Alat Metode Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : a. Kuesioner : untuk mengetahui persepsi masyarakat sehingga dapat diukur dan dihitung menggunakan skala likert. b. Panduan wawancara : untuk mengetahui pengelolaan kawasan serta program kerja yang dilakukan unit pengelola yang berkaitan dengan masyarakat. c. Kamera digital : untuk mendokumentasikan hasil penelitian. d. Recorder : untuk merekam hasil wawancara. e. Alat tulis : untuk mencatat hasil penggalian data di lapangan.

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Responden

Pada penelitian ini jumlah responden yang mewakili masyarakat Batin Sembilan, Sako Suban dan Tanjung Sari berbeda-beda. Masyarakat Batin Sembilan diwakili oleh 30 orang responden, masyarakat Sako Suban diwakili oleh 45 orang responden dan masyarakat Tanjung Sari diwakili oleh 14 orang responden. Perbedaan jumlah responden tersebut dikarenakan beberapa alasan yang terkait dengan karakteristik masyarakat, kondisi alam yang kurang mendukung, serta peristiwa yang tidak terduga seperti konflik.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode : 1. Studi literatur : pengumpulan data melalui buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Wawancara terstruktur : berupa penyebaran kuesioner dimaksudkan untuk membantu dalam menggali informasi mengenai persepsi dan kondisi sosial ekonomi responden. 3. Wawancara tidak terstruktur : cara pengambilan data penunjang melalui pembicaraan langsung atau tatap muka secara langsung antara peneliti dengan responden dan peneliti dengan pihak pengelola. Pihak pengelola yaitu Direktur Unit Manajemen Harapan Rainforest, Pengembangan Masyarakat dan Hubungan Masyarakat, serta Direktur Perencanaan Kawasan. 4. Observasi : pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan melalui observasi lapangan meliputi karakteristik masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar areal Harapan Rainforest serta kondisi lokasi.

3.5.3 Jenis Data

Jenis data yang diambil dan dikumpulkan terdiri dari data pokok dan data penunjang. Data pokok merupakan data yang diperoleh melalui wawancara terstruktur penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan observasi. Data penunjang merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur dan wawancara tidak terstruktur. Tabel 1 menjelaskan tentang data-data yang dikumpulkan selama penelitian. Tabel 1 Data yang dikumpulkan Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Data Pokok Karakteristik responden umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah pendapatan Persepsi responden terhadap kegiatan restorasi ekosistem Masyarakat Batin Sembilan, Tanjung Sari dan Sako Suban selaku responden dari desa yang telah ditentukan Wawancara terstruktur kuesioner Observasi lapang Data Penunjang Kondisi umum hutan Harapan Rainforest Desa di dalam dan sekitar areal Haarapan Rainforest Rencana Kerja Umum RKU PT. REKI dan Dokumen Teknis PT. REKI Pengelola PT REKI Studi literatur Wawancara tidak terstruktur

3.5.4 Analisis Data

Tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan restorasi ekosistem dianalisis menggunakan skala likert. Skala likert digunakan dalam mengukur hasil penyebaran kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup, yaitu dengan diberikan pilihan jawaban atau tingkat persepsi yang telah disediakan berdasarkan skala likert Tabel 2. Tabel 2 Tingkat Persepsi Menurut Skala Likert No. Nilai Skor Tingkat Persepsi 1. 5 Sangat setuju 2. 4 Setuju 3. 3 Cukup setuju 4. 2 Tidak setuju 5. 1 Sangat tidak setuju Skoring tersebut berlaku untuk pertanyaan positif, sedangkan untuk pertanyaan negatif berlaku kebalikannya. Skor yang diperoleh untuk masing- masing tingkat persepsi pada setiap pertanyaan, kemudian dijumlahkan dan dirata- ratakan secara geometrik dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Rata-rata geometrik ini digunakan untuk melihat kecenderungan dari tingkat persepsi responden terhadap kegiatan restorasi ekosistem. Selanjutnya, nilai rata-rata yang diperoleh dijelaskan secara deskriptif. Selain data dari hasil wawancara terstruktur kuesioner, data lain yang diperoleh dari hasil wawancara tidak terstruktur, pengamatan di lapangan observasi dan hasil studi literature dianalisis secara deskriptif.

BAB IV KONDISI UMUM LAPANGAN

4.1 Sejarah dan Dasar Hukum

Kelompok hutan Sungai Meranti-Sungai Kapas di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan ditunjuk untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi seluas ±101.355 ha melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83Menhut-II2005. PT REKI diberikan hak untuk mengelola areal IUPHHK kegiatan restorasi ekosistem pada kelompok hutan Sungai Meranti-Sungai Kapas seluas ± 52.170 ha di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan sisa dari luasan total yaitu ± 49.185 ha pada kelompok hutan Sungai Meranti-Hulu Sungai Lalan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 293Menhut-II2007 REKI 2009. Kawasan hutan PT REKI merupakan eks. areal HPH PT Asialog seluas ± 40.705 ha dan eks. areal HPH PT INHUTANI V seluas ± 8.480 ha, keseluruhannya berada di dalam administrasi pemerintahan Provinsi Jambi. Model pengelolaan dengan restorasi ekosistem dan pemberian izin terhadap PT REKI merupakan yang pertama di Indonesia REKI 2008; REKI 2009. Model pengelolaan hutan dengan restorasi ekosistem ini merupakan paradigma baru dalam pengelolaan hutan alam. Model pengelolaan hutan sebelumnya hanya berorientasi pada pengambilan kayu HPH dan penanaman hutan monokultur HTI. Kegiatan restorasi ekosistem PT REKI mengikuti paradigma pengelolaan hutan berbasis ekosistem untuk perbaikan lingkungan dan pelestarian tumbuhan dan satwaliar REKI, 2009. Kelompok hutan di areal Harapan Rainforest dibagi menjadi tiga kelompok tipologi yaitu tipologi 1 sebagai hutan tidak produktif dengan luas 16.260 ha 33,08, tipologi 2 sebagai hutan kurang produktif dengan luas 10.250 ha 20,84 dan tipologi 3 sebagai hutan produktif dengan luas 22.666 ha 46,08 REKI 2008; REKI 2009. Areal yang dijadikan sebagai prioritas restorasi ekosistem yaitu lokasi yang masih memiliki peluang untuk diperbaiki kondisi keanekaragaman hayatinya dalam skala lanskap dan mempunyai nilai konservasi tinggi atau high