kapital untuk menggantikannya Stiglitz, 1974; Dasgupta and Heal, 1979. Keberlanjutan dicapai dibawah penetapan institusi yang pasti Solow, 1974. Jika
utilitas individual ditetapkan sama besar tanpa pertimbangan ketika mereka terjadi untuk hidup dan bertujuan untuk memaksimumkan jumlah utilitas sepanjang
waktu, maka pertumbuhan dalam konsumsi dapat terjadi secara tidak terhingga. Ini ekivalen untuk memaksimumkan net present value dengan tingkat diskonto
nol. Dengan jelas, level konstan dari konsumsi sepanjang waktu juga layak. Suatu hasil yang penting dalam konteks ini adalah aturan Hartwick Hartwick, 1977
yang menggambarkan bahwa jika keberlanjutan secara teknis layak, level konstan dari konsumsi dapat dicapai dengan melakukan re-investasi sumberdaya dalam
bentuk kapital, yang dapat mensubstitusi sumberdaya. Dixit et al. 1980 memperluas aturan untuk mengalikan stok kapital pada saat Hartwick 1995
memperluas aturan untuk perekonomian terbuka. Faktor kunci lainnya yang memungkinkan pertumbuhan dalam pandangan
berbasis sumberdaya terbatas adalah perubahan teknologi. Perbaikan teknologi didefenisikan sebagai keuntungan gain dalam total produktivitas faktor yang
mengimplikasikan bahwa output meningkat pada saat jumlah tertimbang input- input dianggap konstan.
2.2. Energi dan Pertumbuhan Ekonomi
Reproduksi merupakan suatu konsep kunci dalam ilmu ekonomi produksi. Sementara itu ada sejumlah barang bersifat tidak dapat direproduksi, namun dapat
diolah dengan mengeluarkan sejumlah biaya yang masuk dalam sistem ekonomi produksi. Dalam satu proses produksi memerlukan input atau faktor produksi.
Faktor produksi dapat dibagi menjadi faktor produksi input primer dan input intermediate
antara. Para Ekonom Aliran Utama mainstream berpikir bahwa kapital, tenaga kerja, dan lahan sebagai faktor produksi primer, sedangkan barang-
barang seperti bahan bakar dan bahan baku sebagai input antara. Harga-harga yang dibayarkan untuk berbagai jenis input akhir dipandang sebagai pembayaran
untuk pemilik input primer sebagai balas jasa secara langsung untuk memproduksi input antara Stern, 1999.
Pendekatan ini fokus pada teori pertumbuhan terhadap input primer, khususnya kapital dan lahan, serta memperlakukan energi berperan tidak langsung
dalam proses pertumbuhan. Input energi primer merupakan stok sumberdaya seperti cadangan minyak. Namun demikian, hal ini tidak ditetapkan secara
eksplisit dalam teori-teori pertumbuhan standar yang hanya fokus pada tenaga kerja dan kapital. Oleh karenanya ide-ide tentang peranan energi dalam aliran
utama teori pertumbuhan ekonomi cenderung agak kusut Stern 2003. Kapital dan tenaga kerja dalam jangka waktu lebih panjang merupakan
faktor produksi yang dapat direproduksi, sedangkan energi merupakan faktor produksi yang bersifat tidak dapat direproduksi. Oleh karenanya, para ahli
sumberdaya dan sejumlah ekonom lingkungan memberikan perhatian yang besar terhadap peranan energi dan ketersediaannya dalam ekonomi produksi dan proses
pertumbuhan Stern, 1999. Hukum Termodinamika I Hukum Konservasi mengimplikasikan prinsip
keseimbangan massa Ayres dan Kneese, 1969. Mengacu pada hukum tersebut, Stern 2003 menyatakan bahwa dalam rangka memperoleh material output
dengan kuantitas yang lebih besar atau paling tidak sama dengan input yang
digunakan dalam suatu proses produksi, maka residual sebagai polutan atau sisa produk hendaknya sekecil mungkin. Oleh karenanya material input yang minimal
dipersyaratkan dalam proses menghasilkan material output. Lebih lanjut Stern 2003 mengacu pada Hukum Termodinamika II Hukum Efisiensi menyatakan
bahwa hukum tersebut mengimplikasikan kuantitas energi minimum dibutuhkan untuk mengatasi persoalan transformasi. Oleh karenanya harus membatasi
substitusi penggunaan energi dengan faktor produksi lainnya dalam proses produksi. Seluruh proses ekonomi membutuhkan energi, melalui sejumlah aktivitas
pelayanan yang tidak membutuhkan pengolahan material secara langsung. Namun demikian, hal ini benar hanya pada level mikro, sedangkan pada level makro
seluruh proses ekonomi membutuhkan penggunaan material tidak langsung, termasuk didalamnya mengelola tenaga kerja atau memproduksi kapital Stern
2003. Energi juga merupakan faktor produksi esensial Stern, 1997. Seluruh
produksi melibatkan transformasi atau perubahan zat dengan sejumlah cara dan seluruh transformasi seperti itu memerlukan energi. Berapa aspek sehubungan
dengan pengaturanpengorganisasian, yaitu informasi, juga perlu dipertimbangkan menjadi input non-reproduksi. Beberapa analis seperti Spreng, 1993; Chen, 1994;
Stern, 1994; Ruth, 1995 berargumen bahwa informasi merupakan faktor produksi yang bersifat non-reproduksi sama halnya dengan energi, dan ilmu ekonomi
lingkungan harus mempertimbangkan informasi dan akumulasinya sebagai pengetahuan yang dibayarkan untuk energi. Energi memerlukan informasi tentang
lingkungan karena tidak dapat diaktifkan penggunaannya tanpa informasi dan terakumulasi dalam bentuk pengetahuan. Tidak seperti energi, informasi dan
pengetahuan tidak mudah dikuantifikasikan. Tetapi faktor-faktor ini merupakan satu kesatuan dengan mesin, tenaga kerja dan material-material yang dibuat menjadi
bermanfaat. Justifikasi biofisik ini memperlakukan kapital, tenaga kerja dan faktor- faktor lainnya hanya sebagai faktor kapital dan tenaga kerja karena lebih mudah
diukur daripada informasi dan teknologi, ukuran-ukuran ini sangat tidak sempurna dibandingkan energi Stern, 1999.
