menekan laju intrusi air laut akibat kerusakan mangrove. dampak dari kerusakan hutan mangrove dapat
menyebabkan masuknya air laut kedalam ekuifer sehingga air tawar menjadi payau atau asin Santoso 2010. Fungsi mangrove sebagai pencegah intrusi air
laut seperti yang dikemukakan oleh Anwar dan Hendra 2006 bahwa kondisi air sumur yang baik dipengaruhi oleh kondisi hutan mangrove yang relatif baik
dengan jarak 1 km. Sama halnya dengan penjelasan Kusmana 2009 bahwa hutan mangrove dapat mengendalikan intrusi air laut yang secara teoritis diperkirakan
percepatan intrusi air laut pada lokasi tampa hutan mangrove dapat meningkat 2-3 kali. Nilai hutan mangrove sebagai penahan intrusi air laut di Kecamatan Jailolo
mencakup wilayah yang telah memanfaatkan sumber mata air oleh PDAM yang berada di sekitar hutan mangrove yaitu mata air Gurango. Sumber mata air
tersebut berada di kawasan hutan mangrove tepatnya di Desa Gamalamo, ada enam desa yang memanfaatkan atau menjadi pelanggan PDAM dari sumber mata
air gurango tersebut diantaranya Desa Bobanehena, Desa Galala, Desa Guamaadu, Desa Gufasa, Desa Jalan Baru, dan Desa Gamalamo, Jumlah pelanggan dari
sumber mata air gurango berjumlah 1.697 Kepala Keluarga KK dengan nilai konsumsi air per hari adalah 60 literoranghari, sedangkan harga air per liternya
bagi pelanggan kelas bawah adalah Rp.1.500liter PDAM Kabupaten Halmahera Barat 2015.
Perhitungan nilai ekonomi dari hutan mangrove di Kecamatan Jailolo dalam mencegahmengurangi intrusi air laut
.
digunakan metode perubahan konsumsi air masyarakat change in consumption approach, dengan kata lain,
berapa biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membeli air pengganti, akibat dari intrusi air laut yang terjadi. Nilai ekonomi dihitung dari jumlah
penurunan penggunaan air tanah per tahun akibat intrusi setiap tahun dikalikan tingkat harga Santoso 2010, perhitungannya dengan menggunakan dua skenario
penurunan konsumsi air tanah yaitu penurunan sebesar 5 rendah dan tinggi 10, dengan kemampuan mangrove dalam mengurangi asumsi air laut sama
tampa memperhitungkan kerapatan. Untuk harga air Rp 100.000profil tangki 1.200 liter atau Rp. 83liter. dengan penurunan sebesar 5 dari 37.164.300
litertahun sebesar 1.858.215 litertahun sedangkan dengan penurunan konsumsi air sebesar 10 adalah 3.716.430 litertahun sehingga dari hitungan tersebut
apabila dikalikan dengan harga air sebesar Rp. 83,33 maka diperoleh nilai ekonomi rata-rata akibat konsumsi air untuk 5 adalah Rp. 154.851.250
Rptahun, dan untuk 10 adalah Rp. 309.702.500 Rptahun, lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.
Tabel 12. Nilai ekonomi mangrove sebagai penahan intrusi air laut costal water filtration
Perhitungan Satuan
Nilai
Jumah Penduduk yang menggunakan PDAM a KK
1.697 konsumsi air b
literKKhari 60
jumlah konsumsi air PDAM c = a.b.365 hari litertahun
37.164.300
Terkena Intrusi, Asumsi jumlah konsumsi air tanah
turun 5 d = c.5 litertahun
1.858.215 turun10 e = c.10
litertahun 3.716.430
Harga Air profil tang 10.0001200 L f
litertahun 83,33
Nilai Ekonomi
akibat konsumsi air tanah turun 5 g = d.f Rptahun
154.851.250 akibat konsumsi air tanah turun 10 k = e.f
Rptahun 309.702.500
PDAM Kabupaten Halmahera Barat PERMENDAGRI No 23 Tahun 2006
C. Jasa Budaya cultural service
Jasa budaya dari mangrove yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Jailolo yaitu pemanfaatan wisata mangrove yang ada di Desa
Gamtala, menurut Lau 2013 salah satu jasa ekosistem mangrove adalah jasa kultural diantaranya wisata, rekreasi, dan pendidikan.
