Keteguhan Rekat Kayu Lapis pada Uji Basah Sejajar Serat

berbeda nyata dengan kayu lapis yang menggunakan jenis perekat UF 15,46 kgfcm 2 . Gambar 6 menunjukkan bahwa semua kayu lapis yang menggunakan perekat PF menghasilkan nilai keteguhan rekat yang lebih tinggi dibandingkan kayu lapis yang menggunakan perekat MF dan UF. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ruhendi et al. 2007 yang mengemukakan bahwa jenis perekat PF memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi, tahan terhadap bakteri, jamur, rayap dan mikro-organisme serta tahan terhadap bahan kimia seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyulia 2011 yang menunjukkan bahwa keteguhan rekat kayu lapis dengan tipe perekat PF 18,87 kgfcm 2 menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu lapis yang menggunakan perekat MF 17,77 kgfcm 2 dan UF 13,87 kgfcm 2 . Berdasarkan standar JAS 2003 yang mensyaratkan keteguhan rekat kayu lapis minimal 8,24 kgfcm 2 , maka nilai keteguhan rekat untuk ketiga jenis kayu lapis dengan tipe masing-masing perekat telah memenuhi standar.

4.2.1.2 Keteguhan Rekat Kayu Lapis pada Uji Basah Sejajar Serat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat berkisar antara 9,31 kgfcm 2 – 18,55 kgfcm 2 . Hasil analisis sidik ragam keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat terhadap dua faktor yaitu jenis kayu dan jenis perekat dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap faktor jenis kayu dan jenis perekat berpengaruh nyata terhadap keteguhan rekat kayu lapis, begitu juga interaksi antar dua faktor yaitu interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat sehingga harus dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan Lampiran 6. Nilai rata-rata keteguhan rekat rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Gambar 7 Histogram nilai rata-rata keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat. Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis kayu menunjukkan bahwa keteguhan rekat kayu lapis menghasilkan nilai yang sama antara kayu lapis jenis jengkol 14,86 kgfcm 2 dengan jenis dadap 13,77 kgfcm 2 , jenis dadap 13,77 kgfcm 2 dengan jenis kemiri 11,44 kgfcm 2 dan berbeda nyata antara jenis jengkol 14,86 kgfcm 2 dan jenis kemiri 11,44 kgfcm 2 , hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 6. Hal ini diduga karena perbedaan kerapatan panil pada masing-masing jenis kayu lapis, keteguhan rekat semakin meningkat seiring bertambahnya kerapatan panil. Hasil uji lanjut Duncan pada faktor jenis perekat menunjukkan bahwa keteguhan rekat kayu lapis menghasilkan nilai yang sama antara kayu lapis dengan tipe perekat PF 15,07 kgfcm 2 dengan perekat MF 13,40 kgfcm 2 , jenis perekat MF 13,40 kgfcm 2 dengan UF 11,51 kgfcm 2 dan berbeda nyata antara kayu lapis yang menggunakan perekat PF 15,07 kgfcm 2 dengan UF 11,51 kgfcm 2 , hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 6. Hal ini diduga karena perekat PF memiliki ketahanan atau sifat-sifat yang lebih bagus dibandingkan dengan perekat MF dan UF. Hasil uji lanjut Duncan terhadap keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat menunjukkan bahwa interaksi antara jenis kayu jengkol dengan tipe perekat PF 18,55 kgfcm 2 menghasilkan nilai yang sama dengan interaksi antara jenis kayu jengkol dengan tipe perekat MF 16,74 kgfcm 2 , interaksi antara jenis kayu dadap dengan tipe perekat PF 15,12 kgfcm 2 , serta interaksi antara jenis kayu dadap dengan tipe perekat MF 13,78 kgfcm 2 , dan berbeda nyata dengan interaksi antara jenis kayu dan jenis perekat lainnya Lampiran 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat kayu lapis pada uji basah sejajar serat 9,31 kgfcm 2 – 18,55 kgfcm 2 menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan pada uji kering sejajar serat 13,64 kgfcm 2 – 25,46 kgfcm 2 . Hal ini diduga karena sewaktu pengujian contoh uji masih dalam keadaan basah sehingga contoh uji jenuh air kandungan air kayu lapis meningkat yang dapat melemahkan ikatan antara perekat dan sirekat sehingga menurunkan nilai keteguhan rekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bowyer et al. 2003 bahwa kadar air berpengaruh terhadap kekuatan kayu atau produk kayu. Pada umumnya kayu atau produk kayu semakin kuat jika kadar airnya semakin rendah. Sedangkan menurut Rowell 2005 perubahan sifat mekanis terjadi ketika perubahan kadar air pada dinding sel kayu dibawah titik jenuh serat. Perubahan sifat mekanis kayu sangat sedikit diatas kadar air titik jenuh serat. Sifat mekanis kayu meningkat dengan menurunnya kadar air pada kompresi sejajar serat. Berdasarkan standar JAS 2003 yang mensyaratkan keteguhan rekat kayu lapis minimal 8,24 kgfcm 2 , maka nilai keteguhan rekat untuk ketiga jenis kayu lapis dengan tipe masing-masing perekat telah memenuhi standar.

4.2.1.3 Keteguhan Rekat Kayu Lapis pada Uji Kering Tegak Lurus Serat