PENDAHULUAN Analisis Potensi Pajak Daerah Untuk Peningkatan Kapasitas Fiskal Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sulawesi Utara

function yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai sumberdaya Fauzi 2004. Valuasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas nilai pasar market value maupun nilai non pasar non market value . Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi economic tool yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam. Tujuan dari penilaian ekonomi antara lain digunakan untuk menunjukan keterkaitan antara konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, valuasi ekonomi dapat menjadi suatu peralatan penting dalam peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri Fauzi 2005. Valuasi ekonomi jasa ekosistem adalah alat yang digunakan secara luas dalam menentukan dampak dari aktivitas manusia terhadap sistem lingkungan dengan menetapkan nilai ekonomi untuk layanan Pagiola et al. 2004. Pagiola et al. 2004 juga berpendapat bahwa valuasi dapat: i meningkatkan pemahaman tentang masalah dan trade-off dengan memperkirakan kepentingan relatif dari berbagai ekosistem; ii untuk membenarkan atau mengevaluasi keputusan di tempat-tempat tertentu; iii mengidentifikasi dan menggambarkan distribusi manfaat dan sehingga memudahkan pembagian biaya untuk inisiatif manajemen dan iv mendorong penciptaan inovatif kelembagaan dan pasar instrumen yang mempromosikan pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menghitung nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Indonesia, diantaranya Fachruddin 1996 melakukan perhitungan dengan mengidentifikasi seluruh manfaat yang dapat ditangkap capturable benefit dari hutan mangrove di daerah Subang seluas .328,6 ha. Total nilai manfaatnya sebesar Rp 79.992.032.560tahun atau rata-rata 14.998.692hatahun Kordi 2012. Dan untuk nilai ekonomi mangrove per hatahun yang telah dihitung secara ilmiah oleh Barbier 2007 adalah US12,392 atau lebih dari Rp 136 juta hatahun. Nilai ini sudah termasuk nilai langsung Pemanfaatan kayu dan perikanan serta nilai tidak langsung seperti fungsi perlindungan pantai Fauzi 2014. Jasa lingkungan ialah manfaat yang diperoleh masyarakat dari hubungan timbal-balik yang secara dinamis terjadi di dalam lingkungan hidup baik antara tumbuhan, binatang, jasa renik dan lingkungan non-hayati. Walaupun kekayaan materi dapat membentengi perubahan lingkungan, tetapi manusia masih sangat bergantung pada aliran jasa lingkungan tersebut. Jasa lingkungan ini dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Penyedia provision, seperti produksi bahan makanan dan air; 2. Pengatur regulating, seperti mengontrol iklim dan penyakit: 3. Penyangga Supporting, seperti rantai makanan dan penyerbukan tanaman; dan 4. Kultural cultural, seperti manfaat spiritual dan rekreasi Milenium Ecosystem Assessment, 2005. Sedangkan menurut ESCAP 2009 jasa lingkungan dapat dibagi kedalam; 1. Jasa penyedia provision seperti pangan air tawar, bahan bakar dan serat; 2. Jasa pengatur regulating, seperti pengaturan iklim, banjir, dan penjernihan air: 3. Jasa penunjang Supporting, seperti pendauran hara dan pembentukan tanah; dan 4. Jasa budaya cultural, seperti keindahan, rohani, pendidikan dan hiburan. Hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah tropis seperti Indonesia. Mangrove juga sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya di sebagian besar wilayah Indonesia. Disamping itu, jasa lingkungan ekosistem mangrove yang terpenting bagi daerah pantai dipakai sebagai daerah pemijahan spawning grounds dan daerah pembesaran nursery grounds berbagai jenis ikan dan udang, kerang-kerangan dan spesies lainnya. Lebih jauh lagi, hutan mangrove merupakan habitat rumah untuk berbagai jenis burung, reptilia, mamalia dan jenis-jenis kehidupan lainnya. Demikian halnya, hutan mangrove mampu menyediakan keanekaragaman biodiversity dan plasma nutfah genetic pool yang tinggi serta berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan, dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh. Kemudian