a. Pemanfaatan untuk Wisata
Sebagian besar objek pariwisata di Kabupaten Halmahera Barat adalah objek wisata alam seperti pantai, gunung, dan air terjun, selain itu, juga terdapat
beberapa objek wisata budaya dan sejarah yang merupakan kekayaan budaya suku-suku asli di Kabupaten Halmahera Barat, yaitu Suku Jailolo, Sahu, Ibu dan
Loloda. Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung pada tahun 2013 masing-masing sebanyak 37.059 dan 152 orang BPS Halmahera
Barat 2014.
Objek pariwisata baru yang telah dikembangkan saat ini yaitu ekowisata mangrove di Kecamatan Jailolo yang telah dimulai pada tahun 2012, dari 10 desa
pesisir yang mempunyai kawasan hutan mangrove di Kecamatan Jailolo hanya Desa Gamtala yang sudah dikembangkan sebagai tempat wisata mangrove. Pada
tahun 2014, jumlah pengunjung ke ekowisata mangrove di Desa Gamtala mencapai 461 orang dan kebanyakan masyarakat yang mengetahui keberadaan
mangrove tersebut adalah masyarakat pesisirpantai teluk Jailolo, pemerhati mangrove dan pelajar sekolah, saat ini kawasan pengelolaan wisata mangrove
diberikan kepada Kelompok Mansyarakat Sadar Wisata Pokdarwis, Kanporabudpar 2014.
Metode yang digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi manfaat kawasan hutan mangrove di Kecamatan Jailolo adalah Travel Cost Method
TCM, jumlah pengunjung objek wisata mangrove Desa Gamtala yang berhasil di wawancara sebanyak 20 orang di bulan Mei 2015. Tujuan para wisatawan atau
pengunjung adalah untuk pengamatan, pendidikan dan penelitian maupun hunting. Sedangkan rata-rata umur responden ialah 30 tahun, usia tersebut merupakan usia
produktif dan matang sehingga responden sangat memahami setiap pernyataan dan memberikan jawaban secara rasional, kemudian untuk jumlah pengeluaran
pengunjung pada objek wisata mangrove adalah Rp. 60.000,-oranghari, rincian
biayanya dipergunakan untuk biaya tiket, transportasi, makan minum, pendamping dan dokumentasi Lampiran 2.
Perhitungan nilai ekonomi mangrove sebagai wisata diperoleh dari nilai Surplus Konsumen SK dikalikan dengan total kunjungan per tahun, nilai rata-
rata SK dari total responden diperoleh sebesar Rp. 110.907 dan jumlah kunjungan per tahun sebanyak 461 orang, sehingga diperoleh estimasi nilai ekonomi hutan
mangrove dari pemanfaatan wisata adalah Rp 51.128.331tahun, perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 13 Nilai Ekonomi Wisata Mangrove
Responden Jumlah
kunjungan responden
dalam 1 tahun a
Rata-rata SKkunjungan
Rptahun b
Rata-rata SKkunjugan
c=ba Jumlah
kunjungan tahun
d Nilai
ekonomi wisata
mangrove e=c.d
20 32
3.549.038 110.907,44
461 51.128.331
Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat
Jasa Lingkungan Ekosistem Mangrove yang Potensial untuk PJL
Syarat penerapan pembayaran jasa lingkungan PJL menurut ICWRMIP 2013 yaitu: a Nilai ekonomi jasa lingkungan, b Adanya pemanfaat jasa
lingkungan environmental services users dan dengan adanya penyedia jasa lingkungan environmental services provider, sedangkan menurut Lau 2013
langkah pertama dalam pengembangan pembayaran jasa lingkungan PJL adalah mengidentifikasi jasa ekosistem dengan jelas, mengidentifikasi penyedia dan
pembeli yang potensial, pemangku kepentingan stakeholder maupun skema spesifik dari PJL.
