Kategorisasi Stakeholders Pengaruh stakeholders

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Jasa Lingkungan Ekosistem Hutan Mangrove di Kecamatan Jailolo Menurut ESCAP 2009 jasa lingkungan dapat dibagi kedalam 1. Jasa penyedia provision seperti pangan, air tawar, bahan bakar dan serat; 2. Jasa pengatur regulating, seperti pengaturan iklim, banjir, dan pemurnian air: 3. Jasa penunjang Supporting, seperti pendauran hara dan pembentukan tanah; dan 4. Jasa budaya cultural, seperti keindahan, rohani, pendidikan dan hiburan. Dari hasil identifikasi dan valuasi ekonomi hutan mangrove Lampiran 1 diperoleh 6 jenis Jasa ekosistem mangrove yang dikelompokan yang telah dimanfaatkan di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat antara lain, pemanfaatan kayu bakar, 2 ikan, 3 kepiting, 4 Jasa pemecah gelombang, 5 pencegah intrusi air laut dan 6 jasa ekowisata mangrove.

A. Jasa Penyedia provisioning service

Jasa penyedia dari mangrove yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu kayu bakar, ikan, dan kepiting. Menurut Vo Quoc et al, 2012 salah satu jasa ekosistem hutan mangrove adalah jasa penyedia provisioning yang diantaranya adalah produk kayu dan perikanan.

a. Pemanfaatan kayu bakar

Pemanfaatan kayu mangrove di Kecamatan Jailolo umumnya digunakan masyarakat sebagai keperluan kayu bakar. Menurut Anwar dan Hendra 2006 bahwa jenis kayu bakar dari jenis mangrove Rhizophora merupakan kayu bakar berkualitas baik karena menghasilkan panas yang tinggi dan awet. Pemanfaatan kayu bakar digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah yang selama ini disubsidi oleh pemerintah yang harganya Rp 5.000liter. Sedangkan harga jual kayu bakar di pasar sebesar Rp 5.000 per ikat dengan ukuran 1 ikat kayu bakar memiliki panjang 50 cm dengan diameter ikat 20 cm. penggunaan 1 ikat kayu bakar cukup untuk memasak satu keluarga selama satu minggu. Kayu bakar menjadi sangat penting bagi masyarakat terutama dari golongan masyarakat bawah ketika harga bahan bakar minyak melambung tinggi atau susah diperoleh pada saat bulan Ramdhan bulan puasa. Biaya untuk pengambilan dan pemanfaatan kayu bakar dari mangrove adalah Rp 10.000, dengan waktu pengambilannya sekali dalam setahun, biaya tersebut ialah ongkos pengganti 1 liter bahan bakar minyak untuk mesin perahu yang digunakan dalam mengangkut kayu. Jumlah populasi masyarakat yang berprofesi sebagai pengambil kayu ialah sebanyak 19 orang, para pengambil kayu tersebut berasal dari desa yang ada di kawasan teluk Jailolo. Jumlah ini sudah mulai berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan pemerintah telah mengeluarkan PERDA No. 4 yang didalamnya mengatur tentang larangan pengambilan kayu bakar dari mangrove untuk dijual, sehingga jumlah orang yang memanfaatkan kayu dari mangrove hanya sebatas untuk kebutuhan memasak keluarga, dan juga memanfaatkan kayu mangrove yang sudah robohpatah, nilai ekonomi mangrove sebagai kayu bakar jika dimasukan kedalam nilai pasar, maka diperoleh nilai valuasi sebesar Rp 760.000tahun. Tabel 8. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kayu Bakar No Uraian Satuan Nilai 1 Harga pasar kayu bakar a Rpikat 5.000 lampiran 1b 2 Rata-rata produksi kayu bakar b Ikatorangtahun 10 lampiran 1a 3 Jumlah pengambil kayu bakar c Orang 19 4 Rata-rata biaya produksi d Rporangtahun 10.000 lampiran 1c 5 Biaya produksi kayu bakar e=c.d Rptahun 190.000 Nilai ekonomi pemanfaatan kayu bakar f = a.b.c-e 760.000

b. Pemanfaatan ikan

Sebagai jasa pengatur, hutan mangrove di Kecamatan Jailolo memberikan layanan jasa sebagai tempat habitat ikan dan kepiting khususnya di sekitar Teluk Jailolo. Metode yang digunakan masyarakat untuk menghitung nilai ekonomi hutan mangrove sebagai tempat pemanfaatan ikan adalah metode penghitungan nilai pasar market value. Masyarakat pesisir yang ada di lokasi penelitian hanya melakukan penangkapan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berasal dari desa Guemadu, Gamlamo dan Tuada. Nelayan yang sering melakukan penangkapan di sekitar mangrove berjumlah 10 orang. Alat tangkap yang digunakan masyarakat untuk menangkap ikan umumnya ialah pancing dan jaring dengan jenis tangkapan ikan yang beragam yaitu ikan beronang, ikan kakap dan ikan biji nangka. Hasil tangkapan ikan oleh nelayan rata-rata memiliki berat antara 1-2 kg dengan frekuensi penangkapannya ialah 15 tripbulan. Harga jual ikan tersebut di pasaran ialah berkisar Rp.15.000kghari. Jumlah ikan yang diperoleh selama setahun dikalikan dengan biaya produksi sebesar Rp. 10.000trip atau sebesar 1.800.000tahun, maka dapat diketahui estimasi nilai ekonomi pemanfaatan ikan dari kawasan hutan mangrove di teluk Jailolo ialah sebesar Rp. 9.000.000tahun, Perhitungan tersebut secara terperinci bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai ekonomi pemanfaatan ikan No Uraian Satuan Nilai 1 Harga ikan a RpKg 15.000 lampiran 1b 2 Rata-rata produksi ikan b Kgorang tahun 180 lampiran 1a 3 Jumlah nelayan c Orang 10 4 Rata-rata biaya produksi ikan d Rporangtrip 10.000 lampiran 1c 5 Rata-rata Pemanfaatan e Tripbulan 15 lampiran 1d 6 Biaya produksi ikan f=c.d.e.12 RpTahun 18.000.000 Nilai ekonomi pemanfaatan ikan g = a.b.c-f 9.000.000

c. Kepiting

Pemanfaatan kepiting dengan jenis kepiting yang paling sering tertangkap adalah jenis Scylla serata, Scylla olivacea, dan Scylla paramomasain, masyarakat yang berprofesi sebagai pencari kepiting di kawasan Teluk Jailolo berjumlah 8 orang, dan profesi pencari kepiting tersebut berasal dari desa Gamlamo, Gufasa, dan Tuada, kemudian jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kepiting adalah tombak. Hasil tangkapan nelayan rata-rata berjumlah 15 ekororangbulan atau sekitar 180 ekororangtahun dengan frekuensi