hutan mangrove juga berfungsi sebagai pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air laut dan gaya- gaya dari laut lainnya Gambar 1 KLH 2012. Sumber ; MA, 2005; Vo Quoc et al, 2012 Gambar 1. Jasa ekosistem mangrove Pembayaran Jasa Lingkungan PJL Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang bisa dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung. Tapi ia juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Menurut Millennium Ecosystem Assessment 2005 Jasa lingkungan ialah manfaat yang diperoleh masyarakat dari hubungan timbal-balik yang secara dinamis terjadi didalam lingkungan hidup baik antara tumbuhan, binatang, jasa renik dan lingkungan non- hayati. Walaupun kekayaan materi dapat membentengi perubahan lingkungan, namun manusia masih sangat tergantung pada aliran jasa lingkungan tersebut. Manfaat tersebut disebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan kolektif terhadap nilai sumberdaya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai pasar barang yang dihasilkan dari sumber daya dan juga nilai jasa Ekosistem Mangrove Jasa Penunjang suporting service  Siklus nutrisi  Pembentukan tanahendapan  Produksi primer  Fotosintesis Jasa Pengatur regulating service  Penyerap karbon  Pelindung abrasipantai  Pelindung banjir  Pemurnian air Jasa Budaya cultural service  Pariwisata  Rekreasi  Nilai-nilai spiritual  Pendidikan  Estetika Jasa Penyedia provisioning service  Makananakuakultur  Bahan bakarkayu bakau  Serat  Air tawar lingkungan yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut Fauzi 2006. Data dari Millennium Ecosystem Assessment 2005 menyatakan bahwa 60 dari jasa lingkungan yang dipelajari mengalami degradasi lebih cepat daripada kemampuan memperbaikinya. Secara umum pembayaran jasa lingkungan PJL didefinsikan sebagai sebuah transaksi sukarela voluntary yang melibatkan paling tidak satu penjual oneseller, satu pembeli onebuyer dan jasa lingkungan yang terdefinisi dengan baik well-defined environmental service, yang mana berlaku pula prinsip-prinsip bisnis “hanya membayar bila jasa telah diterima” Wunder 2005. Umumnya, jenis jasa lingkungan diperdagangkan dalam skema PES antara lain; proteksi dan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai DAS, konservasi biodiversitas biodiversity conservation , restorasi lanskap landscape restoration, penyerapan karbon carbon sequestration dan stock carbon existing, serta keindahan alam. Seluruh jasa-jasa lingkungan tersebut memiliki aspek konservasi dan rehabilitasi yang tentu saja memiliki konsekuensi terhadap konsep institusional dan sistem rewards. Inisiatif PJL yang ada sekarang ini meliputi satu atau lebih dari berbagai komoditas diatas Miranda et al. 2003. Bagi Indonesia sendiri, komoditas yang paling popular adalah komoditas daerah aliran sungai dan konservasi biodiversity. Identifikasi komoditas lingkungan tersebut diuraikan secara rinci dengan deskripsi jenis jasa lingkungan yang diperdagangkan dalam skema PJL Tabel 1. Syarat dan Tahapan Penerapan PJL Syarat penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan PJL menurut ICWRMIP 2013 yaitu:  Adanya penyedia jasa lingkungan environmental services provider; mampu mengelola dan menjamin kelestarian jasa lingkungan secara baik kepada pihak pengguna jasa lingkungan;  Adanya pengguna jasa lingkungan environmental services users; memiliki pemahaman dan apresiasi yang memadai terhadap nilai jasa lingkungan, sehingga motivasi untuk memberikan dana kompensasi konservasi akan berjalan dengan baik;  Jasa lingkungan seperti jasa hidrologis mampu diidentifikasi dengan baik oleh penyedia jasa lingkungan; pengguna jasa lingkungan memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang jasa lingkungan yang dapat disediakan oleh penyedia jasa lingkungan Tabel 1. Sedangkan menurut Kementerian Negra Lingkungan Hidup 2006 penerapan instrument ekonomi lingkungan dalam pembayaran jasa lingkungan dilakukan melalui kerjasama pemanfaatan jasa lingkungan yang didalamya terapat beberapa prinsip kerjasama antara lain sebagai berikut:  