Sebagai Pemecah Gelombang breakwater

sebesar Rp.50.000kunjungan maka diperoleh dana sekitar Rp.23.050.000tahun. sehingga total dana yang diperoleh sebesar Rp. 43.414.000 Tabel 17. Nilai ini tidak cukup untuk menutupi total nilai yang diminta oleh providers WTA dalam pemeliharaan hutan mangrove di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat yaitu sebesar 180.900.000. Tabel 17. Estimasi penerimaan PJL berdasarkan tarif yang berlaku saat ini Bentuk Jasa Populasi beneficiaries a Kali b Tarif Kini Rp c Estimasi Penerimaan RpTahun d=a.b.c Estimasi WTA providers RpTahun e Selisih RpTahun f=d-e Jasa Air PDAM 1.697 1 12 1.000 3 20.364.000 162.810.000 142.446.000 Jasa Wisata 461 2 1 50.000 4 23.050.000 18.090.000 4.960.000 Total 43.414.000 180.900.000 137.486.000 1 PDAM 2015 2 Kanporabudpar 2015 3 Rooswiadji 2012 4 Pokdarwis 2015 Berdasarkan Tabel 17, untuk PJL pada jasa wisata, biaya PJL dapat dipenuhi, namun biaya yang dibebankan sebesar Rp.50.000 belum termasuk biaya untuk perbaikan infrastruktur maupun untuk pengelolah. Sedangkan untuk PJL pada jasa air PDAM biayanya belum dapat dipenuhi sesuai dengan tarif berlaku, sehingga perlu diestimasi dengan tarif penyesuaian agar sesuai biaya WTA. Salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan menaikkan beban biaya PJL kepada pemanfaat jasa beneficiaries. Estimasi nilai beban biaya untuk pemanfaat jasa beneficiaries dapat diperoleh dengan membagikan nilai PJL yang harus disediakan dengan jumlah pemanfaat jasa beneficiaries. Berdasarkan perhitungan Table 18 estimasi biaya PJL yang dibebankan kepada pemanfaat jasa beneficiaries pelanggan PDAM adalah sebesar Rp.7.995KKbulan. Tabel 18. Estimasi biaya yang dibebankan untuk pelanggan PDAM jika PJL diterapkan Bentuk Jasa Beneficiaries KK a Kali bulan b Biaya yang harus disediakan RpTahun c Biaya yang dibebankan untuk pelangan PDAM Beneficiaries RpKKBulan d=cab Jasa Air PDAM 1.697 1 12 162.810,000 7.995 1 PDAM 2015 Implementasi Pembayaran Jasa Lingkungan PJL Sistem pendanaan berbasis pasar tidak boleh dianggap sebagai alat yang dapat menyelesaikan semua persoalan lingkungan, tetapi sebagai suatu bagian dari serangkaian pilihan konservasi yang ada bagi para pembuat keputusan dan perencana kebijakan Eijk dan Kumar 2009. Rencana mekanisme PES menurut Wunder 2005 menyatakan bahwa terdapat dua komponen utama dalam penerapan PJL yaitu penyedia jasa lingkungan dan pemanfaatpembeli jasa lingkungan, sama halnya dengan pendapat Wawo 2014 bahwa kerangka untuk mengembangkan PJL dalam ekosistem salah satunya yaitu menentukan kelompok yang berpotensi sebagai penyedia sukarela dan berpotensi sebagai pembeli. Rencana implementasi PJL dalam pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Jailolo berdasarkan hasil identifikasi jenis jasa diperoleh jenis jasa untuk air intrusi air laut dan jasa wisata mangrove dengan tujuan pembayaran jasa lingkungan adalah melakukan konservasi kawasan resapan air dan meminimalkan degradasi keragaman hayati mangrove. Penerapan rencana pembayaran jasa lingkungan di Kecamatan Jailolo merujuk pada peraturan perundangan dari Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Peraturan Daerah PERDA Kabupaten Halmahera Barat No. 4 Tahun 2012 tentang Pengelolaan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil secara terintegrasi dan berkelanjutan. Pada PERDA No 4 Kabupaten Halmahera Barat Pasal 30 Ayat 1 menyatakan bahwa pelaksanaan rencana rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Pemerintah daerah dikoordinasikan sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan dengan ketentuan perundang-undangan, pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dibebankan kepada orang danbadan hukum yang melakukan pengusahaan di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil, begitu juga dengan Pasal 32 tentang pendanaan dan kerjasama, dimana pendanaan untuk pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat diperoleh melalui pungutan dari berbagai sektor kegiatan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

a. Identifikasi stakeholder dalam PJL

Hasil identifikasi stakeholder menunjukan bahwa ada 14 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat baik untuk jasa air PDAM maupun untuk Jasa wisata. Berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove mulai dari pemerintah sampai masyarakat lokal. Banyaknya stakeholder yang terlibat akan membawa konsekuensi kepentingan yang semakin kompleks. Olehnya itu, diperlukan suatu kelembagaan untuk mengatur setiap stakeholder agar bersepakat untuk bersama-sama mewujudkan pengelolaan mangrove berbasis PJL. Daftar stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan mangrove tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel. 19. Stakeholder pengelolaah mangrove menurut jasa dan level administrasi No Stakeholder Jasa Air PDAM Jasa Wisata Level 1 Dinas Kehutanan   Kabupaten 2 BLH   Kabupaten 3 BPDAS Ake Malamo   Pemerintah Pusat 4 DPRD   Kabupaten 5 BAPPEDA   Kabupaten 6 Kanporabudpar -  Kabupaten 7 PDAM  - Kabupaten 8 Perguruan Tinggi   Provinsi 9 Pemerintah Desa Gamlamo  - Desa 10 Pemerintah Desa Gamtala -  Desa 11 Kelompok Sadar Wisata POKDARWIS -  Desa 12 Pelanggan PDAM  - Kecamatan 13 Wisatawan -  Provinsi 14 Kelompok rehabilitasi mangrove   Desa Sumber: Hasil penelitian 2015