Arah Kebijakan Batubara Arah Kebijakan Energi Terbarukan Arah Kebijakan Energi Terbarukan Bahan Bakar Nabati BBN

II. Arah Kebijakan Batubara

1. Mengutamakan kebutuhan dalam negeri dan melakukan pembatasan ekspor. 2. Melakukan pengaturan harga domestik dan kebutuhan internasional ekspor. 3. Mengatur tatalaksana produksi dan pasar mulai dari hulu sampai hilir termasuk pembentukan badan pengatur yang independen. 4. Mengembangkan infrastruktur, transportasi, stockpiling dan blending. 5. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan pada pertambangan batubara antara lain memasukkan biaya lingkungan, good mining practices, pembatasan open surface mining, mengutamakan tambang dalam, prioritas tata ruang, konservasi lingkungan dan pemanfaatan teknologi bersih. 6. Melakukan regionalisasi batubara termasuk mine mouth power plant. 7. Meningkatkan eksplorasi sumber daya laju produksi seimbang dengan laju penambahan sumber daya dan cadangan.

III. Arah Kebijakan Energi Terbarukan

1. Pengembangan energi terbarukan difokuskan pada panas bumi geothermal, energi biomass, surya solar dan bahan bakar nabati. 2. Penyediaan dana khusus untuk penelitian dan pengembangan energi terbarukan guna menurunkan biaya produksi. 3. Pengaturan dan pemberlakuan harga khusus untuk energi terbarukan. 4. Peningkatan pengembangan industri peralatan produksi energi terbarukan dalam negeri peralatan penyulingan BBN, solar cell dan panel harus menggunakan produksi dalam negeri. 5. Pengalokasian dana dengan skema khusus smart funding untuk pengembangan energi terbarukan diluar BBN, khususnya untuk skala kecil. 6. Pemerintah melakukan pengaturan dan pengalokasian dana dari program Clean Development Mechanism CDM, sehingga insentif karbon kredit dapat memberi manfaat pada publik.

IV. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Bahan Bakar Nabati BBN

1. Pengembangan BBN untuk menggantikan sebagian BBM. 2. Pada tahap awal pengembangan BBN dilakukan oleh beberapa perusahaan besar yang dipilih untuk mencapai nilai keekonomian. 3. Pengaturan quota mandatory BBN bagi perusahaan penyedia listrik. 4. Penyempurnaan penetapan besaran quota mandatory dalam penggunaan BBN untuk sektor transportasi.

V. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Panas Bumi