Konsumsi Energi dalam Perekonomian Indonesia

6.2.1. Konsumsi Energi dalam Perekonomian Indonesia

Pembagian konsumsi menurut sektor dan jenis energi mengacu pada neraca energi Indonesia dan tujuan penelitian yang diharapkan. Pada bagian ini konsumsi energi dibagi menjadi lima sektor, yaitu konsumsi energi oleh sektor industri, rumahtangga, transportasi, pertanian dan sektor lainnya. Sementara itu, jenis energi yang dianalisis meliputi BBM, listrik, batubara, gas, dan biomas.

6.2.1.1. Konsumsi Energi oleh Sektor Industri

Sektor industri merupakan sektor dalam perekonomian Indonesia yang mengkonsumsi berbagai jenis energi yang terlengkap. Untuk dapat melaksanakan aktivitas produksi, sektor industri mengkonsumsi jenis energi BBM, listrik, batubara, gas, dan biomas. Berturut-turut pada bagian ini akan dipaparkan hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi berbagai jenis energi oleh sektor industri. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi BBM sektor industri IDOL disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 3. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Industri Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 32760.29 1.03 0.3223 - - Intercept LRPOIL -0.2656 -1.35 0.2020 - - Lag RPOIL PRPGAS 4364.05 0.95 0.3620 - - Pertumbuhan harga gas LRPEL 0.038419 0.52 0.6128 - - Lag RPEL PINDP 761.6358 0.28 0.7870 - - Pertumbuhan INDP LIDOL 0.80496 5.86 .0001 - - Lag IDOL R 2 = 0.84827, F hitung =13.42, Pr F= 0.0001, Dw = 2.26873, Dh= -0.580 Dari lima peubah eksogen yang dimasukkan ke dalam persamaan konsumsi BBM sektor industri, hanya peubah bedakala konsumsi BBM sektor industri yang berpengaruh nyata. Nilai parameter dugaan peubahan bedakala konsumsi BBM sektor industri sebesar 0.8050. Ini mengandung pengertian bahwa apabila konsumsi BBM sektor industri tahun sebelumnya meningkat 1000 SBM maka konsumsi BBM sektor industri tahun berjalan akan meningkat sebesar 805 SBM. Sementara itu, peubah bedakala harga BBM, pertumbuhan harga gas, bedakala harga listrik dan pertumbuhan PDB sektor industri tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap konsumsi BBM sektor industri. Selain BBM, sektor industri juga mengkonsumsi energi listrik, batubara, gas dan biomas baik secara parsial maupun secara simultan tergantung pada jenis dan kebutuhan industri. Dengan kata lain berbagai jenis energi yang digunakan dapat bersifat saling melengkapi komplementer ataupun bersifat saling menggantikan substitusi. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi listrik sektor industri IDEL disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan, namun hanya peubah bedakala konsumsi listrik sektor industri yang berbeda nyata dengan nol terhadap konsumsi listrik sektor industri. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila konsumsi listrik sektor industri tahun yang lalu cenderung meningkat maka konsumsi listrik sektor industri akan meningkat. Sementara itu, peubah bedakala harga listrik, BBM, gas, batubara dan bedakala PDB sektor industri tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap konsumsi BBM sektor industri. Tabel 4. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Listrik Sektor Industri Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 337.0924 0.02 0.9843 - - Intercept LRPEL -0.00971 -0.84 0.4198 - - Lag RPEL RPOIL -0.00225 -0.05 0.9641 - - Harga BBM RPGAS 0.002283 0.53 0.6046 - - Harga gas RPCOAL 0.157715 0.29 0.7779 - - Harga batubara LINDP 0.240903 0.07 0.9432 - - Lag INDP LIDEL 0.904678 6.35 .0001 - - Lag IDEL R 2 = 0.97907, F hitung = 85.75, Pr F =0.0001, Dw = 2.5135, Dh =-1.10781893 Untuk hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi batubara sektor industri IDCO disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh peubah eksogen yang dimasukkan ke dalam persamaan memiliki tanda sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 5. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Batubara Sektor Industri Peubah Parameter Dugaan thitung Pr |t| Elastisitas Nama Peubah E SR E LR Intercept -1.01E+07 -1.82 0.0942 - - Intercept RPCOAL -16.299 -1.43 0.1787 -12.3920 - Harga batubara RPOIL -0.49424 -0.48 0.6377 - - Harga BBM RPEL 0.393855 1.40 0.1872 2.9240 - Harga listrik INDP 149.8988 1.59 0.1370 0.8700 - PDB sektor industri Year 5314.61 1.89 0.0830 233.6090 - Trend R 2 = 0.80759, F hitung = 10.07, Pr F =0.0006, Dw = 1.00475, Dh = - Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa peubah harga batubara berpengaruh negatif, sedangkan peubah harga listrik, PDB sektor industri, dan trend berpengaruh positif terhadap konsumsi batubara sektor industri. Harga listrik yang berpengaruh positif terhadap konsumsi batubara sektor industri mengindikasikan bahwa energi batubara dan listrik sektor industri bersifat saling menggantikan bersubstitusi. Seiring hal tersebut, Tabel 5 menunjukkan peubah trend berpengaruh positif terhadap konsumsi batubara sektor industri pada taraf nyata 10 persen, mengindikasikan bahwa konsumsi batubara sektor lainnya memiliki kecenderungan meningkat. Nilai elastisitas konsumsi batubara sektor industri terhadap harga batubara, harga listrik dan trend yang lebih besar dari satu dalam nilai absolut dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi batubara sektor industri responsif terhadap perubahan harga batubara, harga listrik dan trend. Nilai elastisitas konsumsi batubara sektor industri terhadap PDB sektor industri sebesar 0.870 dalam jangka pendek. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila PDB sektor industri tahun yang lalu meningkat 1 persen maka konsumsi batubara sektor industri akan meningkat 0.870 persen untuk jangka pendek. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa konsumsi batubara sektor industri tidak responsif terhadap perubahan PDB sektor industri. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi gas sektor industri IDG disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 6. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Gas Sektor Industri Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept -102592 -0.63 0.5388 - - Intercept LRPGAS -0.02908 -0.83 0.4222 - - Lag RPGAS RPOIL 0.049008 0.14 0.8926 - - Harga BBM RPCOAL 2.891274 0.48 0.6418 - - Harga batubara RPEL 0.063423 0.53 0.6043 - - Harga listrik LINDP 21.13887 0.86 0.4080 - - Lag INDP LIDG 0.693232 1.82 0.0968 - - Lag IDG R 2 = 0.87577, F hitung = 12.92, Pr F=0.0002, Dw= 2.252349, Dh=-0.50830868 Dari Tabel 6 dapat diungkapkan bahwa peubah bedakala konsumsi gas sektor industri berpengaruhi positif terhadap konsumsi gas sektor industri dan berbeda nyata dengan no pada taraf nyata 10 persen. Nilai parameter konsumsi gas sektor industri tahun sebelumnya sebesar 0.6932, mengandung pengertian apabila konsumsi gas sektor industri tahun sebelumnya meningkat maka konsumsi gas sektor industri tahun berjalan akan meningkat. Selain mengkonsumsi energi fosil, sektor industri juga mengkonsumsi energi biomas. Biomas merupakan energi yang cukup besar dikonsumsi oleh sektor industri setelah BBM dan batubara. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi biomas sektor industri IDBIO disajikan pada Tabel 7. Dari Tabel 7 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Biomas Sektor Industri Elastisitas Nama Peubah Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Intercept 19326.31 1.57 0.1413 - - Intercept IHB -7.83427 -0.96 0.3559 - - Indeks harga biomas RPOIL -0.12179 -1.65 0.1219 -0.2970 -6.7870 Harga BBM PINDP 559.1243 0.39 0.6995 - - Pertumbuhan INDP LIDBIO 0.956225 8.36 .0001 0.0000 0.0000 Lag IDBIO R 2 = 0.87682, F hitung = 23.13, Pr F =.0001, Dw=2.371036, Dh=-0.80334419 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa konsumsi biomas sektor industri dipengaruhi oleh peubah harga BBM dan peubah bedakala konsumsi biomas sektor industri pada taraf nyata masing-masing 15 persen dan 1 persen. Nilai elastisitas konsumsi biomas sektor industri terhadap harga BBM sebesar -0.297 dalam jangka pendek dan -6.787 dalam jangka panjang. Nilai tersebut meningidikasikan bahwa konsumsi biomas sektor industri tidak responsif terhadap perubahan harga BBM dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang. Terhadap total konsumsi lima jenis energi utama oleh sektor industri, yaitu konsumsi BBM, listrik, batubara, gas, dan biomas dalam studi ini dirumuskan dalam persamaan identitas. Secara matematik persamaan identitas tersebut ditulis sebagai berikut: IDTO = IDOL + IDEL + IDCO + IDG + IDBIO Persamaan ini menunjukkan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan konsumsi BBM, konsumsi listrik, batubara, gas, dan konsumsi biomas oleh sektor industri akan mempengaruhi total konsumsi energi oleh sektor industri. Selanjutnya perubahan terhadap total konsumsi energi oleh sektor industri ini akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2.1.2. Konsumsi Energi oleh Sektor Rumahtangga

Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi BBM sektor rumahtangga REOL disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Peubah konsumsi biomas sektor rumahtangga, jumlah rumahtangga dan lag konsumsi BBM sektor rumahtangga berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 10 persen. Sementara itu, peubah harga BBM, pertambahan harga gas dan harga listrik tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap konsumsi BBM sektor rumahtangga. Tabel 8. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Rumahtangga Elastisitas Nama Peubah Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Intercept 51756.11 1.96 0.0756 - - Intercept LRPOIL -0.14298 -0.84 0.4202 - - Lag RPOIL DRPGAS 0.00318 0.29 0.7794 - - Pertam.harga gas RPEL 0.03572 0.83 0.4255 - - Harga listrik REBIO -0.56055 -2.24 0.0466 -2.3330 -13.2920 Kons. biomas RT JRT 1.573206 1.79 0.1005 1.5940 9.0820 Jumlah RT LREOL 0.824462 3.10 0.0101 - - Lag REOL R 2 = 0.86444, F hitung = 11.69, Pr F= 0.0003, Dw=2.449608, Dh=-0.9446657 Sektor rumahtangga juga mengkonsumsi energi listrik, gas dan biomas baik secara parsial maupun secara simultan tergantung pada kebutuhan masing- masing rumahtangga. Dengan kata lain berbagai jenis energi yang digunakan dapat bersifat saling melengkapi komplementer ataupun bersifat saling menggantikan bersubstitusi. Dari Tabel 8, konsumsi biomas sektor rumahtangga berpengaruhi negatif terhadap konsumsi BBM sektor rumahtangga. Apabila konsumsi biomas meningkat maka konsumsi BBM akan turun. Hal ini menunjukkan bahwa antara energi BBM dan biomas pada sektor rumahtangga dapat saling menggantikan. Nilai elastisitas konsumsi BBM sektor rumahtangga terhadap konsumsi biomas sektor rumahtangga dan jumlah rumahtangga elastis dalam jangka pendek dan panjang. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada perubahan terhadap konsumsi biomas sektor rumahtangga dan jumlah rumahtangga akan memberikan pengaruh yang besar terhadap konsumsi BBM rumahtangga. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi listrik sektor rumahtangga REEL, sebagaimana disajikan pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa seluruh peubah eksogen yang dimasukkan ke dalam persamaan memiliki tanda sesuai dengan yang diharapkan dan berbeda nyata dengan nol paling tidak pada taraf nyata 20 persen. Peubah bedakala harga listrik berpengaruh negatif, sedangkan peubah pertambahan PDB total dan lag konsumsi listrik sektor rumahtangga berpengaruh positif terhadap konsumsi listrik sektor rumahtangga. Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Listrik Sektor Rumahtangga Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 1078.499 0.37 0.7153 - - Intercept LRPEL -0.01445 -2.37 0.0354 -0.275 -5.279 Lag RPEL RPOIL 0.010238 0.51 0.6203 - - Harga BBM DPDB 3.177952 1.72 0.1119 0.016 0.299 Pertambahan PDB JRT 0.087252 1.22 0.2463 - - Jumlah rumahtangga LREEL 0.947897 16.28 .0001 - - Lag REEL R 2 = 0.99775, F hitung = 1065.16, Pr F= .0001, Dw= 1.428277, Dh= 1.243926446 Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai elastisitas konsumsi listrik sektor rumahtangga terhadap harga listrik tahun yang lalu sebesar 0.275 dalam jangka pendek dan 5.279 dalam jangka panjang. Nilai tersebut memiliki arti apabila harga listrik tahun lalu meningkat sebesar 10 persen maka konsumsi listrik sektor rumahtangga turun sebesar 2.75 persen dalam jangka pendek dan 52.79 persen dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasi bahwa konsumsi listrik sektor rumahtangga tidak