adalah untuk Sungai Kandang sebesar 4,25 m
3
detik, Sungai Lalan sebesar 5,45 m
3
detik, Sungai Meranti 2,33 m
3
detik dan Sungai Kapas 3,84 m
3
detik REKI, 2009.
Keadaan aliran-aliran sungai di areal ini tergolong masih baik dan berair secara kontinyu, sehingga pada musim kering air masih tersedia. Sungai-sungai di
sekitar kawasan permukiman biasanya digunakan untuk keperluan mandi, cuci, kakus dan air minum. Oleh karena itu, manfaat air sangat besar bagi penduduk di
daerah ini, maka keberadaan air permukaan terutama yang berasal dari aliran sungai sangat penting dalam menopang keseimbangan ekologis di daerah ini
REKI, 2009. Luas pembagian Sub-DAS tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Luas Pembagian Sub-DAS Areal Kerja PT REKI
No. Sub-DAS
Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Jambi
Luas ha Persentase
Luas ha Persentase
1. Sub-DAS Meranti
13.818 26
5.331 10,84
2. Sub-DAS Kapas
38.352 74
5.715 11,62
3. Sub-DAS Kandang
- -
12.986 26,40
4. Sub-DAS Lalan
- -
25.153 51.14
Jumlah 52.170
100 49.185
100
Sumber: RKUPHHK PT REKI Tahun 2008 – 2017 REKI 2009.
4.9 Potensi Tumbuhan dan Satwaliar
4.9.1 Tumbuhan
Areal yang terletak di kelompok Sungai Meranti-Sungai Kapas dan kelompok hutan Hulu Sungai Meranti-Hulu Sungai Lalan pada umumnya
merupakan areal hutan sekunder bekas tebangan. Berdasarkan interpretasi citra landsat TM 20022003 areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan
dan TM 234 jenis tutupan hutan areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi dikelompokkan dalam tiga stratifikasi :
Hutan Sekunder Tinggi, yaitu hutan sekunder yang masih memiliki
stratifikasi vegetasi yang lengkap mulai dari tingkat semai tinggi 0,3-1,5 m, pancang tinggi 1,5 m dan diameter 10 cm, tiang diameter 10-20
cm dan tingkat pohon diameter 20 cm. Penutupan tajuk berkisar 71- 100 dengan rata-rata diameter pohon 20 cm. Pada areal restorasi
ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan hutan ini mencakup luas 10.995 ha
21, sedangkan pada areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi mencakup luas 22.666 ha 46,08. Hutan sekunder tinggi berdasarkan
massa tegakannya disebut juga hutan produktif.
Hutan Sekunder Sedang, yaitu hutan peralihan antara hutan sekunder rendah dan tinggi dengan penutupan tajuk berkisar 40-71 dan
didominasi oleh struktur vegetasi pada tingkat tiang. Areal ini mencakup luas 16,191 ha 31 untuk areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera
Selatan, sedangkan untuk areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi mencakup 10.250 ha 20,84. Berdasarkan massa tegakannya disebut
juga hutan kurang produktif.
Hutan Sekunder Rendah, hutan sekunder dengan penutupan tajuk 40. Pada areal restorasi ekosistem di Provinsi Sumatera Selatan mencakup
luas 24.984 ha 48, sedangkan pada areal restorasi ekosistem di Provinsi Jambi mencakup luas 16.269 ha 33,08. Hutan ini dapat
dikategorikan sebagai hutan yang sangat terdegradasi. Areal ini didominasi semak terutama pada areal bekas terbakar atau hutan dengan struktur
vegetasi yang didominasi oleh tingkat pancang REKI, 2009. Jenis pohon pada hutan sekunder tinggi didominasi oleh meranti Shorea
spp., medang Litsea spp. dan balam Palaquium spp.. Jenis pohon pada hutan sekunder sedang didominasi oleh meranti Shorea spp., medang Litsea spp. dan
kempas Koompassia excelsa. Beberapa jenis pohon yang termasuk jenis dilindungi, diantaranya jelutung Dyera sp., Surian Toona sp., Meranti damar
Shorea spp., bulian Eusideroxylon zwageri dan tembesu Fagraea fragrans REKI, 2009.
4.9.2 Satwaliar
Informasi mengenai satwaliar diperoleh dari data hasil pengamatan langsung Burung Indonesia tahun 2003 dan wawancara dengan kelompok
masyarakat sekitar hutan. Pengamatan dilakukan melalui uji petik pada lokasi- lokasi areal hutan produktif, areal hutan kurang produktif dan areal hutan tidak
produktif REKI, 2008.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat dikemukakan bahwa pada kawasan ini terdapat 380 spesies yang terdiri atas 61 spesies kelas mamalia, 269
spesies kelas aves, 31 spesies kelas reptilia dan 19 spesies kelas amfibia. Jumlah spesies yang tergolong dalam spesies endemik atau dilindungi oleh undang-
undang terdapat 44 spesies atau 29,33 dari total spesies yang telah berhasil dikumpulkan datanya. Spesies endemik tersebut terdiri atas 20 spesies kelas
mamalia, 22 spesies kelas aves dan 2 spesies kelas reptilian REKI, 2009. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, penyebaran spesies endemik
atau dilindungi undang-undang, sebagai berikut : a.
Di areal hutan sekunder tinggi terdapat sebanyak 37 spesies yang terdiri atas 18 spesies kelas mamalia, 17 spesies kelas aves dan 2
spesies kelas reptilia; b.
Di areal hutan sekunder sedang sebanyak 29 spesies yang terdiri atas 15 spesies kelas mamalia dan 14 spesies kelas aves; dan
c. Di areal hutan sekunder rendah sebanyak 20 spesies yang terdiri atas 8
spesies kelas mamalia, 11 spesies kelas aves dan 1 spesies kelas reptilian REKI, 2009.
4.10 Aksesibilitas