Tabel 14. Nilai ekonomi dan identifikasi komponen pembiayaan jasa ekosistem
mangrove
Jasa Ekosistem Mangrove Nilai Ekonomi
RpTahun Pemanfaat
user Potensial Pembeli
buyer Penyedia
provider Mekanisme
Pembayaran Jasa
penyedia provisioning
service
Kayu bakar 760.000
Masyarakat pesisir
Kelompok Masyarakat
rehabilitasi
mangrove -
Ikan 9.000.000
Kepiting 7.200.000
Jumlah 16.960.000
Jasa pengatur regulating
service
Pemecah gelombang
30.124.800
Masyarakat pesisir
Kelompok Masyarakat
rehabilitasi
mangrove -
Penahan intrusi air laut
154.851.250 Masyarakat
pesisir, Pelanggan
PDAM Kelompok
Masyarakat rehabilitasi
mangrove Retribusi
rekening air
Jumlah 184.976.050
Jasa budaya cultural service
Wisata mangrove
51.128.331 Wisatawan
Kelompok Masyarakat
rehabilitasi mangrove
Retribusi tiket masuk
Jumlah 51.128.331
Jumlah Total 253.064.381
Pada Tabel 14 diatas, jasa lingkungan yang telah diidentifikasi dengan jelas antara lain jasa penyedia yaitu; kayu bakar, ikan dan kepiting, jasa pengatur
diantaranya; sebagai pemecah gelombang, dan penahan intrusi air laut, maupun
jasa budaya yaitu sebagai wisata, kesemua jasa yang telah diidentifikasi merupakan jasa yang telah dimanfaatkan dan masing-masing memiliki nilai
ekonomi, namun tidak semua memiliki pemanfaat yang berpotensi sebagai pembeli jasa buyer. Berdasarkan hasil identifikasi Tabel 14 terdapat dua jasa
lingkungan yang potensial untuk diinisiasi PJL yaitu jasa penahan intrusi air yang di gunakan PDAM sebagai sumber mata air dan jasa wisata alam pada objek
wisata mangrove, karena kedua jasa tersebut memiliki seluruh aspek yang diisyaratkan untuk implementasi pembayaran jasa lingkungan. Daerah penyedia
jasa environmental services provider yang ditetapkan sebagai desa yang nantinya menjadi penyedia jasa lingkungan yaitu: Desa Gamlamo sebagai desa
penyedia jasa air, serta Desa Gamtala sebagai penyedia jasa wisata, dengan penyedia providers yang potensial adalah masyarakat yang pernah ikut terlibat
dalam kegiatan penanaman mangrove rehabilitasi mangrove.
Persepsi dan Partisipasi Provider Terhadap Rencana Penerapan PJL a.
Persepsi dan partisipasi Provider dalam PJL
Masalah pengelolaan hutan mangrove secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis konservasi hutan mangrove
dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove Bengen dan Nikijuluw 2002; Ekayani et al. 2014b; Ekayani dan Nuva 2015.
Pemahaman masyarakat providers tentang jasa lingkungan mangrove pada masyarakat dinilai cukup mendukung untuk menentukan penetapan PJL air di
Desa Gamlamo dan jasa lingkungan ekosistem hutan mangrove sebagai wisata di Desa Gamtala. Untuk penerapan PJL itu sendiri masyarakat menyatakan setuju
dan akan berpartisipasi, adapun bentuk pengelolaannya yaitu kawasan perlindungan laut, tambak silvofishery dan kawasan wisata Gambar 8. Dari
persepsi tersebut, dapat dideskripsikan bahwa masyarakat dari kedua desa yang menjadi providers dalam rencana PJL sangat mendukung adanya penerapan PJL.
Menurut ICWRMIP 2013 persepsi yang sama tentang jasa lingkungan yang dapat disediakan oleh masyarakat merupakan salah satu syarat implementasi PJL
itu sendiri.
Gambar 8. Persepsi dan partisipasi masyarakat provider tentang PJL
29 18
53 100
71
50 50
75 75
50 100
150 Wisata mangrove
Tambak ramah lingkungan silvofishery Kawasan perlindungan laut
Setuju untuk ikut penerapan PJL Tahu tentang jasa lingkungan hutan mangrove
Desa Gamtala Wisata Mangrove
Desa Gamlamo Intrusi Air LautPDAM