responsif terhadap perubahan harga listrik dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang. Sementara itu, nilai elastisitas konsumsi listrik sektor rumahtangga terhadap pertambahan PDB lebih kecil dari 1 satu baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi listrik sektor rumahtangga tidak responsif terhadap perubahan pertambahan PDB baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Untuk hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi gas sektor rumahtangga REG disajikan pada Tabel 10. Dari Tabel 10 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Peubah harga gas bertanda negatif dan peubah harga listrik dan lag konsumsi gas sektor rumahtangga bertanda positif berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 20 persen dan 10 persen. Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Gas Sektor Rumahtangga Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 14904.42 0.78 0.4542 - - Intercept RPGAS -0.00697 -1.79 0.1030 -0.328 -2.859 Harga gas RPOIL 0.002546 0.06 0.9554 - - Harga BBM RPEL 0.033367 2.95 0.0145 2.157 18.813 Harga listrik REBIO -0.18014 -1.11 0.2932 - - Konsumsi biomas RT PDB 7.434226 1.84 0.0956 0.896 7.816 PDB total JRT 0.182129 0.48 0.6411 - - Jumlah rumahtangga LREG 0.885334 1.22 0.2505 - - Lag REG R 2 = 0.93759, F hitung = 21.46, Pr F= .0001, Dw= 1.99972, Dh= 0.000419861 Dari Tabel 10 menunjukkan nilai elastisitas konsumsi gas sektor rumahtangga terhadap harga gas dan PDB inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi gas sektor rumahtangga tidak responsif terhadap perubahan harga gas dan PDB dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang. Nilai elastisitas konsumsi gas sektor rumahtangga terhadap harga listrik elastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selanjutnya, hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi biomas sektor rumahtangga REBIO disajikan pada Tabel 11. Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa konsumsi biomas sektor rumahtangga dipengaruhi oleh peubah jumlah rumahtangga dan peubah bedakala konsumsi biomas sektor rumahtangga pada taraf nyata 1 persen. Nilai elastisitas konsumsi biomas sektor rumahtangga terhadap peubah jumlah rumahtangga inelastis dalam jangka pendek dan panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan jumlah rumahtangga memberikan dampak yang kecil terhadap konsumsi biomas sektor rumahtangga dalam jangka pendek dan panjang. Tabel 11. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Biomas Sektor Rumahtangga Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 14171.44 0.64 0.5335 - - Intercept IHB -0.12262 -0.05 0.9639 - - Indeks harga biomas RPOIL 0.002981 0.06 0.9496 - - Harga BBM LRPGAS 0.001715 0.50 0.6299 - - Lag RPGAS PDB 0.378476 0.10 0.9202 - - PDB total JRT 0.366602 1.52 0.1557 0.089 0.593 Jumlah rumahtangga LREBIO 0.849451 5.13 0.0003 - - Lag REBIO R 2 = 0.99739, F hitung = 700.13, Pr F= .0001, Dw= 2.046614, Dh= -0.10018994 Terhadap total konsumsi empat jenis energi utama oleh sektor rumahtangga, yaitu konsumsi BBM, listrik, gas, dan biomas dalam studi ini dirumuskan dalam persamaan identitas. Secara matematik persamaan identitas tersebut ditulis sebagai berikut: RETO = REOL + REEL + REG + REBIO Persamaan ini menunjukkan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan konsumsi BBM, konsumsi listrik, konsumsi gas, dan konsumsi biomas oleh sektor rumahtangga akan mempengaruhi total konsumsi energi oleh sektor rumahtangga. Selanjutnya perubahan terhadap konsumsi keempat jenis energi utama oleh sektor rumahtangga ini akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2.1.3. Konsumsi Energi oleh Sektor Transportasi

Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi BBM transportasi darat TRRTO disajikan pada Tabel 12. Dari Tabel 12 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 12. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Transportasi Darat Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 31005.38 1.03 0.3248 - - Intercept LRPOIL -0.06418 -0.26 0.8025 - - Lag RPOIL RPGAS 0.033288 1.84 0.0911 0.066 0.256 Harga gas PVEHI 8334.102 0.27 0.7884 - - Pertumbuhan jumlah transportasi darat LTRP 82.52406 1.01 0.3309 - - Lag TRP LTRRTO 0.741802 5.44 0.0002 - - Lag TRRTO R 2 = 0.97974, F hitung = 116.04, Pr F= .0001, Dw= 1.924327, Dh=`0.163382698 Tabel 12 menunjukkan peubah harga gas dan lag konsumsi BBM transportasi darat berngaruh positif terhadap konsumsi BBM transportasi darat dan berbeda nyata pada taraf 10 persen. Harga gas yang berpengaruh positif terhadap konsumsi BBM transportasi darat mengindikasikan bahwa energi BBM dan gas oleh sektor industri bersifat saling menggantikan bersubstitusi. Nilai elastisitas konsumsi BBM transportasi darat terhadap harga gas inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan harga gas memberikan dampak yang kecil terhadap perubahan konsumsi BBM transportasi darat dalam jangka pendek dan panjang. Untuk hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi BBM sektor transportasi lainnya TROTTO disajikan pada Tabel 13. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa seluruh peubah eksogen yang dimasukkan ke dalam persamaan memiliki tanda sesuai dengan yang diharapkan Tabel 13. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Transportasi Lainnya Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 947926.7 1.05 0.3143 - - Intercept LRPOIL -0.06419 -0.61 0.5501 - - Lag RPOIL RPGAS 0.001676 0.2 0.8434 - - Harga gas TRP 68.2944 1.58 0.1404 0.331 0.501 PDB transportasi Year -467.981 -1.03 0.3223 - - Trend LTROTTO 0.339053 1.07 0.3064 - - Lag TROTTO R 2 = 0.49675, F hitung = 2.37, Pr F= 0.1026, Dw=1.665325, Dh=0.691694296 Dari Tabel 13 dapat diungkapkan bahwa peubah PDB sektor transportasi berpengaruh positif terhadap konsumsi BBM transportasi lainnya dan berbeda nyata secara statistik pada taraf nyata 15 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan PDB sektor transportasi akan meningkatkan konsumsi BBM transportasi lainnya. Nilai elastisitas konsumsi BBM transportasi lainya terhadap PDB sektor transportasi inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk konsumsi BBM TROL dan total konsumsi energi sektor transportasi TRTO dirumuskan dalam persamaan identitas. Total konsumsi BBM transportasi TROL merupakan penjumlahan dari konsumsi BBM transportasi darat TRRTO dengan konsumsi BBM transportasi darat lainnya TROTTO. Total konsumsi energi sektor transportasi merupakan penjumlahan total konsumsi BBM, konsumsi listrik dan konsumsi gas sektor transportasi. Secara matematik persamaan identitas ini ditulis sebagai berikut: TROL = TRRTO + TROTTO TRTO = TROL + TREL + TRG Persamaan ini menunjukkan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan konsumsi BBM oleh transportasi darat dan transportasi lainnya akan mempengaruhi total konsumsi BBM oleh sektor transportasi. Selanjutnya perubahan terhadap konsumsi BBM oleh sektor transportasi akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketersediaan energi, khususnya BBM sangat mempengaruhi jumlah transportasi darat, baik transportasi darat non penumpang kendaraan bermotor milik pribadi maupun kendaraan bermotor non penumpang lainnya maupun transportasi darat penumpang angkutan kota, minibus dan bus. Oleh karenanya penting untuk melihat pengaruh ketersediaan BBM baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap jumlah transportasi darat sebagai sarana transportasi utama dalam mobilisasi masyarakat. Untuk hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan jumlah transportasi darat non penumpang disajikan pada Tabel 14. Dari Tabel 14 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Transportasi Darat Non Penumpang Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 6342.108 0.90 0.3831 - - Intercept RPOIL -0.05315 -0.96 0.3532 - - Harga BBM TRP 75.2085 2.04 0.0627 0.227 2.596 PDB trans PSKBR -0.5113 -1.11 0.2877 - - Pertum. suku bunga LVEHICOM 0.912679 5.97 .0001 - - Lag VEHICOM R 2 = 0.99364, F hitung = 507.43, Pr F= .0001, Dw= 2.614477, Dh= -1.32345549 Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa peubah PDB sektor transportasi darat dan peubah lag jumlah transportasi darat non penumpang berpengaruh positif terhadap jumlah transportasi darat non penumpang, masing-masing