BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis Kayu Lapis
4.1.1 Kadar Air
Kadar air kayu lapis menunjukkan persentase banyaknya air yang terkandung dalam kayu lapis pada kondisi berat kering udara dibanding dengan
berat kayu lapis pada kondisi kering tanur setelah pengovenan. Pengovenan bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang terdapat dalam kayu lapis
sehingga diperoleh berat kering tanur kayu lapis. Kadar air kayu lapis dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam kayu lapis maupun dari lingkungan sekitar. Sifat
higroskopis kayu memungkinkan kayu lapis untuk menyerap air dari lingkungan yang dapat mengakibatkan perubahan kadar air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air kayu lapis berkisar antara 10,01 - 16,28. Hasil analisis sidik ragam kadar air kayu lapis terhadap dua
faktor yaitu jenis kayu dan jenis perekat dapat dilihat pada lampiran 4. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap faktor jenis kayu dan jenis perekat berpengaruh
nyata terhadap kadar air kayu lapis, begitu juga interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat sehingga harus dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan. Nilai rata-rata
kadar air kayu lapis dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Gambar 5 Histogram nilai rata-rata kadar air kayu lapis.
Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis kayu menunjukkan bahwa kadar air kayu lapis menghasilkan nilai yang sama antara kayu lapis jenis dadap
12,45 dengan jenis jengkol 12,04 dan berbeda nyata dengan kayu lapis jenis kemiri 13,60. Menurut Rosihan 2005 berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan bahwa kadar air kayu lapis berbeda-beda sesuai dengan jenis kayu penyusunnya. Jika jenis kayu penyusunnya mempunyai nilai kadar air yang tinggi
maka kayu lapis yang dihasilkan mempunyai nilai kadar air yang tinggi pula. Dengan adanya perbedaan berat jenis masing-masing kayu menyebabkan ukuran
rongga dan dinding selnya berbeda, sehingga jumlah kandungan air yang terdapat pada maisng masing jenis kayu berbeda. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
yang nyata pada nilai kadar air kayu lapis yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis perekat menunjukkan bahwa nilai
kadar air dari ketiga jenis kayu lapis menghasilkan nilai yang berbeda. Nilai tertinggi terdapat pada kayu lapis dengan tipe perekat PF 15,47, diikuti dengan
kayu lapis yang menggunakan perekat MF 11,70 dan UF 10,91. Dan hasil uji lanjut Duncan pada interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat menunjukkan
bahwa interaksi antara jenis kayu kemiri dengan tipe perekat PF 16,28 menghasilkan nilai yang sama dengan interaksi antara jenis kayu dadap dengan
tipe perekat PF 15,65 dan berbeda nyata dengan interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat lainnya Lampiran 4.
Dari hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kadar air tertinggi dihasilkan oleh kayu lapis yang menggunakan perekat PF 14,48 - 16,28,
diikuti dengan kayu lapis yang menggunakan perekat MF 11,36 - 12,04 dan UF 10,01 - 12,44, hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 4. Hal ini diduga
karena perekat PF memiliki kekentalan yang lebih tinggi dibandingkan perekat MF dan UF. Menurut Nugraha 2006 kekentalan perekat berpengaruh terhadap
distribusi perekat pada permukaan vinir. Semakin tinggi kekentalan perekat, maka distribusi perekat pada permukaan vinir semakin tidak merata. Hal ini
menyebabkan ada sebagian permukaan vinir yang miskin akan perekat sehingga menimbulkan rongga-rongga kosong yang mempermudah penyerapan air. Hasil
ini didukung hasil penelitian Wahyulia 2011 yang menunjukkan bahwa kadar air kayu lapis dari jenis jabon dan afrika dengan tipe perekat PF 13,03 11,70
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu lapis yang menggunakan perekat MF 10,54 10,18 dan UF 9,54 10,10.
Berdasarkan standar JAS 2003 yang mensyaratkan bahwa standar kadar air kayu lapis maksimal 14, maka nilai kadar air kayu lapis yang dihasilkan dari
ketiga jenis kayu dengan tipe perekat UF dan MF sudah memenuhi standar, sedangkan kadar air kayu lapis untuk ketiga jenis kayu dengan tipe perekat PF
tidak memenuhi standar. Hal ini dikarenakan kekentalan perekat PF lebih tinggi dibandingkan perekat UF dan MF yang menyebabkan penyebaran perekat tidak
merata sehingga menimbulkan rongga-rongga kosong yang mempermudah penyerapan air.
4.2 Sifat Mekanis Kayu Lapis