Berbasis pembangunan berkelanjutan Kerjasama yang dijalin untuk meningkatkan kapasitas antar pihak dalam pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan;  Saling menghormati Setiap anggota menghormati seluruh pihak yang menjadi mitra kerjasamanya melalui pengakuan terhadap nila-nilai kehormatan dignity serta mengedepankan kebersamaan dalam menggagas suatu keputusan bersama;  Kolaboratif, membangun kemitraan strategis Kerjasama yang dibentuk memberikan keuntungan semua anggota melalui pengembangan kemitraan sinergis serta sikap kooperatif dan akomodatif yang tinggi dengan menjungjung pengakuan kesejajaran. Kunci membangun kemitraan sinergis adalah bila seluruh pihak merasa diuntungkan dan saling membutuhkan serta tidak ada pihak yang merasa dimanfaatkan oleh pihak lain;  Mengikuti aspek legalitas Kerjasama yang dibangun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki masing-masing pihak serta tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia  Kejelasan hak, kewajiban, dan aturan main Setiap kerjasama harus menjelaskan hak, kewajiban, dan aturan main. Dalam hal ini merupakan hak dan kewajiban kolektif, yang diserahkan kepada pemimpin atau wakil delegasi yagn melakukan kerjasama.  Partisipatif Sedapat mungkin melibatkan representasi stakeholders;  Pengakuan Kesepakatan harus dibangun dengan persetujuan legislatif dan harus disosialisasikan kepada masyarakat agar mendapat pengakuan bersama. Untuk Pengembangan PJL memiliki 4 tahap yang harus dilakukan diantaranya ESCAP 2009: Tahap 1, Mengenali permintaan, menetapkan tujuan, dan menentukan nilai:  Menelaah kebutuhan dengan pertimbangan sosial ekonomi dari calon pembeli tertentu komersial dan perorangan akan jasa lingkungan tertentu.  Menetapkan, mengukur, dan melakukan penilaian atas jasa lingkungan tertentu maupun mengenali ancaman pada waktu ini dan mendatang.  Menentukan apakah PJL merupakan alat kebijakan yang tepat, dan alat- alat lain apa saja yang akan diperlukan.  Menetapkan tujuan.  Menentukan nilai ekonomi dan nilai jual melalui penilaian lingkungan. Tahap 2, Menilai kemampuan dan kelayakan kelembagaan teknis:  Menilai segi hukum, kebijakan, dan kepemilikan lahan.  Memeriksa kebijakan yang ada mengenai PJL misalnya pengguna lahan seharusnya dapat menerima imbalan dan pembeli seharusnya memberi imbalan dan jika ada kewajiban pungutan, biaya atau pajak, itu semua seharusnya dapat diakses dalam program PJL.  Melakukan survei atas jasa penunjang dan organisasi penunjang PJL yang Tersedia. Tahap 3, Menetapkan kerangka kelembagaan perjanjian:  Merancang rencana pengelolaan, usaha, dan komunikasi.  Menetapkan kerangka kelembagaan berdasarkan lembaga-lembaga yang ada, mencari cara lain untuk mengurangi biaya transaksi, dan meningkatkan kemampuan apabila diperlukan.  Menentukan cara pemberian imbalan yang tepat dan adil berdasarkan pertimbangan sosial ekonomi dan sosial budaya.  Menyusun model perjanjian dan dokumen operasional lain. Tahap 4, Pelaksanaan:  Komunikasi, pemasaran, negosiasi dan pendaftaran perjanjian.  Melaksanakan pemantauan dan pembuktian.  Melaksanakan pembiayaan dan pembayaran. Tabel 1. Jasa lingkungan yang biasa dipasarkan dan pemanfaatnya Jasa lingkungan Pemanfaatpengguna langsung Pemanfaatpengguna tak Langsung Jasa hidrologi • Air untuk kebutuhan sehari-hari • Penghasil tenaga air • Pengguna air – seluruh sektor ekonomi • Pengguna tenaga air – seluruh sektor ekonomi Keindahan Pemandangan • Perusahaan yang menyediakan • ekowisata dan wisata alam – jasa terkait • Masyarakat luas • Wisatawan Dukungan keanekaragaman hayati • Kepentingan pelestarian plasma nuftah bioprospecting perusahaan obat-obatan • Kepentingan konservasi internasional • Perusahaan penyedia ekowisata dan wisata alam – jasa terkait • Pembuat obat-obatan • Perorangan internasionalWisatawan Jasa pengaturan iklim penyimpanan karbon • Investor pada pasar karbon • Penghasil gas rumah kaca GRK • Pengguna energi tak terbarukan bukan tenaga air disemua sektor • Masyarakat dunia Sumber : ESCAP 2009 Skema dan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mekanisme pembayaran jasa lingkungan pada skema PJL biasa dilakukan melalui beberapa cara. Grieg et al. 2006 membedakan mekanisme pembayaran tersebut menjadi:  Kontrak langsung diantara penyedia dan pemanfaat.  