Dalam pendekatan mainstream ilmu ekonomi Neoklasik, kuantitas ketersediaan energi terhadap ekonomi pada berbagai tahun diperlakukan sebagai
endogenous , melalui pembatasan dengan batasan biofisik seperti tekanan pada
penyimpanan minyak dan keterbatasan ekonomi seperti jumlah ekstraksi terpasang, penyulingan, dan kapasitas pembangkit, serta kemungkinan percepatan
dan efisiensi dalam proses ini dapat diproses. Namun demikian, pendekatan analisis ini kurang digunakan untuk menganalisis peranan energi sebagai
pengendali pertumbuhan produksi dan ekonomi Stern, 2003. Sebagai alternatif, model-model ekonomi biofisik mengusulkan bahwa
energi merupakan faktor produksi primer. Ini dapat dipahami karena ada stok energi tertentu yang didegradasi dalam proses penyediaan jasa-jasa untuk
perekonomian. Tetapi ini berarti bahwa ketersediaan energi dalam setiap periode ditentukan secara exogenous Stern, 1999. Dalam beberapa model biofisik seperti
Gever et al., 1986 batasan geologi merupakan tingkat yang tetap dari ekstraksi energi. Kapital dan tenaga kerja diperlakukan sebagai aliran konsumsi kapital dan
jasa tenaga kerja, bukan stok. Aliran ini dihitung dengan cara memasukkan penggunaan energi besama-sama dengan input lainnya. Seluruh nilai tambah
dalam perekonomian dianggap sebagai nilai sewa dari penggunaan energi dalam
perekonomian. Alternatif lainnya adalah teori distribusi produktivitas marginal Neoklasik seperti yang dikemukan oleh Kaufmann 1987. Kemudian, dalam ilmu
ekonomi Marxist dinyatakan distribusi aktual dari surplus tergantung pada daya tawar relatif dari perbedaan kelas-kelas sosial Kaufmann, 1987; Hall et al.,
1986 dan pemasok bahan bakar luar negeri. Surplus energi diambil oleh pemilik modal, lahan dan tenaga kerja. Dan model input-output menyajikan suatu
perekonomian dimana ada faktor produksi primer tunggal dengan harga yang tidak ditentukan oleh produktivitas marginal. Produk marginal adalah nol, namun
vektor harga keseimbangan positif. Ada teknik produksi dengan proporsi yang tetap untuk setiap komoditi dalam bentuk aliran komoditas atau kebutuhan jasa-jasa
Stern, 1999. Para ekonom ekologi berargumen bahwa penggunaan energi untuk
menghasilkan input-input antara seperti bahan bakar meningkat ketika kualitas sumberberdaya seperti penyimpanan minyak menurun. Oleh karenanya biaya
energi meningkat sebagai representasi dari peningkatan kelangkaan dalam nilai penggunaannya Cleveland dan Stern, 1999.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada paradoks antara perlakuan energi hanya sebagai faktor produksi primer dan perhatian terhadap
kualitas sumberdaya-sumberdaya
lainnya. Perubahan
kualitas sumberdaya
diperlakukan dalam model sebagai perubahan koefisien input-output, yaitu sebuah bentuk perubahan teknis. Dalam pendekatan Costanza dan pendekatan Energi
Brown dan Herendeen, 1996, sumberdaya dinyatakan sebagai input energi solar dan geologi. Oleh karenanya perubahan kualitas sumberdaya dinyatakan dengan
perubahan dalam energi daripada perubahan dalam koefisien input-output. Jika stok
sumberdaya dinyatakan secara spesifik, energi tidak akan lebih jauh dari sekedar faktor produksi primer. Model neo-Ricardian yang dibangun oleh Perrings 1987
dan OConnor 1993, seperti halnya model Neo Ricardian lainnya, menyatakan bahwa proporsi teknologi tetap dalam bentuk stok kapital daripada aliran dalam
model Leontief. Mereka tidak membedakan antara faktor produksi primer dan intermediate. Namun pendekatan tersebut masih menempatkan batasan biofisik
seperti keseimbangan massa dan konservasi energi dalam neraca Stern, 1999. Jika perekonomian dapat direpresentasikan sebagai model input-output
dimana tidak ada substitusi antara faktor produksi, faktor pengetahuan dalam faktor produksi dapat diabaikan. Ini tidak berarti bahwa penggunaan energi dan
ilmu pengetahuan dalam mendapatkan dan pemanfaatannya harus diabaikan. Perhitungan akurat untuk seluruh penggunaan energi untuk mendukung produksi
final adalah penting. Tetapi kontribusi pengetahuan terhadap produksi tidak dapat diasumsikan proporsional terhadap biaya energi. Melalui ilmu Thermodinamika
menempatkan batasan terhadap substitusi, derajat substitusi aktual antara stok kapital memasukkan pengetahuan dan energi merupakan sebuah pertanyaan
secara empiris Stern, 2003.
2.3. Kebijakan Energi Nasional