pada taraf nyata dibawah 10 persen. Nilai elastisitas jumlah transportasi darat non penumpang terhadap PDB sektor transportasi sebesar 0.227 untuk jangka pendek dan 2.596 untuk jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila PDB sektor transportasi meningkat sebesar 10 persen maka jumlah transportasi darat non penumpang akan meningkat sebesar 2.27 persen dalam jangka pendek dan akan meningkat sebesar 25.96 persen dalam jangka panjang. Oleh karenanya dapat dinyatakan bahwa jumlah transportasi darat non penumpang tidak responsif terhadap perubahan PDB sektor transportasi untuk jangka pendek, namun responsif untuk jangka panjang. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan jumlah transportasi darat penumpang disajikan pada Tabel 15. Dari Tabel 15 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Transportasi Darat Penumpang Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 2134.524 1.20 0.2509 - - Intercept RPOIL -0.01711 -1.21 0.2468 - - Harga BBM TRP 17.40695 2.41 0.0312 0.2929 1.6867 PDB trans PSKBR -0.07217 -0.59 0.5650 - - Pertum. suku bunga LVEHIPAS 0.82637 4.79 0.0004 - - Lag VEHIPAS R 2 = 0.98515, F hitung = 215.64, Pr F = .0001, Dw= 2.416528, Dh= 0.89420018 Hasil pendugaan parameter persamaan jumlah transportasi darat penumpang mirip dengan hasil pendugaan parameter persamaan jumlah transportasi darat non penumpang. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa peubah PDB sektor transportasi dan peubah bedakala jumlah transportasi darat penumpang berpengaruh positif terhadap jumlah transportasi darat penumpang pada taraf nyata dibawah10 persen. Nilai elastisitas jumlah transportasi darat penumpang terhadap PDB sektor transportasi sebesar 0.2929 untuk jangka pendek dan 1.6867 untuk jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila PDB sektor transportasi meningkat sebesar 10 persen maka jumlah transportasi darat penumpang akan meningkat sebesar 2.929 persen dalam jangka pendek dan akan meningkat sebesar 16.867 persen dalam jangka panjang. Oleh karenanya dapat dinyatakan bahwa jumlah transportasi darat penumpang tidak responsif terhadap perubahan PDB sektor transportasi untuk jangka pendek, namun responsif untuk jangka panjang. Terhadap jumlah transportasi darat dirumuskan dalam bentuk persamaan identitas. Jumlah transportasi darat merupakan penjumlahan jumlah transportasi darat non penumpang VEHICOM dan transportasi darat penumpang VEHIPAS. Secara matematik persamaan identitas ini ditulis sebagai berikut: VEHI = VEHICOM + VEHIPAS Persamaan ini menunjukkan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan jumlah transportasi darat non penumpang dan jumlah transportasi darat penumpang akan mempengaruhi jumlah transportasi darat. Selanjutnya perubahan terhadap jumlah transportasi darat akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2.1.4. Konsumsi Energi Sektor Pertanian

Berdasarkan data energi, sektor pertanian hanya mengkonsumsi BBM dalam aktivitasnya. Dengan kata lain total konsumsi energi oleh sektor pertanian sama dengan konsumsi BBM oleh sektor ini. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pada persamaan konsumsi BBM oleh sektor pertanian disajikan pada Tabel 16. Dari Tabel 16 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Pertanian Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 1017.113 0.11 0.9166 - - Intercept DRPOIL -0.00255 -0.03 0.9733 - - Pertam. harga BBM RPEL 0.010495 0.43 0.6721 - - Harga listrik PAGRP 1137.275 0.58 0.5743 - - Pertumbuhan AGRP PSKBR -3.16964 -3.05 0.0102 -0.019 -0.131 Pertum. suku bunga LAGROL 0.854752 6.02 .0001 - - Lag AGROL R 2 = 0.76559, F hitung = 7.84, Pr F =0.0017, Dw= 1.251256, Dh= 1.615309878 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa konsumsi BBM sektor pertanian dipengaruhi oleh peubah pertumbuhan suku bunga dan lag konsumsi BBM sektor pertanian pada taraf nyata 1 persen. Nilai elastisitas konsumsi BBM sektor pertanian terhadap pertumbuhan suku bunga inelastis dalam jangka pendek dan panjang. Hal ini menujukkan bahwa pertumbuhan suku bunga memberikan dampak yang kecil terhadap konsumsi BBM sektor pertanian.

6.2.1.5. Konsumsi Energi oleh Sektor Lainnya

Hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi BBM sektor lainnya OCOL disajikan pada Tabel 17. Dari Tabel 17 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Peubah harga batubara dan lag konsumsi BBM sektor lainnya berpengaruh nyata positif terhadap konsumsi BBM sektor lainnya dan berbeda nyata pada taraf nyata 20 persen dan 1 persen. Tabel 17. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Lainnya Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept -16842.2 -1.29 0.2227 - - Intercept LRPOIL -0.01765 -0.45 0.6597 - - Lag RPOIL RPGAS -0.00187 -0.55 0.5926 - - Harga gas RPEL 0.009607 0.99 0.3419 - - Harga listrik RPCOAL 0.541421 1.40 0.1881 2.691 8.183 Harga batubara POCP 204.9089 0.36 0.7287 - - Pertumbuhan OCP LOCOL 0.671141 3.57 0.0044 - - Lag OCOL R 2 = 0.88413, F hitung = 13.99, Pr F= 0.0001, Dw= 1.395181, Dh= 1.294667902 Tabel 17 menunjukkan nilai elastisitas konsumsi BBM sektor lainnya terhadap harga batubara sebesar 2.691 dalam jangka pendek dan 8.183 dalam jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila harga batubara meningkat sebesar 10 persen maka jumlah konsumsi BBM sektor lainnya akan meningkat sebesar 26.91 persen dalam jangka pendek dan akan meningkat sebesar 81.83 persen dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi BBM sektor lainnya responsif terhadap perubahan harga batbara dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi gas sektor lainnya OCG disajikan pada Tabel 18. Dari Tabel 18 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Peubah indeks harga gas berpengaruh negatif terhadap konsumsi gas sektor lainnya pada taraf nyata 20 persen dan peubah PDB sektor lainnya berpengaruh positif terhadap konsumsi gas sektor lainnya pada taraf nyata 10 persen. Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Gas Sektor Lainnya Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 2488.707 2.11 0.0548 - - Intercept IHG -2.67311 -1.47 0.1657 -1.812 -2.396 Indeks harga gas RPOIL -0.01223 -1.32 0.2081 - - Harga BBM OCP 6.533856 1.78 0.0985 0.304 0.403 PDB sektor lainnya LOCG 0.243814 0.92 0.3731 - - Lag OCG R 2 = 0.39902, F hitung = 2.16, Pr F = 0.1313, Dw= 1.911091, Dh= 0.18688073 Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai elastisitas konsumsi gas sektor lainnya terhadap indek harga gas sebesar -1.812 dalam jangka pendek dan -2.396 jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila harga gas meningkat sebesar 10 persen maka jumlah konsumsi gas sektor lainnya akan menurun sebesar 18.12 persen jangka pendek dan akan menurun sebesar 23.96 persen dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi gas oleh sektor lainnya responsif terhadap perubahan harga gas jangka pendek dan jangka panjang. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi listrik sektor lainnya OCEL disajikan pada Tabel 19. Dari Tabel 19 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Dari tujuh peubah eksogen yang dimasukkan ke dalam persamaan konsumsi listrik sektor lainnya hanya peubah bedakala konsumsi listrik sektor lainnya yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi listrik sektor lainnya, yakni berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 1 persen. Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Listrik Sektor Lainnya Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 1701.134 0.28 0.7845 - - Intercept RPEL -0.00430 -0.99 0.3458 - - Harga listrik RPOIL -0.00157 -0.09 0.9289 - - Harga BBM RPGAS 0.000264 0.13 0.8997 - - Harga gas RPCOAL 0.004413 0.02 0.9833 - - Harga batubara IHB 0.011662 0.01 0.9914 - - Indeks harga biomas OCP 3.785705 0.28 0.7847 - - PDB sektor lainnya LOCEL 1.046248 5.88 0.0002 - - Lag OCEL R 2 = 0.99678, F hitung = 442.31, Pr F= .0001, Dw= 2.232695, Dh= -0.49906498 Selanjutnya hasil pendugaan parameter dan elastisitas konsumsi biomas sektor lainnya, sebagaimana disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 menunjukkan bahwa peubah pertumbuhan PDB sektor lainnya dan lag konsumsi biomas sektor lainnya berpengaruh positif terhadap konsumsi biomas sektor lainnya pada taraf nyata 1 persen. Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Konsumsi Biomas Sektor Lainnya Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 391.2614 0.90 0.3858 - - Intercept IHB -0.07217 -0.29 0.7764 - - Indeks harga biomas RPOIL 0.00023 0.06 0.9529 - - Harga BBM DRPGAS -0.00002 -0.06 0.9504 - - Pertambahan harga gas POCP 102.0585 1.37 0.1971 0.017 0.061 Pertumbuhan PDB sektor lainnya LOCBIO 0.720385 7.83 .0001 - - Lag OCBIO R 2 = 0.87518, F hitung = 16.83, Pr F= .0001, Dw= 1.778204, Dh= 0.481344894 Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai elastisitas konsumsi biomas sektor lainnya terhadap pertumbuhan PDB sektor lainnya sebesar 0.017 dalam jangka pendek dan 0.061 dalam jangka panjang. Nilai memiliki arti apabila PDB sektor lainnya meningkat sebesar 10 persen maka konsumsi biomas akan meningkat sebesar 0.17 persen dalam jangka pendek dan 0.61 persen dalam jangka panjang. Terhadap total konsumsi energi sektor lainnya OCTO dinyatakan sebagai persamaan indentitas, yang merupakan penjumlahan konsumsi BBM, konsumsi gas, konsumsi listrik, dan konsumsi biomas sektor lainnya. Secara matematik persamaan identitas ini ditulis sebagai berikut: OCTO = OCOL + OCG + OCEL + OCBIO Persamaan ini menunjukkan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan konsumsi BBM, konsumsi listrik, konsumsi gas, dan konsumsi biomas sektor lainnya akan mempengaruhi total konsumsi energi sektor lainnya. Selanjutnya perubahan terhadap total konsumsi energi oleh sektor lainnya akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2.1.6. Konsumsi Energi Total

Sebagaimana telah diungkapkan pada awal sub-bab 5.2.1, analisis dalam studi ini dilakukan dengan membagi konsumsi energi menurut sektor dan jenis energi mengacu pada ketersediaan data dan tujuan penelitian yang diharapkan. Menurut sektor, konsumsi energi dibagi menjadi lima sektor, yaitu konsumsi energi oleh sektor industri, sektor rumahtangga, sektor transportasi, sektor pertanian dan sektor lainnya. Sementara itu, jenis energi yang dianalisis meliputi BBM, listrik, batubara, gas dan biomas. Persamaan total konsumsi akhir energi semua sektor FCTO, total konsumsi BBM FCOL, total konsumsi listrik FCEL, total konsumsi batubara FCCO, total konsumsi gas FCG, dan persamaan total konsumsi biomas FC_BIO dirumuskan dalam persamaan identitas. Secara matematik, persamaan- persamaan tersebut ditulis sebagai berikut: FCTO = IDTO + RETO + TRTO + AGRTO + OCTO + NEU FCOL = IDOL + TROTO + REOL + AGR_OL + OCOL + NEU FCEL = IDEL + REEL + TREL + OCEL FCCO = IDCO FCG = IDG + REG + TRG + OCG FCBIO = IDBIO + REBIO + OCBIO Berdasarkan data energi Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral KESDM, seluruh sektor mengkonsumsi BBM, yakni sektor industri, sektor transportasi, sektor rumahtangga, sektor pertanian, dan sektor lainnya, dan sektor-sektor konsumsi non minyak. Untuk sektor yang mengkonsumsi listrik dan gas, meliputi sektor industri, sektor rumahtangga, sektor trasportasi, dan sektor lainnya, sedangkan data konsumsi listrik dan gas oleh sektor pertanian belum tersedia. Selanjutnya untuk sektor yang mengkonsumsi batubara, dalam neraca energi Indonesia hanya tercatat sektor industri. Dengan kata lain, total konsumsi batubara sama dengan total konsumsi batubara oleh sektor industri. Untuk memperoleh hubungan antara persamaan yang saling terkait simultan, persamaan total konsumsi biomass dirumuskan sebagai penjumlahan konsumsi biomas sektor industri, konsumsi biomas sektor rumahtangga, dan konsumsi biomas sektor lainnya.

6.2.2. Transformasi Energi Dalam Perekonomian Indonesia