jenis kayu jengkol dengan tipe perekat MF 16,74 kgfcm
2
, interaksi antara jenis kayu dadap dengan tipe perekat PF 15,12 kgfcm
2
, serta interaksi antara jenis kayu dadap dengan tipe perekat MF 13,78 kgfcm
2
, dan berbeda nyata dengan interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat lainnya Lampiran 6.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat 9,31 kgfcm
2
– 18,55 kgfcm
2
menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan pada uji kering sejajar serat 13,64 kgfcm
2
– 25,46 kgfcm
2
. Hal ini diduga karena sewaktu pengujian contoh uji masih dalam keadaan basah sehingga contoh uji jenuh air kandungan air kayu lapis
meningkat yang dapat melemahkan ikatan antara perekat dan sirekat sehingga menurunkan nilai keteguhan rekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bowyer et
al. 2003 bahwa kadar air berpengaruh terhadap kekuatan kayu atau produk kayu. Pada umumnya kayu atau produk kayu semakin kuat jika kadar airnya semakin
rendah. Sedangkan menurut Rowell 2005 perubahan sifat mekanis terjadi ketika perubahan kadar air pada dinding sel kayu dibawah titik jenuh serat. Perubahan
sifat mekanis kayu sangat sedikit diatas kadar air titik jenuh serat. Sifat mekanis kayu meningkat dengan menurunnya kadar air pada kompresi sejajar serat.
Berdasarkan standar JAS 2003 yang mensyaratkan keteguhan rekat kayu lapis minimal 8,24 kgfcm
2
, maka nilai keteguhan rekat untuk ketiga jenis kayu lapis dengan tipe masing-masing perekat telah memenuhi standar.
4.2.1.3 Keteguhan Rekat Kayu Lapis pada Uji Kering Tegak Lurus Serat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat kayu lapis pada uji kering tegak lurus serat berkisar antara 0,62 kgfcm
2
– 2,26 kgfcm
2
. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis kayu
dan jenis perekat yang berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan rekat yang dihasilkan. Namun untuk setiap faktor yaitu jenis kayu dan jenis perekat, hanya
faktor jenis perekat yang berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan rekat kayu lapis yang dihasilkan Lampiran 7. Nilai rata-rata keteguhan rekat rekat kayu
lapis pada uji kering tegak lurus serat dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
Gambar 8 Histogram nilai rata-rata keteguhan rekat kayu lapis pada uji kering tegak lurus serat.
Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis perekat menunjukkan bahwa
keteguhan rekat kayu lapis menghasilkan nilai yang sama antara kayu lapis yang menggunakan perekat UF 1,14 kgfcm
2
dengan kayu lapis yang menggunakan perekat MF 0,97 kgfcm
2
dan berbeda nyata dengan kayu lapis yang menggunakan perekat PF 1,75 kgfcm
2
, hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 7.
Berdasarkan standar JAS 2003 yang mensyaratkan keteguhan rekat kayu lapis minimal 8,24 kgfcm
2
, maka nilai keteguhan rekat untuk ketiga jenis kayu lapis dengan tipe masing-masing perekat tidak memenuhi standar. Hal ini diduga
karena pengujian yang dilakukan terletak pada posisi tegak lurus serat kayu lapis. Sehingga pada saat pengujian dilakukan, arah serat kayu lapis tegak lurus
terhadap arah datangnya beban pengujian yang menyebabkan serat-serat pada kayu lapis lebih mudah putus sehingga menurunkan nilai keteguhan rekat kayu
lapis. Dephut RI 2007 mengemukakan bahwa kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih
kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyulia 2011 yang menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat kayu lapis
sejajar serat 16, 80 kgfcm
2
lebih tinggi dibandingkan keteguhan rekat kayu lapis tegak lurus serat 10,51 kgfcm
2
.
4.2.1.4 Keteguhan Rekat Kayu Lapis pada Uji Basah Tegak Lurus Serat