Metode Pendugaan Model Validasi Model

dimana: K = total peubah dalam model peubah endogen dan peubah predetermined M = jumlah peubah endogen dan eksogen yang dimasukkan ke dalam suatu persamaan tertentu dalam model G = total persamaan jumlah peubah endogen. Kriteria identifikasi model dengan menggunakan order condition dinyatakan: Jika K-M=G-1, maka persamaan dalam model dinyatakan teridentifikasi secara tepat exactly identified Jika K-MG-1, maka persamaan dalam model dikatakan tidak teridentifikasi unidentified Jika K-MG-1, maka persamaan dalam model dikatakan teridentifikasi berlebih overidentified. Dalam studi ini, pada Model Konsumsi dan Penyediaan Energi Indonesia terdapat 63 persamaan G, yang terdiri dari 40 persamaan struktural dan 23 persamaan identitas. Dalam model ini terdapat 63 peubah endogen dan 71 peubah predetermined , sehingga total peubah dalam model K adalah 134 peubah. Jumlah peubah endogen dan eksogen terbanyak yang dimasukkan dalam suatu persamaan tertentu M adalah 7 peubah. Dengan demikian, berdasarkan kriteria order condition, maka model konsumsi dan penyediaan energi dalam perekonomian Indonesia adalah over identified karena setiap persamaan struktural dalam model over identified.

4.2.2. Metode Pendugaan Model

Untuk model persamaan simultan dengan kondisi setiap persamaannya yang teridentifikasi berlebih over identified, maka pendugaan parameter dapat menggunakan beberapa metode yang ada seperti Two Stage Least Squares 2SLS, 3SLS Three Stage Least Squares, LIML Limited Information Maximum Likelihood atau FIML Full Information Maximum Likehood. Dalam penelitian ini metode pendugaan model yang digunakan adalah 2SLS, dengan beberapa pertimbangan, yaitu penerapan 2SLS menghasilkan taksiran yang konsisten, lebih sederhana dan lebih mudah, sedangkan metode 3SLS dan FIML menggunakan informasi yang lebih banyak dan lebih sensitif terhadap kesalahan pengukuran maupun kesalahan spesifikasi model Gujarati, 1999; Sumodiningrat, 1999. Untuk menguji apakah peubah-peubah penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik F. Kemudian untuk menguji apakah masing- masing peubah penjelas secara individual berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik t. Selanjutnya karena model mengandung persamaan simultan dan peubah bedakala lag endogenous variable , maka uji serial korelasi dengan menggunakan statistik d w Durbin-Waston Statistics tidak valid untuk digunakan. Sebagai penggantinya untuk mengetahui apakah terdapat serial korelasi autocorelation atau tidak dalam setiap persamaan maka digunakan statistik d h Durbin-h statistics: ] [var 1 2 1 1  n n d h          .………………………………………….90 dimana: d = d w statistik, n = jumlah observasi var  = varians koefisien regresi untuk lagged dependent variable. Jika ditetapkan taraf α = 0.05 maka nilai h hitung berkisar antara -1.96 h hitun g 1.96 tidak mengalami serial korelasi. Apabila h hitung -1.96 maka terdapat outokorelasi negatif. Apabila h hitung 1.96 maka terdapat outokorelasi positif Pindyck dan Rubinfeld, 1998

4.2.3. Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu model cukup baik valid digunakan untuk analisis simulasi. Validasi model yang dilakukan dalam studi ini menggunakan kriteria statistik, yaitu RMSPE Root Mean Squares Percent Error dan U- Theil’s Theil’s Inequality Coefficient. Kriteria-kriteria tersebut dirumuskan Pindyck and Rubinfeld, 1998: RMSPE =   ] { 1 100 2 Ai Ai Pi n .................................................... 91 U =      2 2 1 1 1 Ai n P i n Ai P i n ................................................... 92 dimana: n = jumlah observasi P i = nilai pendugaan model predicted A i = nilai pengamatan contoh actual Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan nilai hasil pendugaan peubah-peubah endogen dari nilai aktual masing-masing peubah endogen tersebut dalam ukuran relatif persen, atau mengukur kedekatan nilai dugaan tersebut dengan nilai aktualnya. Sementara itu, statistik U digunakan untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil’s U berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U =1 maka pendugaan model naif. Untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya R². Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R², maka pendugaan model semakin baik.

4.2.4. Simulasi Model dan Peramalan