Berdasarkan transaksi perantara, jika negosiasi kontrak dilakukan antara perantara, pemanfaat dan penyedia. Perantarafasilitator ini dapat pemerintah atau NGO.  Skema berbasis area area-based scheme, dalam kondisi dimana aturan dan besaran pembayaran ditentukan oleh peraturan nasional ataupun daerah biasanya setelah negosiasi.  Mekanisme berbasis produk product-based mechanisms dimana pengelola lahan yang berhasil memenuhi syarat untuk memperoleh sertifikat lingkungan, memperoleh harga premium atau manfaat lainnya seperti peningkatan akses pasar.  Mekanisme perdagangan canggih sophisticated trading mechanism seperti kartu kredit, izin dan hak pemanfaatan, serta yang terbaru banyak dilakukan di Negara-negara maju. Pada negara-negara berkembang mekanisme yang banyak digunakan adalah kontrak langsung dan juga transaksi dengan perantara. Pada prinsipnya, skema sistem pembayaran dalam PJL dapat dilakukan dengan berbagai tipe pembayaran, dan tipe sistem pembayaran tersebut adalah Grieg et al. 2006:  Pembayaran financial langsung, contohnya pada kondisi tertentu terdapat perubahan pemanfaatan lahan yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya livehood masyarakat, maka biaya kompensasi diberikan secara langsung.  Bantuan keuangan bagi kelompok masyarakat untuk kegiatan tertentu misalnya bantuan pembuatan rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan lain sebagainya.  Pembayaran ln-kind dalam bentuk lain semisal training pertanian untuk peningkatan kapasitas masyarakat pedesaan, peternakan, perikanan dan lain sebagainya.  Pemberian hakijin pengelolaan, misalnya ijin pengelolah hutan. Seluruh tipe skema pembayaran Jasa lingkungan di Indonesia sudah pernah dilaksanakan. Pada skema hutan kemasyarakatan HKm merupakan salah satu pengelolaan hutan berbasiskan pada Pembayaran Jasa lingkungan atau from Government to Community . Demikian halnya, skema sistem pembayaran atas jasa pengelolaan wilayah hutan yang terdegradasi oleh masyarakat memperoleh dukungan dari pemerintah yaitu diberikan insentif dalam bentuk hak pengelolaan hutan yang berlaku selama 3 tahun dan diperpanjang sampai 25 tahun lagi. Berikut pada tabel 2, dijelaskan contoh metode kompensasi altenatif yang dapat digunakan untuk skema pembayaran Sutrija, 2013. Tabel 2. Contoh metode alternatif untuk kompensasi dalam pembayaran Jasa lingkungan No Tipe kompensasi Keterangan 1 Pembayaran untuk setiap pohon Memberikan reward kepada individual yang menanam pohon untuk carbon sequestration dan kapasitas untuk kedepan carbon sequestration berdasarkan setiap pohon yang ditanam. 2 Pembayaran untuk penanaman hutan dan atau untuk perlindungan hutan Memberikan kompensasi kepada organisasi masyarakat sebagai pengelola hutan yang melindungi atau menghasilkan area hutan atau menanam pohon. Organisasi kemasyarakatan ini memberikan manfaat untuk dibagikan ke anggotanya. 3 Pembayaran untuk memungkinkan pengelolaan lahan yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan sustainable Peningkatan bantuan dana, bantuan benih pohon, pemasaran infranstruktur, community based forest enterprises dan bantuan lainnya untuk prosedur individual pelindung hutan yang akan mendapat keuntungan secara financial dengan berpartisipasi dalam aktivitas pemanfaatan lahan atau pembagian pendapatan dari proteksi hutan. 4 Membayar masyarakat dengan peningkatkan pelayanan Menyediakan pelayanan masyarakat seperti ruamah sakit, sekolah hak akses dan kepemilikan ke sumber daya lahan, hutan, air dsb yang dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga atau masyarakat. Sumber: Forest et al. 2008 dalam Sutrija 2013 Beberapa hal berikut termasuk isu-isu jasa lingkungan yang perlu dipahami Fauzi et al. 2005: 1. Mekanisme imbal jasa lingkungan bukan transaksi pajak. Sehingga merupakan objek PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak.